Twenty two

902 96 25
                                    

Bolehkah Irene berharap bisa mengulang waktu? Atau setidaknya, bisakah dia meminta Tuhan untuk menghapus ingatannya selama dua bulan terakhir ini?

Tentu Irene tahu itu mustahil, tapi sangat sulit tidak memikirkan dua permintaan tersebut saat dia tengah berada dalam masa membingungkan seperti sekarang.

Akan jadi kebohongan sangat besar kalau dia mengatakan dia tidak senang dengan pengakuan Wendy kemarin.

Irene rasanya ingin memeluk lelaki itu untuk membuktikan kalau hal yg dialaminya tersebut bukanlah mimpi belaka.

Sayangnya dia tidak bisa mengatakan 'ya' pada Wendy. Seperti yang sudah dia katakan, Irene belum percaya pada bosnya sepenuhnya. Irene tidak ingin sakit hati, mengetahui lelaki itu masih menyimpan banyak wanita sementara nanti dia menjalin hubungan dengannya.

Alasan yg masuk akal kan?

Walau tidak bisa dipungkiri ada rasa menyesal juga, tapi Irene berhasil menyembunyikan semua itu dengan baik.

"Kamu mau pergi kemana lagi Rene?"

Irene tersentak. Ah benar, dia sedang jalan berdua dengan Bogum. Dia hampir melupakan kehadiran lelaki itu karena sibuk melamun.

Irene berpikir sebentar. Mereka Sudah makan, dan keduanya juga telah cukup lama menghabiskan waktu diluar. Ini sudah jam 10 malam, Irene harus segera tidur agar tidak kesiangan besok.

"Pulang aja ka, aku besok harus kerja."

Bogum mengangguk sambil tersenyum lebar sampai lesung pipinya terlihat. Dia menggandeng tangan gadis itu karena mereka hendak menyeberang jalan.

Irene hanya memandangi tautan tangan mereka dalam diam. Dia sebenarnya agak malu, tapi Irene tidak bisa melepaskan pegangan Bogum begitu saja--dia takut menyinggung lelaki itu.

Mereka terus berjalan dengan sesekali mengobrol ringan. Dengan Bogum, Irene sedikit bisa melupakan tentang Wendy.

Saat melewati daerah pertokoan yang mulai sepi, keduanya malah dicegat beberapa orang tidak dikenal.

Sial benar. Irene memang pernah mendengar kawasan ini yang katanya berbahaya jika dilewati di malam hari. Tubuh gadis itu secara otomatis bergetar ketakutan.

Dia menggenggam kemeja belakang Bogum yang langsung menoleh kecil kearahnya.

"Bisa minggir, saya mau lewat!" Seru Bogum sedikit keras.

Keenam lelaki asing itu tertawa menyeramkan, salah satu dari mereka berjalan maju mendekati Bogum sambil bersiul genit.
"Serahkan barang berharga kamu, termasuk cewek cantik dibelakang itu."

Bogum langsung emosi, tidak ada yang boleh menyakiti Irene. Dia yang sudah mengajak keluar tetangganya tersebut, dan itu berarti sekarang Irene merupakan tanggungjawabnya.

Dia memukul wajah lelaki pertama yang berbicara--dengan keras, membuat lelaki berkulit gelap itu jatuh tersungkur.

Si lelaki yang emosi memerintahkan teman-temannya untuk membalas perlakuan Bogum.

Irene menyaksikan semuanya dengan ngeri. Dia mundur perlahan untuk menghindari perkelahian, tetapi seseorang sudah berdiri dibelakangnya dengan senyum aneh.
"Mau kemana cantik?"

Irene menjerit takut, dia bisa melihat Bogum yang terus dipukuli karena jelas saja lelaki itu kalah jumlah.

Irene dibawa ke sudut yang gelap oleh beberapa orang yang sudah selesai membuat Bogum pingsan. Gadis itu dipojokan dan tangan mereka dengan tidak sopan merobek baju yang dikenakannya.

Irene menangis ketakutan,
"Tolong jangan lakukan ini.." Rintihnya bergetar. Dia juga bisa merasakan seseorang mengelus punggung dan pahanya--membuat air mata Irene semakin deras mengalir.

Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang