Vivia PoV
Aku disibukkan dengan beberapa materi baru yang baru saja diberikan Bu Dini beberapa jam yang lalu. Tentunya dengan Zahra. Hari ini kompetisinya di mulai. Semua peserta tampak semakin gusar karena waktunya tinggal beberapa menit lagi. Ngomong-ngomong dengan si pria payung. Ah sebut saja begitu. Semenjak di hari dia memberikan payung padaku. Aku tak pernah melihatnya lagi,baik di kelas atau dimanapun. Aku juga sudah tak begitu peduli padanya. Toh kita hanya beberapa kali bertemu. Rio ? Ah iya,aku hampir melupakan anak itu. Aku juga tidak melihatnya lagi dari kemarin. Entah dia mengundurkan diri dari kompetisi ini atau pihak sekolah yang baru menyadari salah mencalonkan siswa. Kulihat Rio seperti ogah-ogahan mengikuti kompetisi ini.
"Assalamu'alaikum teman-teman"
-_-baru saja ku ceritakan orangnya.
"Nggak gitu juga kali salamnya yo" jawabku. Pasalnya salamnya seperti nada alay yang dibuat-buat ala ala opening salah satu youtuber indonesia.
"Walaikumsalam" jawab Zahra.
"Nah tuh,liat Zahra,jawab salam dulu bukannya nyolot"kata Rio padaku.
"Udah di jawab dalem ati"ketusku.
"Zahra,temen lo kok ketus banget sih sama gue".
"Kangen kamu dia tuh,dari kemarin kan kamu ngilang terus".
"Apasih Ra,jangan ngaco deh".
"Cie.. kangenin gue nih ye.. kangen ya bilang aja ngga usah kode pake marah-marah segala"
"Serah.."
🌸🌸🌸
Tak ada lagi Zahra si wanita lembut yang bijak. Tak ada lagi riweh dan jahilnya Rio. Aku kembali pada rutinitas sekolahku dengan orang yang sama setiap harinya,Leony.
Oh ya,dan tak lupa aku juga menceritakan pertemuanku dengan si pria payung itu kepada Leony. Tentu saja ia sangat antusias mengingat betapa lebarnya mulut Leony terbuka saat menatap pria itu. Aku jadi menyesal bilang pada Leony bahwa pria itu siswa Al-azhar,yang akhirnya membuat Leony mondar mandir disana setiap pulang.Drrt.. Drrt..
Ponselku bergetar di sela-sela suara Bu Dina yang sedang menerangkan pelajaran.
1 email belum dibaca.Aku menggeser layarnya dan benar saja,pengumuman KSM hari ini. Setengah jam berlalu bel akhirnya berbunyi. Aku bergegas merapikan buku dan tasku.
"Kamu mau kemana,Vi ?" Tanya Leony.
"Ketemu pria payung"jawabku menggoda Leony.
"Beneran ?aku ikut ya" matanya berbinar-binar.
"Boleh,tapi perginya sama Pak Beni juga,kamu izin sama dia"
"Ah.. nggak jadi deh"katanya cemberut
Aku pun tertawa.
Iya.. Pak Beni adalah calon mertua Leony,abinya kak Bima,berpapasan Pak Beni saja membuat kakinya lemas apalagi berbicara hingga berani meminta ijin🌸🌸🌸
Aku sudah di perjalanan menuju sekolah tempat aku melakukan pembinaan dulu. Dengan Pak Beni dan juga Kak Bima. Aku terkejut ketika mengetahui Kak Bima juga ikut. Entah karena apa. Tapi siapa peduli. Ini kan mobil abinya."Saya boleh gabung sama temen-temen yang lain ngga,Pak ?"tanyaku sopan pada Pak Beni ketika kulihat Zahra melambaikan tangan padaku.
"Iya. Bapak juga mau ke depan ketemu guru-guru yang lainnya."
"Lha,aku sama siapa ?"kata kak Bima.
"Ya terserah,tadi kan abi udah bilang nggak usah ikut,kamu sih ngeyel,jadi bingung sendirikan"
"Ikut Vivia aja deh bi,sekalian cari temen disana"
"Yaudah,jagain Vivia"
Kak Bima tersenyum manis padaku,entah apa maksudnya aku hanya diam tak tau harus merespon apa.
"Cie.. Vivia bawa pacar euy"sahut Rendi salah satu temanku ketika aku menghampiri mereka bersama Kak Bima.
"Apasih,rusuh lo Ren" itu bukan aku,tapi Rio.
Dia kelihatan kesal sekali,lalu berjalan keluar.
"Rio kenapa Ra?"tanyaku pada Zahra.
"Ngga tau,tadi masih baik-baik aja kok"
"Di kenalin dong pacarnya,Vi"suara Rendi menyahut lagi
Kak Bima tampak salah tingkah.
"Eh.. ngga gitu. Kenalin Kakak kelas aku,kak bima. Oiya kak bima ini temen-temen aku"kataku memperkenalkan mereka satu persatu."Yah.. kirain pacarnya"sahut Mita.
Tak butuh waktu lama Kak Bima menyesuaikan diri. Dia bahkan sudah seperti teman yang sudah lama akrab dengan Rendi dan lainnya.
Ketika pengumuman juara KSM dimulai,aku melihat Rio sudah kembali ke aula. Dia sesekali melihat padaku namun bersikap dingin. Dia jauh berubah sekali.
"Ra,aku ke toilet bentar ya"kataku pada Zahra."Yah.. padahal baru aja mulai Vi"
"Bentar kok" akupun berjalan keluar aula.
Toilet terletak di ujung lorong dan aku harus sedikit berjalan kesana. Aku berpapasan dengan si... pria payung ? Benarkan dia,dia melewatiku begitu saja. Tapi,kenapa juga dia harus menyapaku. Kenal juga enggak.
"he-Hey.. kamuu" aku sedikit berteriak padanya. Aku tak bisa menahan diriku untuk tidak berbicara kali ini.
Dia sedikit berbalik dan memandangku dengan tatapan bertanya ada apa ?
"Kamu nggak inget aku ?""Enggak"
"Kita ketemu waktu kebakaran itu dan juga... payung ?"
Dia masih menatapku bingung.
Aku mengeluarkan payung yang ia berikan hari itu dari dalam tasku. Iya,aku selalu membawa payung itu kemana-mana berharap bertemu pemiliknya."Ah iya,aku ingat"katanya.
Aku mengembalikan payung itu padanya dan mengucapkan terimakasih.
Dia berlalu begitu saja tanpa berniat membalas ucapanku. Benar-benar irit bicara,batinku.