PROLOG

18 2 0
                                    

"selamat ya atas hari jadiannya."

"Cie nggak jomblo lagi." Teman-teman di kelas bersorak gembira pada Aprillia dan Maratha. Maratha cowok di kelasku yang paling populer, wajahnya tampan. Sementara Aprillia cewek cantik dengan sikapnya yang hangat dan bersahabat. Mereka berdua memang cocok sih.

Aku hanya duduk di pojok kelas dengan telinga tersumbat earphone. Mencoba nggak peduli dengan apa yang terjadi. Untuk apa hatiku hancur melihat mereka bahagia. Tak masalah jika itu April. Tapi, kenapa harus dengan Atha.

April mendatangiku yang terduduk diam membaca buku di pojok kelas. Senyum terpapang di wajahnya. Entah itu senyum menghina atau memang dia tulus tersenyum. Jangan buat aku bingung.

"Nat kok diem di pojok sih. Kayaknya kamu lagi ga mood ya?" April sedikit mencondongkan badannya ke arahku.

"Eh?" Aku mengangkat alisku dan melepas earphone. Buku bacaan ditutup. "Nggak kok aku lagi baca aja. Selamat ya atas hari jadiannya." Aku mencoba tersenyum sekuat tenaga.

"Maafin aku ya. Harusnya aku nggak sama Atha. Harusnya aku lebih mikirin perasaan ka-"

"Nggak apa-apa, cinta itu nggak bisa dipaksain pril." Aku kembali tersenyum padanya. Tak lama sang pangeran datang menghampiri kita.

"Pril pulang yuk. Kita rayain hari jadian." Maratha merangkul pujaan hatinya. April membalas dengan senyum lalu meninggalkanku.

Melihat punggung mereka berdua sangat membunuh hatiku. Apa kau tak tahu apa yang sudah aku lakukan padanya. Kau tak tahu sebagaimana aku berjuang padanya. Semua pikiran itu aku simpan dalam-dalam. Tak bisa langsung kulontarkan.

*****

Aku berjalan lesu saat pulang. Langkah kaki kuseret. Suara gesekan sepatu pada aspal terdengar setiap kali melangkah. Kepala menunduk, tak ingin melihat wajah orang. Mereka semua bahagia kecuali aku.

Sampai rumah aku tak mengucapkan apapun. Ibu yang sedang di ruang tengah heran melihat putranya yang murung. Kulempar tas ranselku ke arah kasur. Setelah itu aku meloncat kesana. Bersembunyi di balik bantal. Maaf aku membuatmu basah lagi.

Saat aku berbaring aku menengok ke arah kalender. Aku berjalan kearahnya. Membolak balik kalender. Aku berhenti ketika melihat bulan April. Aku ingat bulan April tahun lalu. Andai saja kesalahan waktu itu tak kuperbuat aku tak akan seperti ini. Dia tak akan jadian. Harapanku adalah bisa kembali ke tahun lalu dan memperbaiki segalanya. Merasa hal itu tak mungkin aku kembali ke kasur untuk tidur.

******

Aku terbangun lesu. Melihat jam di ponsel. Ternyata masih pagi. Aku melakukan rutinitasku. Menggosok gigi, mandi, dan turun ke lantai bawah untuk makan. Ibu sudah disana menyiapkan makan. Dia tersenyum padaku. Namun, aku tak membalasnya, malah duduk dan makan.

"Kamu kenapa kok lesu?" Ibu bertanya selagi melahap sarapannya.

"Nggak apa-apa." Aku menyuap nasi ke mulutku.

"Nggak kerasa kamu udah kelas 11, ibu harap kamu nggak males-malesan." Ibu tersenyum.

"Ibu lupa ya aku kan kelas 12. Doain ujiannya sukses." Raut wajahku berubah sedikit bingung.

"Loh kamu yang lupa kamu bener-bener kelas 11." Ibu melotot memandangiku.

"Ibu bercanda deh." Aku benar-benar kesal padanya yang lupa kalau aku sudah kelas 12.

Suara tv yang menyala terdengar. Aneh sekali tv dibiarkan menyala walau tak ditonton. Untuk menghemat biaya listrik aku berjalan menuju ruang tengah dan mematikannya. Tapi, ada hal yang mengejutkanku

"Berita hari ini. Seorang siswi telah tewas di pusat kota. Dikabarkan siswi itu dibunuh oleh laki-laki usia 18 tahun karena masalah percintaan. Dikabarkan laki-laki itu adalah mantan pacarnya."

Ah inikan berita tahun lalu. Aku ingat pada bulan April tahun lalu memang terjadi ini. Kenapa mereka menyiarkan lagi? Aku masih memegang remote tv. Karena penasaran aku bertanya pada ibu.

"Bu kenapa berita tahun lalu disiarkan?" Aku sedikit kesal dan mematikan tv.

"Memangnya berita apa?" Ibu memiringkan wajah dan mengangkat alisnya dengan menopang dagunya.

"Ada siswi yang dibunuh oleh mantannya."

"Hah? Ibu baru dengar. Kamu harus lebih hati-hati ya. Kalau putus selesaikan baik-baik." Ibu meneguk secangkir teh buatannya.

"Ibu jangan ngawur deh. Masa baru dengar." Aku sedikit kesal karena ibu sudah lupa. Merasa ada yang aneh aku bertanya lagi. "Bu, sekarang tanggal berapa?" Jantungku berdegup kencang.

"1 April kan."

"Tahun?" Jantungku berdegup semakin kencang.

"2016." Ibu meneguk lagi tehnya.

"Bu jangan ngaco deh." Mataku terbelalak mendengar jawabannya.

"Beneran kok. Cek aja kalender."

Aku berlari menuju kamarku. Buru-buru melihat kalender. Semakin terkejut ketika melihat kalender. Memang benar hari ini tanggal 1 April. Tapi, tahun 2016. Merasa belum yakin aku membuka ponselku. Disana tertulis 01 April 2016. Ini kan tahun lalu. Apa aku benar-benar kembali ke tahun lalu?

Alternate EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang