Perfectionist
Actor
&
MeTangan kiri Jimin terus menggenggam tangan Seulgi, sementara tangan kanannya pria itu gunakan untuk menyetir.
"Kau mau membawaku ke mana?" tanya Seulgi sambil membalas genggaman tangan Jimin.
"Ke suatu tempat."
Oke, sepertinya Seulgi harus pasrah dan menurut saja. Dia bertanya sebanyak apapun, Jimin pasti tetap tidak akan menjawabnya.
"Sudah sampai?" Seulgi merasa bahwa mobil yang mereka kendarai sudah berhenti di suatu tempat.
Jimin membuka pintu mobil untuk Seulgi, lalu menarik Seulgi keluar dari dalam mobil.
Gadis itu bisa merasakan hembusan angin kencang yang membuat rambut cokelatnya berterbangan.
Jimin masih membawa gadis itu ke suatu tempat yang lumayan ramai. Pria itu sama sekali tak memedulikan tatapan beberapa orang yang mengetahui keberadaannya dan kekasihnya. Jimin ingin seperti manusia biasa yang bisa berpacaran di tempat umum.
Perlahan-lahan, Jimin mulai membuka penutup mata Seulgi dan diakhiri dengan kecupan singkat di bibir gadisnya yang mampu membuat Seulgi tersenyum tipis dan membalasnya.
Tempat ini adalah Namsan Tower. Dan di hadapan Seulgi dan Jimin terpampang banyak gembok yang sudah bertulisan nama sepasang kekasih.
"Kau membawaku ke tempat ini?" Mata Seulgi berbinar-binar. Dia memang sudah pernah pergi ke Namsan Tower, tapi itu sudah beberapa tahun yang lalu lamanya.
"Kau senang aku membawamu ke sini?" tanya Jimin.
Seulgi mengangguk dengan semangat.
"Aku sudah menyiapkan gembok untuk kita yang akan dipasang disini." Jimin merogoh sakunya dan memberikan gembok kepada Seulgi.
Seulgi menerima pemberian gembok dari Jimin dan melihat namanya dan Jimin yang tertulis indah di gembok tersebut.
"Ayo pasang." Seulgi memasang gembok bertulisan nama mereka dibantu dengan Jimin.
Seulgi menatap gembok yang sudah dipasang itu dengan tatapan memohonnya. Dia memohon agar hubungannya dan Jimin kali ini berjalan lancar tanpa adanya masalah seperti waktu itu.
"Terima kasih," ujar Seulgi dengan suaranya yang tiba-tiba bergetar. Entah kenapa di suasana yang begitu menyenangkan ini, Seulgi malah ingin menangis.
"Kenapa menangis?" Jimin membungkuk menyamakan tinggi mereka yang hanya berbeda beberapa cm.
Seulgi tak berani menatap mata Jimin dalam-dalam. Hal itu semakin membuatnya ingin menangis. Jimin bahkan menyeka air matanya yang hendak turun membasahi pipi gembulnya.
"Kenapa menangis?"
Seulgi semakin tak bisa menahan tangisannya saat Jimin bertanya kepadanya dengan suara yang lembut.
Gadis itu tak berani memperlihatkan wajahnya yang saat ini pasti jelek karena sedang menangis. Seulgi lantas segera memeluk tubuh pria itu dan menenggelamkan wajahnya di dada kekar pria itu.
"Seharusnya aku yang berterima kasih. Aku pikir setelah Irene datang kembali ke kehidupanku, hubungan kita akan memburuk. Namun, kembali memperbaiki hubungan bersamamu adalah sebuah keajaiban terindah untukku," ujar Jimin sambil mengusap surai kecoklatan milik Seulgi dengan lembut.
Jimin melepas pelukan Seulgi, lalu menyeka air mata Seulgi sambil mencuri kecupan di bibir gadisnya.
"Jangan menangis lagi, okay? Jika kau sedih, aku juga sedih." Jimin dengan gemas mengacak rambut Seulgi saat gadisnya sudah berhenti menangis.
"Ngomong-ngomong, hadiahku mana?"
Seulgi mendongak menatap wajah Jimin. Ah, dia lupa tentang hal itu. Seulgi terlihat berpikir tentang hadiah apa yang akan dia berikan kepada Jimin.
"Kau mau hadiah apa?" tanya Seulgi menawarkan.
Jimin tersemyum gemas mendengar tawaran Seulgi, "Hmm.. sebuah kecupan di bibir, mungkin?"
Seulgi terlihat malu-malu untuk mengecup bibir Jimin walaupun pada akhirnya dia mengecup bibir Jimin dengan secepat kilat.
"Kurang lama. Ayo ulangi." Jimin menunjuk bibirnya.
Sementara Seulgi mencoba menetralkan detak jantungnya saat mencoba untuk mengecup bibir Jimin kembali.
Seulgi perlahan-lahan memajukan wajahnya dan mengecup bibir Jimin lama, lalu menjauhkan wajahnya kembali. Tapi tangan Jimin malah menahan kepala Seulgi dan menekan tengkuk leher Seulgi untuk memperdalam ciuman mereka yang berubah menjadi sebuah lumatan.
Seperti biasa, Jimin terlalu jago dalam berciuman membuat Seulgi kewalahan dalam mengimbangi ciuman mereka.
Seulgi mendorong dada Jimin, lalu mengambil nafas sebanyak-banyaknya saat pangutan mereka terlepas.
Jimin menekan bibir Seulgi dengan ibu jarinya, lalu mengusap bibir Seulgi yang sedikit membengkak.
"Aku masih mau lagi hadiah."
Seulgi membulatkan matanya. Apa hadiah tadi saja tidak cukup?
"Hadiah apa?"
"Anak."
Sedetik kemudian, Seulgi melongo. Apa maksud dari perkataan Jimin?
Gadis itu langsung tertawa dengan salah tingkah sambil mencubit perut Jimin, "Haha, jangan mengada-ngada."
Jimin memajukan wajahnya membuat Seulgi langsung berhenti tertawa.
"Kenapa mengada-ngada?"
"Je-jelas itu mengada-ngada Jim. Kita hanya sepasang kekasih.. dan membu-buat itu..." Seulgi kehabisan kata-kata saat Jimin memeluknya dan meletakkan kepalanya di bahu kanan milik Seulgi.
Setelah itu, Jimin tertawa terbahak-bahak tak menyangka melihat reaksi Seulgi yang sebegitu paniknya. Wajah gadis itu sampai berkeringat dingin.
"Aku bercanda, Sayang." Jimin terkekeh.
"Tapi ingat, kau hanya milikku. Ingat itu."
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT ACT & ME ✔
Romance[BOOK 1] ✔ Meskipun Jimin seorang aktor dan mendapat dukungan dari banyak penggemarnya, itu tetap tidak membuat semuanya terasa sempurna meski berakhir dengan duka yang terus membayanginya. Jimin ingin melepas semua meski hatinya masih menjeratnya...