9. Break Up

1.7K 258 20
                                    

Perfectionist
Actor
&
Me

Kenapa ada saja yang mengoyak kebahagiaan saat senyum baru dimulai?

~•♡•~

Keheningan melanda keduanya. Jimin semakin bungkam saat Seulgi menunjukkan foto yang telah usang itu tepat di depan matanya.

Tapi, Jimin secara tiba-tiba langsung merampas foto tersebut dan merobeknya hinga menjadi kepingan kecil.

"Yak! Apa yang kau---,"

Suara ponsel Jimin yang berbunyi memutuskan ucapan Seulgi.

Tanpa berlama-lama lagi, Jimin segera mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"..."

"Tunggu sebentar." Setelah itu, Jimin langsung mematikan ponselnya.

"Lebih baik kau pulang saja. Tidak baik berada di rumah sakit jiwa ini." Jimin memasukkan ponselnya kembali sebelum menarik tangan Seulgi untuk pergi dari rooftop ini.

"Ck, pulang begitu saja katamu? Aku tidak mau pulang sebelum bertemu dengan korbanmu."

"Apa maksudmu? Jangan berbicara yang tidak-tidak," ujar Jimin sambil mencengkram kuat pergelangan tangan Seulgi yang hendak menepis tangannya.

"Kalau kau tidak mau mengaku, lebih baik kita putus. Toh, kita tidak saling mencintai, kan?" Seulgi menatap Jimin dengan nanar. Seulgi akui, hatinya sedikit sesak setelah mengucapkan kalimat itu.

Jimin menatap Seulgi dengan mata yang terbelalak kaget. Pria itu menarik tubuh Seulgi agar mendekat padanya.

"Siapa yang bilang aku tidak mencintaimu?" Jimin menatap Seulgi dengan tatapan menusuknya.

"Siapa!?" teriaknya begitu marah tepat di depan wajah Seulgi.

"Aku sedari tadi sudah mencoba menahan untuk tidak meluapkan emosiku. Tapi, setelah aku perhatikan, kau malah semakin berani terhadapku,"

"Apa aku harus selalu mengatakan 'aku mencintaimu' agar kau tahu aku mencintaimu?"

Nafas Jimin jelas terasa di permukaan wajah Seulgi saking dekatnya wajah pria itu dengannya.

"Apa karena gadis bernama Irene kau ingin memutuskanku?" tanya Jimin begitu tak terima saat Seulgi ingin memutuskannya.

"Ingat, jangan pernah mencoba untuk memutuskan hubungan kita," bisik Jimin sebelum menjauh dari tubuh Seulgi yang bergetar.

Seulgi menghela nafasnya sebelum menjawab semua pertanyaan Jimin. "Aku tidak perlu kata-kata manis seperti 'aku mencintaimu' dan sebagainya. Aku hanya ingin kau jujur kepadaku. Asal kau tahu, aku sudah berusaha membuka hatiku kepadamu semenjak pertama kalinya kau mengajakku untuk berkencan. Dan kau tahu apa yang terjadi kepadaku sekarang? Hatiku sudah terbuka, dan tepat di dalam hatiku, ada namamu yang terukir di sana."

Jimin terdiam sambil menatap mata indah Seulgi yang balas menatapnya.

Seulgi terkejut saat pria itu tiba-tiba meneteskan air matanya sambil mengusap rambutnya frustasi.

"Apa yang kau lakukan Park Jimin? Lagi-lagi kau menyakiti banyak hati wanita," lirih Jimin yang mampu di dengar Seulgi.

Jimin membuang mukanya agar Seulgi tidak bisa melihat air matanya yang perlahan-lahan turun membasahi pipinya.

Sebenarnya, Seulgi bertanya-tanya di dalam hati, apa maksud dari ucapan Jimin tadi?

Pria itu berkata bahwa lagi-lagi dirinya menyakiti banyak hati wanita. Berarti... Jimin pernah menyakiti hati seorang wanita selain Seulgi, kan? Dan Seulgi yakin wanita yang dimaksud di dalam ucapan Jimin tadi adalah Irene.

"Sebenarnya, apa yang kau ingin kau ketahui dari Irene?" tanya Jimin setelah menyeka kasar air matanya.

"Aku sudah tahu semuanya. Tapi aku ingin mendengar semuanya dari mulutmu," jelas Seulgi.

"Dia... dia hanya sahabatku. Tapi, itu dulu. Dan sekarang.. dia memiliki gangguan jiwa karenaku. Aku harus membuatnya sembuh, karena aku merasa harus bertanggung jawab. Akhir-akhir ini aku merasa dihantui semenjak mengetahui bahwa dia masuk ke rumah sakit jiwa dan dinyatakan memiliki gangguan jiwa." Setelah mengatakan hal itu, Jimin menunduk tak berani melihat ekspresi wajah Seulgi.

Jimin sengaja tidak memberitahu alasan mengapa Irene bisa memiliki gangguan jiwa. Dia tidak ingin menyakiti hati Seulgi lebih. Meski tanpa diketahui Jimin, Seulgi sudah mengetahui semuanya.

Jimin kembali berujar sedikit ragu kepada Seulgi, "Kita masih berpacaran, bukan?" tanyanya.

Seulgi ingin tertawa sinis detik ini juga. Mana bisa mereka dianggap berpacaran kalau Jimin bahkan masih belum memutuskan pacar pertamanya, Irene.

"Kalau kita berpacaran. Berarti pacarmu ada dua," ujar Seulgi sinis.

Jimin kembali terdiam, "Maksudmu?"

"Berhenti berbohong, Park Jimin. Aku sudah mengetahui semuanya," ujar Seulgi tegas.

"Aku rasa... hubungan kita memang lebih baik tidak usah dilanjutkan lagi," ujar Seulgi begitu pahit. Hatinya sesak setelah mengatakan hal ini. Tapi, Seulgi merasa bahwa ini adalah jalan yang baik dan benar bagi mereka berdua.

Saat Seulgi hendak pergi, Jimin sempat-sempatnya menahan Seulgi dengan kembali bertanya, "Kapan kita bisa melanjutkan kembali hubungan ini?"

Dengan senyuman tipis, Seulgi menjawab, "Setelah Irene sembuh. Dan setelah hubungan kalian selesai tanpa adanya permasalahan,"

"Aku hanya ingin mengatakan padamu, cinta itu ketika kau berusaha mencari kebahagiaan untuknya, bukan darinya."

-tbc

















PERFECT ACT & ME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang