-2-

103 5 5
                                    

Kebetulan hari ini Agha kedapatan jaga malam di IGD, belum juga jam 12 ia telah tiga kali bolak-balik ke radiologi.

"Laris ya dirimu, belum mandi kayaknya ini." Sindir Kayla yang kali ini jaga malam bersama dengan Mas Yudha dan Maulyn.

"Jangankan mandi, tidur aja masih belum sempat." Ujar Agha lelah. Bagaimana ia tidak lelah, sudah 48 jam ia hampir tidak tidur, hanya sempat mencuri waktu untuk tidur itupun tidak lebih dari 2 jam.

"Ulululu acian. Ya udah abis ini istirahat."

Agha mengenakan handscoon dan juga apron, begitu pula dengan Kayla dan Maulyn. Mereka mengenakan handscoon serta melapisi kaset detector radiasi dengan plastic, karena pasien kali ini adalah korban kecelakaan lalulintas.

"Foto apa aja dok?" tanya Maulyn.

"CTP, Shoulder, Femur, Genu, Cruris, Antebrachii, Manus dextra/sinistra." Jawab Agha.

"Oke, mari kita selesaikan." Kayla memberikan kode mata pada Maulyn, tanpa banyak bicara mereka berdua saling bekerja sama dan membantu satu sama lain. Jika Kayla memposisikan pasien, Maulyn bertugas untuk mengatur posisi tube pesawat radiasi, begitupun sebaliknya. Berkat kerja sama yang baik, mereka melakukan sesi pemotretan dengan cepat. Kayla dan Maulyn melepaskan handscoon mereka yang sudah berlumuran darah.

"Gimana? Ga ada yang perlu diulang?" tanya Agha.

"Sebentar dicek dulu... Oke, aman semua, ga ada yang perlu difoto ulang." Ujar Kayla setelah mengecek hasil foto rontgen satu per satu.

"Ya udah kalau gitu aku balikin pasien ini ke IGD dulu, nanti kesini lagi untuk foto hasilnya." Agha melepaskan handscoon miliknya, lalu menggantinya dengan yang baru. Setelah itu ia mendorong pasiennya kembali menuju IGD.

"Kay, aku kedalam duluan ya. Kutinggal gapapa?" tanya Maulyn.

"Aman, kamu tidurlah duluan." Ujar Kayla.

"Kalau ada pasien lagi bangunin aku ya." Pesan Maulyn.

Kayla hanya mengangguk. Setelah Maulyn kedalam, ia kembali melanjutkan mengedit dan mengeprint foto rontgen pasien tadi.

"Udah selesai?" tanya Agha, ia telah kembali setelah mengantarkan pasien tersebut ke IGD.

"Masih belum, sebentar ya, fotonya banyak." Ujar Kayla.

Agha mengambil kursi lalu duduk disebelah Kayla, setelah itu ia menyandarkan kepalanya dibahu kiri gadis itu. Kayla terkejut, akibatnya ia jadi terdiam membeku.

"Kalau sudah selesai bangunkan aku." Akhirnya Agha tertidur dengan kepala bersandar pada Kayla. Gadis itu menjadi tidak fokus untuk memproses hasil foto rontgen, jantungnya berdebar tidak karuan, semua ini karena seseorang yang saat ini tertidur bersandar disampingnya.

***

Setelah jaga semalaman akhirnya pagipun datang. Teman-teman radiografer yang jaga pagi sudah datang, Kayla segera menarik Mas Riza untuk operan serta memberikan laporan jaga semalam.

"Operannya itu saja, aku pamit pulang ya mas." Ujar Kayla pada Mas Riza.

"Ayo Lyn kita absen, aku ngantuk pengen cepet ketemu kasur aku tuh."

Kayla dan Maulyn menuju lantai 2 untuk melakukan fingerprint lalu mereka berpisah dilobby, Maulyn menuju parkiran dipintu utama sedangkan Kayla pergi kearah pintu belakang. Saat dipersimpangan lobby, ia tak sengaja menoleh kearah kiri, ternyata ada dokter Agha yang sedang mengarah kearahnya.

"Aish... kenapa harus ketemu sih!? Semoga dia ga ngeh sama diriku." gumam Kayla sembari mengambil langkah cepat untuk menghindari Agha.

Terlambat ternyata Agha menyadari kalau didepannya itu adalah Kayla, pemuda itu mengambil langkah panjang dan menarik tas punggung milik Kayla.

"Argh!!! Why? Apalagi? Lepasin! Aku lapar, ngantuk mau pulang." Seru Kayla kesal.

"Laparkan? Ya sudah sekalian akupun lapar." Dengan santainya Agha menggenggam pergelangan Kayla dan menariknya menuju kantin yang berada dibelakang rumah sakit.

"Eh!? Heh!? Hah!?"

***

"Kamu mau makan apa? Biar sekalian aku pesankan." Tanya Agha pada Kayla, sesaat setelah mereka sampai dikantin.

"Roti bakar susu keju sama milo hangat." Jawab Kayla, sambil berusaha mengatur napas serta debaran jantungnya akibat ulah pemuda dihadapannya itu.

Agha pergi untuk memesan makanan, Kayla memperhatikan Agha yang saat ini sedang memunggunginya, lalu beralih melihat pergelangan tangannya yang baru saja digenggam oleh pemuda itu. Jika dibandingkan dengan tangannya yang mungil, tangan Agha jauh lebih besar dan kuat.

Agha kembali sambil membawakan pesanan mereka, Kayla tidak menyadarinya dan masih tetap memperhatikan pergelangan tangannya.

"Sorry... Aku nariknya kekencangan ya? Sakitkah? Coba sini kulihat." Agha memeriksa pergelangan tangan Kayla.

"Ah aku gapapa..." Kayla menarik tangannya lalu menyembunyikannya dibelakang punggung. Tiba-tiba Kayla merasa suasananya menjadi terasa canggung, entah hanya perasaannya saja atau Agha pun merasakan hal yang sama.

"Aku boleh tanya sesuatu?" tanya Agha. Kayla tidak menjawab, ia hanya mengangguk meng'iya'kan.

"Kamu karyawan baru? Aku sudah mau empat semester tapi baru tahu dirimu akhir-akhir ini."

"Sudah setahun aku diterima kerja disini, tapi sebelumnya aku bukan di IGD, sebelumnya aku diruangan general checkup." Jawab Kayla.

"Ah... pantas saja."

Tiba-tiba handphone Agha berbunyi, ia mengangkatnya dan langsung menunjukkan raut wajah tak enak.

"Siap, saya kesana sekarang." Agha memasukkan handphone-nya kedalam saku baju jaganya lalu menatap Kayla.

"Ada apa?" tanya Kayla.

"Aku harus pergi sekarang, sorry."

"Oh ya udah gapapa, pergi aja."

Agha menatap Kayla dengan perasaan tak enak.

"Sudah pergi sana loh!"

"Ya sudah aku pergi duluan, itu rotiku belum disentuh sama sekali kalau mau makan saja. Ah! satu lagi makanannya sudah kubayar, kamu tinggal makan saja."

Setelah Agha pergi Kayla menghela napas berat, entah kenapa mendadak nafsu makannya hilang.

"Mas, minta tolong ini dibungkus semua."

***

"Apa tuh?" tanya Ara yang baru saja keluar dari kamar mandi, ia penasaran ketika Kayla pulang membawa bungkusan.

"Roti bakar." Jawab Kayla sambil menaruh bungkusan tersebut dimeja makan.

"Aku mau boleh?" tanya Ara penuh harap. Kayla mengangguk mengiyakan. Setelah mendapatkan izin dari temannya, Ara langsung membuka bungkusan roti bakar tersebut.

"Wih rasa susu keju sama... peanut butter? Lho bukannya dirimu ga suka kacang?" tanya Ara heran.

"Bukan punyaku itu."

"Lalu? Apakah kamu sengaja membelikannya untukku?" Tanya Ara sok imut, karena kesal Kayla menepak dahi temannya itu dengan cukup keras.

"Ouch! Sakit woy." Ara mengelus-elus dahinya yang sedikit memerah akibat dipukul oleh Kayla.

"Ra, dirimu tahu dokter Agha?" tanya Kayla.

"Agha? Dokter Agha ortho? Aku tahu lah! Dia salah satu dokter yang paling diomongin diantara perawat-perawat."

"Ya sebenarnya itu roti pesenannya dia." ujar Kayla, yang hampir membuat Ara sesak akibat tersedak roti.

"Uhuk... Heh!? Gimana-gimana?"

Kayla malah melipir kearah kulkas untuk mengambilkan Ara segelas air untuk diminum.

"Heh! Cepetan cerita!!!"




X-pecialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang