Udah pada nunggu part ini ga? Jangan lupa taburkan bintang ya di setiap partnya!
Diperjalanan pulang dari rumah Mas Firman, aku menatap nanar keluar jendela. Bayang-bayang menyakitkan berkelebat di benakku. Bagaimana aku akan berjuang jika orang yang kuinginkan tidak memperjuangkan ku. Sekarang aku ragu pada cinta. Sulit untuk aku berharap bahagia. Telepon ku berdering, menampilkan nama Vino.
'Lama sekali dia baru merespon pesan ku.' Batinku.
"Hallo, Vin." Dengan nada malas.
"Kamu ngapain pakai nemenin lelaki itu segala."
"Aku mau nyelesaiin masalah sama Mas Firman."
"Nyesalin masalah atau nambah rasa ma dia?"
"Aku capek mau debat. Kenapa gak coba dikit aja menghargai aku, aku udah jujur ma kamu. Setelah ini aku juga gak bakal pergi bahkan jumpa dia lagi."
Panggilan itu langsung aku putuskan. Kini kekesalan ku tumpahkan pada Vino. Seharusnya aku kesal sama Mas Firman. Ngapa sih hati ini masih aja ngarep. Susah banget buat ngontrol hati biar bisa ikut mau kita. Aku menekan-nekan pelipis berusaha menghilangkan nyeri di kepala.
Taxi online yang aku tumpangi sudah sampai di depan rumah. Ternyata Vino sudah lebih dulu sampai di rumah. Dia menunggu dengan wajah kesal. Sambil berkacak pinggang. Aku tak memperdulikannya dan membuka pintu. Namun dia tetap mengekor dibelakang.
"Ran. Kita perlu bicara?" Suaranya terdengar menahan marah.
"Aku capek Vin."
"Udah ngapain aja kamu sama duda mesum itu?"
"Jangan suka nuduh. Aku gak melakukan apa yang ada di fikiran mu itu."
"Kenapa sih Ran kamu gak pernah mau dengerin omongan aku. Kamu selalu aja nemuin duda itu. Udah aku bilang, aku gak suka, aku benci. O... atau kamu masih cinta sama duda itu ya?" Tuduh Vino.
"Berhenti melarang-larang aku Vin. Aku dan Mas Firman gak akan pernah bersama. Sekuat apapun cinta kami." Mata ku terasa panas. Dada terasa sakit mengingat penolakan demi penolakan yang di lakukan tante Meli dan hinaan Bella. Aku kira aku kuat menerimanya. Namun ternyata diri ini hanya menyimpan bom waktu yang kini sudah meledak.
"Aku gak bisa terima dia selalu ada di dekatmu, Ran. Apalagi sampai memiliki mu. Aku gak akan rela. Sudah terlalu banyak sakit yang dia berikan untuk mu."
"Stop. Aku bukan barang untuk diperebutkan, seenak kalian memiliki tanpa peduli perasaan ini." Kini tetes bening itu sudah mengalir deras di pipi ku.
"Aku peduli Ran. Sangat peduli."
"Mana buktinya, Vin? Kamu malah meninggalkanku saat aku ingin hubungan kita mendapat rrstu orang tuamu."
"Maksudku, bukan begitu Ran. Maaf." Vino berusaha meraih tangan ku, namun lebih dulu ku tepis.
"Apa aku sangat rendah dimata kalian? Apa salah diri ini hingga sulit untuk kalian terima? Apa karena aku tak kaya raya, lalu tak boleh bahagia? Apa aku tak layak merasakan cinta yang tulus tanpa memandang status sosial? Aku lelah Vin, ku lelah. Di hina, di caci, di tolak. Aku tak pernah merebut atau mengganggu kebahagian orang lain. Aku selalu mengalah. Tapi aku sakit Vin, aku gak kuat." Kini tangis ku pecah, aku terduduk di lantai dengan memeluk lutut dan memnenamkan wajahku di lutut.
Ada ribuan rasa ngilu menyerang ulu hati. Berdenyut semakin kuat karena sakit yang tertahan selama ini. Saat terlepas pun masih mengikat di hati. Aku semakin terisak dengan memegang dada yang semakin nyeri.
Vino memeluk ku, membawa tubuh ini bersandar di dada bidangnya. Aku tumpahkan semua sesak di hati ke dalam dekapannya.
"Maafkan aku Ran. Aku tak tahu jika hati mu serapuh ini, sesakit ini menampung semuanya sendiri. Aku sangat bodoh. Aku egois." Vino memeluk erat tubuh ku dan memberikan ciuman di pucuk kepala. Masih dengan terisak, Vino menuntunku duduk di sofa. Mata ku sudah sembab dengan lepala berdenyut dan hidung yang mampet. Di sofa dia kembali memeluk tubuhku. Tangis ku sudah reda, namun masih sesegukan seperti anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA sang MANTAN ✔ (TAMAT) ✔
RomanceMengisahkan seorang wanita yang berusaha lepas dari kisah cinta masa lalu. Menata hidup tanpa hadirnya seseorang yang akan memberikan perhatian. Saat dia mampu mengubah hidupnya, sosok masa lalu kembali hadir membawa cinta yang pernah mati. Di saat...