Perfectionist
Actor
&
MeSeulgi menatap Jimin dengan matanya yang terbelalak. Apa saat ini Jimin sedang mabuk sehingga pria itu bisa mengucapkan kalimat itu sesantai mungkin? Tapi sayangnya tidak! Jimin masih dalam keadaan sadar.
"Tidak, Jim. Jangan mengada-ada," ujar Seulgi kembali meletakkan segelas whisky-nya.
"Aku tidak mengada-ada," balas Jimin serius.
Seulgi menghela nafasnya. Ini semua tidak benar. Kemarin, dia bermalam di apartemen Jimin. Tapi itu hanya untuk tidur. Hanya tidur. Dan sekarang Jimin mengajaknya bercinta?
Seulgi mencoba memaklumi sifat Jimin, "Duduk di sebelahku, sini." Seulgi menepuk sofa kosong di sebelahnya.
Jimin langsung duduk di sebelah Seulgi. Mata pria itu terus menatapnya intens.
"Aku menolak jika kau mengajakku untuk bercinta. Tidakkah kau berpikir semua ini tidak benar? Kau punya wanita lain selain aku. Kita mungkin bisa berteman atau bersahabat sampai urusanmu dengan Irene selesai."
Jimin terdiam menatap Seulgi. Ada sedikit kekecewaan di benak hatinya. Tapi harus Jimin akui semua ucapan Seulgi itu benar.
Ada Irene, wanita yang harus dipertanggungjawabkan akibat perbuatan Jimin.
Jimin menghembusan nafasnya berat. Pria itu langsung mengambil segelas whisky yang tadinya Seulgi tawari, lalu menenggaknya hingga tandas.
"Baiklah kalau itu maumu." Jimin meletakkan gelas yang sudah habis itu ke atas meja dengan kasar.
"Mau ke mana?" tanya Seulgi melihat tangan Jimin yang merogoh saku pria itu untuk mengambil kunci mobil.
"Menjenguk pacarku."
Seulgi terdiam menatap Jimin tak percaya. Pria itu selalu mengatakan 'aku tidak memutuskannya karena takut membuatnya semakin gila' sekarang, di depan mata Seulgi, Jimin mengakui bahwa Irene adalah pacarnya.
Setelah mengucapkan kata itu, Seulgi hanya bisa menatap punggung Jimin yang lama kelamaan menghilang dari pandangannya.
Dengan lemas, Seulgi menjatuhkan tubuhnya di atas sofa sambil menyeka air matanya yang hendak turun.
Seulgi tersenyum kecut, "Tak apa Seulgi, Irene memang pacarnya. Pacar pertamanya," ujar Seulgi pada dirinya sendiri.
Apa kalian ingat perkataan Jimin tentang 'kau wanita pertama yang aku pacari'? Dan ternyata pria itu hanya mengatakan omong kosong. Pacar pertamanya Irene, bukan Seulgi.
Seulgi membuka tas kecilnya, lalu mengambil ponselnya.
Membuka ponselnya, lalu menelepon seseorang yang dapat dia percayai.
Selagi menunggu panggilannya tersambung, Seulgi mengisi gelasnya dengan sebotol whisky, lalu menenggaknya hinga tandas.
"Halo, Tae. Bisakah kau menjemputku sebentar lagi? Sepertinya aku akan mabuk."
-
Jimin melihat Irene yang dengan lahapnya memakan makanan rumah sakit yang dia suapkan.
Makanan rumah sakit yang tidak ada rasanya, tapi sepertinya Irene begitu lahap karena Jimin yang menyuapinya.
Mata Jimin memicing begitu melihat obat painkiller yang mengintip dari balik bantal. Sepertinya Irene memang sengaja menyimpan obat itu diam-diam.
Jimin dengan cepat mengambil obat itu, lalu menunjukkannya tepat di depan mata Irene.
"Kau kelebihan dosis karena kebanyakan minum ini, kan? Sudah aku bilang jangan minum obat ini lagi! Kau ingin mati?" tanya Jimin sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT ACT & ME ✔
Romansa[BOOK 1] ✔ Meskipun Jimin seorang aktor dan mendapat dukungan dari banyak penggemarnya, itu tetap tidak membuat semuanya terasa sempurna meski berakhir dengan duka yang terus membayanginya. Jimin ingin melepas semua meski hatinya masih menjeratnya...