Pada suatu siang tembakan gas air mata dan pukulan preman berseragam cokelat membungkam pita suara kami agar kami tidak berisik mengganggu wakil-wakil kami yang sedang sibuk membuat kandang bagi kebebasan yang telah dua dekade meranum.
Ah, di siang ini tiadalah kami berhasrat durhaka kepada wakil-wakil kami yang bersemayam di parlemen jikalau mereka tidak sedang berapatis ria, jikalau lidah mereka masih tetap lidah kami, jikalau mereka tetap sadar suara mereka haruslah lantang amanat kami.
Pada zenit ini kami turun ke jalan ingin bertamu sambil membawa bingkisan amanat agar mereka tetap ingat untuk tidak berkhianat terhadap mandat. Sementara itu wakil-wakil kami menyuguhkan tembakan gas air mata dan preman berseragam sambil sesekali merampungkan kandang bagi hidup kami.
September, 2019
