yaaa semenjak hari itu, aku dan genta mulai hilang kabar, dia yang tak pernah terlihat di kampus, bahkan tiap paginya, sudah tak ada lagi suara motor di depan rumahku untuk menjemput, tak ada lagi yang meminta telur mata sapi ku yang di buat bunda lagi, tak ada genta yang menyebalkan.
"bunda udah lama ya ra ga liat genta" kata bunda sambil memasak di dapur, sedangkan aku menyiapkan roti tawar rasa coklat untuk ku bawa ke kampus
"sibuk dia bun, kan sekarang genta ikut organisasi gitu di kampus" lagi, lagi aku harus berbohong
"masa sih sibuk terus ra? biasanya main minimal seminggu, pasti ada aja tuh dia di rumah, bikin kamu kesel, jailin kamu terus kan"
aku hanya diam, sambil memasukan roti yang ku buat ke tas, aku pamit ke bunda.
"udah ah bun, jangan ngomongin genta, kasian nanti kupingnya pengang"
"berangkat sama siapa ra?"
"sama bayangan rara aja deh bun, ga bawel kaya genta soalnya, bayangan rara diem terus, gamau ngomong katanya malu"
"yaudah deh sana berangkat, salam buat genta ya ra"
seperti biasa, aku menunggu transjakarta di halte, menunggu sambil mendengarkan lagu yang sudah aku buat di playlist ku, sambil memakai earphone ku, aku memulai dengan lagu Sephia-sheila on 7, di tengah-tengah ke sunyian, ditemani dengan angin yang berhembus kencang, aku masih duduk sendiri di halte, berharap tiba-tiba genta datang, memberi senyum terbaiknya.
di dalam bus, aku hanya bisa terdiam, memandangi jalan, melihat pohon yang terus bergantian aku lewati, aku rindu genta, genta yang selalu ada di setiap hari-hari burukku maupun hari-hari senang ku, genta yang tak pernah mengeluh dengan semua keluhan ku, aku rindu genta yang selalu mau mendengar ocehanku seperti dulu, sebelum ia menghilang setelah menyatakan cintanya.
"ta, gua lagi sedih tau" ucapku di atas motor sambil bersandar di pundak nya
"mana pernah raranya gua sedih, itu mah hoax"
"gua serius tau ta, sedih banget, ta.. mau nangis"
"kenapa si ra, siapa yang nyakitin raranya genta hah?"
"ta.. gua kan putus sama biru" ucapku terbata-bata, air mata ku pun keluar.
genta mengehentikan motornya, berhenti di pinggir jalan adalah hal yang menyebalkan, kenapa juga sih nih orang berehenti tiba-tiba?
"ra, lu nangis, gua gamau anter ke kampus ya, biarin aja"
"sialan lo, tega, sama cewe rapuh begini ta"
"gua ga punya coklat ra, ga punya ice cream juga, jadi ga bisa tuh bikin lu senyum, udahan ga nangis nya? atau ga biarin aja kita diem terus di pinggir jalan"
"ta.. nanti klo ketemu biru, gua harus apa?"
"harus bilang kalo lu udah punya pacar, yaitu gua"
"sial, amit amit punya cowo kaya lo, dah lah jalan aja"
percakapan di atas motor bersama genta masih teringat di pikiranku, aku rindu, rindu genta yang selalu punya cara membutku tersenyum, rindu genta yang selalu marah dan kesal setiap kali ada yang menyakitiku.
bus transjakarta yang sudah ku tunggu pun telah tiba, seperti biasa, aku tidak mendapatlan kursi untuk duduk, tapi tiba-tiba..
"hei sini duduk di tempat gua aja, laki laki harusnya ngalah kan?" ucap laki-laki itu padaku, aku tidak mengenalnya, sama sekali tidak.
"ehehe makasih banyak ya" ucapku malu, lega.. akhirnya aku tak harus berlama-lama berdiri
"btw kita satu kampus?" gumamnya sambil menunjukan almameter kampus yang dia pakai
"yampun iyaaaa satu kampus"
"kenalin, saka" ucapnya seraya mengelurukan tangannya
"haii gue rara"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Luka
Romancejatuh cinta ternyata tak seindah yang aku bayangkan, aku menemukan dia, yang aku pikir bisa melengkapiku, yang ku kira akan terus buatku bahagia, nyatanya tidak, aku tumbuh dari luka, tapi apa kalian tau? ada seorang sahabat yang tak pernah berhenti...