Gadis Misterius

24 2 0
                                    

Entah apa yang salah dari rumah tua itu, tapi setiap kali aku melewatinya, aku merasa terpanggil untuk masuk kesana, tapi aku menahan rasa penasaranku itu. Lama kelamaan rasa penasaranku mereda, sampai pada suatu hari saat aku melewati rumah itu dengan sepedaku, aku melihat ada seorang gadis berdiri di depan teras yang terus menatapku. Awalanya aku tidak memperdulikannya, tetapi akhir-akhir ini gadis itu terua berada disana. Entah apa yang sedang ia lakukan, dan rasa penasaranku akan rumah itu kembali muncul.

"Afgan!" teriak mama dari ruang tengah. aku segera menuruni tangga, saat sampai aku melihat Andin-adikku sedang menangisdi gendongan mama.

"tolong belikan susu di tempat bulek Asri!" suruh mama. Aku segera menolaknya, karena warung bulek Asri itu agak jauh dan satu2nya jalan adalah aku harus melewati rumah tua itu.

"Lho? kenapa? biasanya kmu mau, kok sekarang gak?"

"Ya.. malas aja ma" kataku bohong.

"Ayolah, gan. Kasihan nih adekmu daritadi nangis terus karena ke hausan" mohon mama.

"Ugh.. oke fine. Aku bakal beliin susunya" kataku lalu pergi membeli susu ke warung.

* * *

"Gan, kita balik dulu ya" Kata Ridho saat sampai di persimpangan jalan.

"Yoi" kataku lalu kami berpisah.

Beh.. capek banget rasanya, barusan kami selesai bermain sepak bola, sampai2 kita lupa waktu padahal sudah mau maghrib. Saat aku melewati rumah tua itu lagi, aku kembali melihat gadis itu lagi, aku melihat ia sedang memeluk boneka. Aku segera melajukan kayuhanku dan segera pulang, hiii.. benar2 merinding aku. Sesampainya aku di kamar, ku terus menerus memikirkan hal itu.

"Ugh! Aku benar2 udah gak tahan. Oke fix, habis Isya' gue bakal kerumah tua itu"

Sesampainya aku di rumah itu, aku sama sekali tak melihat gadis yg selalu berdiri di depan teras. Baru saja aku sampai di depan teras rumah itu.. tapi bulu kudukku udah berdiri aja. Tetapi rasa penasaranku mengalahkan rasa takutku. Lalu aku mencoba untuk memberanikan diri masuk kedalam.

Iuh... sungguh menjijikkan, rumahnya sangat kotor dan seperti tak pernah di rawat sama sekali. Sampai2 ada jamur yg tumbuh di langit2 rumah dan lembab. Ugh... baunya nyengat banget!, batinku tak nyaman. Saat aku sedang asyik berkeliling, tiba2...

"Aaaahh!!!" teriakku saat pundakku di sentuh dari belakang.

"Ngapain kmu disini?" tanya suara itu. Dari suaranya keknya itu manusia deh, pikirku. Aku mencoba memberanikan diri untuk balik badan.

"Seharusnya aku yg nanya sama kmu. Kmu ngapain malam2 gini ada disini? mana kmu gadis lagi" tanyaku heran. Ternyata dia manusia.

Gadis itu memakai gaun berwarna merah hitam, ia memakai sepatu berwarna merah, rambutnya panjang berwarna hitam lebat, wajahnya caantik dan putih mulus, ditangannya ia memeluk boneka yg mirip dengannya.

Alih2 menjawab pertanyaanku dia malah menarik tanganku, menuju halaman belakang rumah ini. Wow!, kataku takjub saat melihat halamannya. Benar2 indah sekali, malam yg gelap di tambah dengan kunang2 yg cantik.

"Btw, nama kmu siapa? aku Afgaan" kataku sanbil menjulurkan tangan.

"Namaku Mira, salam kenal Afgan" katanya sambil menyambut jabatan tangannku. Tangannya dingin banget, mungkin karena udah malem kali ya? makanya dia kedinginan, pikirku.

Aku melirik jam tanganku, hari udah semakin larut aku harus segera pulang. Aku pun berpamitan dengannya lalu pergi pulang. Sesampainya aku di rumah aku kena omel mama, disitu aku benar2 di omelin habis2an. Setelah perdebatan yg panjang dan melelahkan itu, aku langsung ke kamar dan tidur dengan pulas.

* * *

"Hah!? Aku ada dimana ini?" tanyaku saat aku berada di suatu tempat yg asing. Tak lama setelah itu aku mendengar suara gadis sedang minta tolong dan menangis.

Aku berjalan ke arah suara itu, dan tanpa ku sadari aku sudah berada di medan tempur. Aku segera berlindung di tempat yg menurutku aman, disitu aku melihat banyak sekali korban yang berjatuhan. Lalu aku melihat seseorang yang familiar banget buatku. Loh! itukan Mira!?, batinku kaget. Aku melihat seorang prajurit yg menodongkan pistolnya ke arah Mira.

DORR!!!

Seketika saja ia mati dengan meninggalkan bekas tembakan di kepalanya. Ja... jadi... gadis yg aku temui malam itu... sudah mati!?, batinku tak percaya. Tak lama setelah itu, prajutit yang menembak Mira melihatku dan menghampiriku. Aku berusaha untuk bersembunyi tetapi sudah terlambat, ia sudah berhasil menemukanku dan menodongkan pistolnya ke arahku.

DORR!!!

Dan disaat yang bersamaan dengan suara tembakan itu, aku sudah berada ditempat lain... tempat yang sepertinya aku kenali.

"Loh, kok aku bisa ada disini? Bukannya tadi aku..." belum sempat aku berbicara tiba2 aja ada seseorang yang menyentuh pundakku dari belakang, aku berusaha untuk gak teriak dan membalikkan badan.

Aku melihat Mira, gadis yang di tembak mati oleh prajurit itu. Penampilannya sunggu di luar dugaan dan sangan jauh dari penampilan dia sebelumnya. Di kepalanya masih ada bekas tembakan parjurit itu, baju dan bonekanya berlumuran darah. Lalu ia berkata...

"Tolong... tolong aku... hanya kmulah kesempatanku satu2nya, tolong kuburkan mayatku dengan layak, tolong aku..." kata Mira memohon.

"Ta-tapi bagaimana caranya aku melakukan itu? Sementara a-aku sendiri gak tau dimana ma-mayat kmu" kataku gagap.

"Mayatku berada dimana kmu menginjakkan kakimu, tolong aku... kumohon..." katanya lalu lenyap begitu saja.

Lalu aku terbangun dari mimpiku, aku bergegas siap2 untuk membantu Mira. Aku menghubungi teman2ku dan berjanji akan bertemu di depan rumah tua itu. Dan aku juga menyuruh mereka untukk membawa sekop dan senter.

* * *

"Yang bener lu, gan.. mayatnya ada disini?" tanya Ridho sedikit khawatir.

"Iya, aku yakin kok kalo mayatnya ada disini" jawabku pasti.

"Kalo salah kek apa, gan?" tanya fadhil khawatir.

"Halah, gak usah basa-basi lagi deh ya. Kalian percaya aja sama aku" kataku lalu menyuruh mereka menyekopi tanahnya. ternyata emang benar ada bangkai manusianya.

"Gila, baunya nyengat banget!" kata fadhil gak nahan.

Lalu kami ssegera menlfon polisi dan ambulan. Mereka lalu membawa mayat itu kerumah sakit dan segera di autopsi. Setelah diselidiki, mereka heran karena gak menemukan identita Mira. Jadi, mereka menyimpulkan bahwa Mira sudah mati beberapa tahun yang lalu.

"Semoga dia tenang ya, disana" kata Ridho.

"Ya" jawabku.

~END~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerpen Cerpen MenarikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang