" Barter "

406 49 4
                                    

Dalam perjalanan Krist terus memandang keluar jendela mobil, Singto melirik Krist lewat spion sesekali namun kembali menatap jalanan depan.

“Krist”

“Hm?”

Singto tak melanjutkan, ia sebenarnya bingung harus memulai bertanya apa. Krist menatap Singto lewat kaca spion yang menampakkan wajah Singto yang tetap menatap jalanan.

“Kenapa?”

“Kau baik-baik saja?”

“Kau pikir memangnya aku kenapa?”

“Wajahmu lebih suram dari biasanya”

Krist mengalihkan wajah ke jendela. “Tidak apa-apa”

“Khun Off cerita tentang dirimu dan Lee Corp., jadi kau benar-benar ingin memiliki perusahaan itu?”

“Aku tidak punya waktu untuk main-main”

“Lalu perusahaan mana yang bekerja sama dengan Lee Corp. yang belum memihakmu?”

“Way-Ar Corp. dan Korapat Corp, mereka sulit untuk diajak kerja sama”

“Lalu apa rencanamu?”

“Barter”

“Ha? Kau akan bertukar barang?”

“Bukan, aku mendapat informasi bahwa Joss, pemilik Way-Ar Corp., sedang bersaing dengan perusahaan rivalnya, jika aku bisa membantunya dengan segala cara, maka ia berada di pihakku”

“Hee... caranya?”

“Setelah ini kita akan bertemu seorang informan, ia sulit didekati, tapi semua informasinya akurat selama bayarannya sepadan”

“Tsk! Ujung-ujungnya tetap uang”

Krist mendengus. “Tak ada yang bisa hidup tanpa uang, kau tahu?!”

Singto membelokkan mobilnya di tikungan perempatan. Singto melaju perlahan saat hampir dekat dengan tempat yang dituju. Singto mengamati sekitar, bangunan-bangunan yang seperti rumah susun dengan dinding-dinding bernoda lumut dan debu. Tidak terlalu banyak orang yang berlalu-lalang, namun Singto dan Krist dapat melihat beberapa orang berkumpul di beberapa gang antara bangunan.

Suara dari monitor GPS menunjukkan bahwa tempat yang mereka tuju ada di sebelah kanan. Singto menghentikan mobil, menurunkan jendela kaca dan melihat ke samping. Sebuah bangunan bertingkat dua dengan tangga terbuat dari kayu, banyak coretan di dindingnya dan sangat sepi.

“Kau pernah kesini sebelumnya?” Singto masih mengamati bangunan itu.

“Belum. Biasanya kami berhubungan lewat telepon, email atau bertemu di tempat lain, tapi sekarang ia memintaku untuk kesini. Ck! Merepotkan”

Singto turun dari mobil dan membukakan pintu Krist. Mereka berdua mengamati bangunan di depan mereka.

“Seperti apa orang yang akan kau temui?” Tanya Singto.

Krist tak menjawab, ia mendahului naik ke lantai dua. Bau lembab dari dinding berlumut memang menganggu Singto dan Krist, hingga mereka sampai di pintu paling ujung terdengar suara musik menggema di dalam ruang. Krist mengetuk pintu tiga kali.

“Disini tidak ada orang lain?” Singto melihat pintu lainnya yang tertutup dengan jendela kaca yang tertutup korden. Adapun jendela pertama yang dipasangi papan kayu menyilang.

Krist mengetuk lagi, suara musik masih berbunyi, namun tidak ada tanda-tanda pintu akan dibuka. “Ck! Dia ini kemana sih?”

“Musiknya terlalu kencang, dia pasti tidak dengar” Singto menggedor-gedor pintu beberapa kali.

Suara musik mengecil hingga berhenti, handle pintu terbuka dan sebuah kepala berambut hitam muncul dari balik pintu.

“Cepat buka pintunya!!” Krist mencoba untuk tidak hilang kesabaran.

Orang itu masih mengintip dari celah pintu. “Kau datang terlalu cepat, P’Krist”

“Aku tidak perduli, cepat buka!”

Laki-laki yang lebih muda dan lebih pendek dari Krist itu membuka pintu lebih lebar. Singto mengikuti Krist masuk ke dalam rumah, namun Singto menyebut ruangan ini lebih terlihat seperti warnet karena banyak barang elektronik disitu.

“Duduklah di manapun kalian mau”

Hanya ada 1 kasur dan meja dengan 2 komputer  dan satu laptop di atasnya. Satu sofa hijau tua yang kawatnya sudah mencuat dan banyak lubang hingga sponnya terlihat.

“Lain kali jangan suruh aku ke tempat menjijikan ini, Fiat” kata Krist.

“Aku harus mengurus data yang P’Krist minta, jadi aku tidak bisa keluar. Kalian mau minum? Aku ada bir” Fiat mengambil dua kaleng bir dan menaruhnya di meja kaca hitam di depan sofa. “Oh, aku belum bertemu denganmu” Fiat menunjuk Singto.

“Dia Singto, apa belum selesai?”

Fiat berdecak. “P’Krist benar-benar tidak sabaran” Fiat duduk di kasur menghadap laptopnya, “Aku jadi harus bolos latihan dance gara-gara ini”

Krist dan Singto diam memperhatikan Fiat yang sibuk berkutat dengan laptop dan kedua komputernya. Matanya yang tertutup kacamata persegi berbingkai hitam fokus berselancar di ketiga layar komputer secara bergantian hingga ia men-save beberapa dokumen di flashdisk.

“Ini, sudah selesai” Fiat memberikan flashdisk itu pada Krist. “Semua data yang P’Krist minta ada disini”

Krist menerima uluran flashdisk dari Fiat. “Uangnya akan kutransfer nanti”

“Baiklah. Um... sebenarnya untuk apa data itu?”

“Kau ingin tahu?”

“Yaa... tidak juga sih, tidak penting untukku” Fiat duduk di kasurnya.

“Kalau begitu aku pergi dulu”

“Ya~ hati-hati, jangan lupa uangnya” Fiat melambaikan tangannya.

Baru sampai pintu, Krist berbalik. “Oh Fiat... “

“Hm?”

“Bisa kau cari informasi tentang seseorang?”

“Hee.... lagi?”

“Hans Zimmer, aku tak memberimu batas waktu, hanya cari tahu tentang dia”

“Siapa dia?”

“Hanya kenalan biasa”

“Baiklah, kalau sudah selesai akan aku kirim ke email P’Krist”

“Um... “ Krist keluar dari ruangan Fiat, diikuti Singto di belakangnya sambil menutup pintu.

Singto dan Krist melewati pintu di samping pintu ruangan Fiat, menuruni tangga hingga berhenti di samping mobil. Singto membukakan pintu untuk Krist dan menyusulnya masuk ke mobil. Mereka pun meninggalkan daerah itu.

“Bagaimana kau kenal dengan Fiat?”

“P’Tay yang mengenalkannya, dia yang selalu membantuku selama ini. Yah, walaupun dia sedikit mata duitan, dia masih bisa dipercaya kalau masalah mencari informasi”

“Oh... kemana setelah ini?” Singto menghentikan mobil di lampu merah perempatan.

“Ke cafe dekat kantor Way-Ar”

“Kau mau bertemu dengan orang bernama Joss itu?”

“Ya, aku sudah janji dengannya”

Mobil yang ditumpangi Singto dan Krist berhenti di sebuah cafe tepat di samping gedung bercat biru dengan tulisan Way-Ar terletak di tengah halaman depan gedung. Krist lebih dulu masuk dan diikuti Singto dibelakangnya.

Di pojok ruangan, seorang lelaki blasteran berjam biru rapi sedang duduk sendirian meminum kopi hitamnya. Ia mendongak saat Krist berdiri di samping mejanya.

“Oh, Krist. Duduklah”

“Terima kasih” Krist duduk di depan Joss, sedangkan Singto berdiri di sampingnya. “Apa anda sudah menunggu lama?”

“Tidak juga, aku cukup menikmati waktuku disini. Oh ya, bagaimana dengan yang kau janjikan?”

Krist mengeluarkan flashdisk yang diberi Fiat dan memberikannya pada Joss. “Semua yang anda perlukan ada disini”

Joss memeriksa data dalam flashdisk di laptopnya. “Waahhh... ini benar-benar menakjubkan, aku bisa membuat perusahaan rivalku jatuh dengan mudahnya. Bagaimana kau bisa melakukan ini, Krist?” Mata Joss masih meneliti data rival perusahaan Joss.

“Banyak cara untuk melakukannya, Tuan Joss”

“Wow... “ Joss beralih ke Krist. “Maaf telah meragukanmu di awal kita bertemu”

“Tidak apa-apa jika anda bisa menepati janji yang sudah kita sepakati”

“Tentu saja. Aku akan berada di pihakmu, lagipula aku memang sudah tidak percaya dengan Lee setelah tahu perusahaannya hampir bangkrut. Tapi setelah ada kau, perusahaan mereka berkembang cukup pesat”

Krist tersenyum tipis. “Saya hanya menerapkan yang diajarkan almarhum Papa saya”

“Ya ya ya... Siapa tahu keluarga Sangpotirat akan terkenal lagi seperti dulu dan untuk perusahaan lain yang bekerja sama dengan Lee, kau tak usah khawatir, aku yang akan mengurusnya karena kami sangat dekat”

“Baik, terima kasih banyak, Tuan Joss, anda sangat membantu”

“Ey... ini balasan karena kau sudah berikan padaku. Aku sangat berharap kau bisa menggantikan Lee, karena dia memang tidak becus mengurus perusahaan itu”

“Anda akan mendengar kabar baik secepatnya”

“Baguslah. Kalau begitu aku pergi dulu, aku harus segera mengurus ini” Joss pergi dengan menenteng laptopnya.

Singto mengamati Joss hingga keluar cafe. “Jadi ini yang kau sebut barter?”

“Memanfaatkan keinginan orang lain demi memenuhi keinginan kita, itu mudah Singto”

“Yah... terserahlah”

Singto dan Krist keluar dari tempat itu. Belum sampai masuk mobil, suara laki-laki wanita menghentikan mereka.

“Permisi, Tuan”

Krist menoleh. Seorang laki Berkaca mata tebal dan membawa kamera yang menggantung di lehernya, berlari ke arah Krist dan Singto. Dia berhenti tepat di depan Krist.

“Siapa?”

“Saya Pluem dari majalah bisnis Zora Magazine” ia menunjukkan kartu identitasnya.

“Ada apa?”

“Saya ingin menanyakan beberapa hal, maaf mendadak. Tapi setelah berita meninggalnya orang tua anda, tiba-tiba tersiar berita bahwa anak dari Jack Sangpotirat telah menjadi bagian dari perusahaan Lee. Anda, Krist Perawat Sangpotirat, kan? Anak satu-satunya dari keluarga Sangpotirat”

Krist menatap waspada. “Ya, kenapa?”

Pria itu tersenyum. “Banyak yang menanyakan kemana anda setelah perusahaan yang sempat anda kelola bangkrut? Dan tiba-tiba sekarang berapa di perusahaan Lee, ada hubungan apa anda dengan Tuan Lee?” Pluem siap menulis di buku catatan kecilnya.

“Saya hanya menenenagkan diri setelah kepergian orang tua dan saya dikenalkan oleh seorang kenalan pada Tuan Lee”

“Perusahaan Lee belum lama ini mengalami penurunan dan hampir bangkrut, kenapa anda tetap memilih kesana?”

“Saya hanya berusaha membantu walau tidak banyak”

“Yang saya tahu, perusahaan dan semua aset keluarga Sangpotirat telah disita. Apa yang anda gunakan untuk membantu perusahaan Lee? Yang pasti perusahaan Lee membutuhkan suntikan dana untuk memperbaiki kinerja perusahaan mereka, darimana anda mendapatkan itu semua?”

“Bukan hanya materi yang dibutuhkan perusahaan Lee, namun strategi pemasaran mereka yang harus sedikit dirubah dan itulah yang saya lakukan”

“Um... baik” Pluem dengan cepat menulis yang dikatakan Krist di buku catatannya.

“Apa sudah cukup? Saya masih ada perlu”

“Oh satu pertanyaan lagi, tadi saya melihat anda bertemu dengan Tuan Joss dari perusahaan Way-Ar dan yang saya tahu beliau bekerja sama dengan Tuan Lee, tapi setelah perusahaan Lee hampir bangkrut, beliau memutuskan kerjasamanya. Namun tadi, anda mengobrol dengan Tuan Joss, apakah anda sedang membujuk Tuan Joss untuk tetap bekerja sama dengan perusahaan Lee?”

“Kami hanya mengobrol dan Tuan Joss tidak memutuskan kerjasama dengan perusahaan Lee”

“Memangnya apa yang membuatnya tetap bekerjasama dengan perusahaan Lee? Bagaimana cara anda membujuk beliau?”

“Eum... mungkin beliau hanya melihat bahwa perusahaan Lee masih memiliki harapan untuk bangkit lagi”

“Oh, kalau begitu terima kasih atas waktunya”

“Iya sama-sama, permisi” Krist memasuki mobil disusul oleh Singto dan mereka pun meninggalkan Pluem yang masih berdiri ditempatnya.

Di jalan Singto memperhatikan Krist yang diam menatap keluar jendela. “Apa tidak apa mengatakan seperti itu pada orang tadi?”

“Aku hanya menjawab sesedikit mungkin, mereka pasti akan membesar-besarkannya di majalah dan koran. Jika mereka memberitakan yang tak sesuai dengan yang kukatakan, kau hanya harus membereskannya”

“Aku?”

“Kau pikir aku punya waktu untuk mengurusi mereka? Kita langsung pulang”

“Iya iya! Tuan muda!” Singto langsung melajukan mobil menuju rumah.

.
.
.

Tbc

"Let's make it quick"

Maaf kalau masih banyak typo 🙏🏻

Thank you for reading 😊

See you next chapter 🤗

[Hiatus] Young Master's Knight - [SK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang