🎈R 5

1.7K 266 15
                                    

"Aku tidak mau!" sergah Jisoo. Ia menatap tak suka pada calon orang-orang yang ditugaskan untuk menjaganya. Mereka berkumpul di luar ruangan kantor Myungsoo.

Myungsoo menggeram kesal. Ia mengusap wajah lelahnya. "Tingkahmu itu membuatku tua sepuluh tahun, Jisoo."

Jisoo tertawa kecil. Ia merangkul lengan kakak nya yang tidak terluka. "Ayolah kak. Aku tidak butuh banyak bodyguard. Aku tidak kemana-kemana seperti kakak."

Myungsoo mendengus kesal. Sebelum menatap Sehun dengan tatapan bertanya. "Bagaimana Hun?"

Sehun terkekeh pelan sebelum melempar senyum canda ke arah Jisoo. "Kau adik yang baik ya. Lihat kakakmu itu jadi tua sekali karena mengurusi mu."

Jisoo tertawa. Jika di dalam ruangan ini ada orang luar, maka ia akan dihujat karena masih bisa tertawa saat keluarganya 'meninggal'.

"Aku tak bermaksud, Pak Polisi. Tapi kakakku ini terlalu berlebihan. Untuk apa orang sebanyak itu hanya menjaga aku saja. Satu cukup-"


"Nah, dia bilang iya. Aku rekomendasikan Nakamoto Yuta untuk menjadi bodyguard adikmu," sahut Sehun dengan seenaknya.


"Ehh ehh. Apa-apaan itu!" seru Jisoo tak terima.

Myungsoo tertawa lebar. Kini gilirannya tertawa bahagia atas keteledoran adiknya itu. "Hahaha. Kena kau Jisoo!"

Sehun bertos ria dengan Myungsoo. Membuat Jisoo makin meradang.

"Ehh." Jisoo tiba-tiba teringat akan nama yang disebut Sehun. "Polisi yang kemarin menemui ku di rumah sakit?"

Sehun mengangguk. "Dia terampil. Aku percaya dia bisa melindungi mu. Dia masih baru sih tapi aku mempercayai nya. Lagipula kita harus hati-hati. Semakin sedikit orang yang tahu, semakin lebih baik."

Myungsoo berubah sedih. Ia menghela nafas panjang sebelum mendudukkan dirinya ke sofa. "Besok akan menjadi hari yang sangat panjang."

Jisoo juga ikut berubah sendu mendengar ucapan kakaknya. Ya, besok mereka akan mengadakan upacara pemakaman.

"Dan berbahaya. Aku ingin meminta pertolongan Paman Yunho tapi aku takut jika pengamanan di Jeju berkurang, yang disana akan dalam bahaya." Sehun menopang dagunya. Ia memutar otaknya untuk kondisi besok. Ia harus mengumpulkan banyak anggota nya untuk berjaga. Tapi tidak semua anggota nya yang bisa ia percaya.

Ia tahu pasti bahwa ada banyak orang jahat dan berkepentingan di kepolisian. Ia justru lebih percaya dengan agen-agen bodyguard swasta seperti milik Paman Yunho.


"Pemakaman nya tertutup kan kak?" tanya Jisoo. Ia menatap kosong ke arah langit-langit. Rasanya ada sesuatu yang membuatnya tak nyaman. Firasat nya buruk.


"Ya, tapi tak menutup kemungkinan ada penyusup. Mengingat kecelakaan kemarin hampir gagal karena ada yang membuntuti."


Jisoo menoleh ke arah Sehun dengan cepat. Begitu pula dengan Myungsoo. Keduanya tak banyak tahu mengenai rencana kecelakaan itu. Kedua orang tuanya pun tutup mulut ketika ditanya.


"Lalu?"


Sehun menopang dagunya. Posisi khasnya saat ia sedang berfikir. "Aku tidak tahu pastinya. Tapi paman Yunho bilang, mobil yang mengikuti kami tiba-tiba hilang kendali dan menabrak pembatas jalan. Saat anak buah paman mengeceknya. Mereka sudah mati tertembak."



"Hah? Bagaimana bisa?"



Sehun mengangkat bahu nya. Tak tahu harus mengatakan apa. "Tidak tahu. Sehebat apapun polisi tidak ada yang bisa menembak mobil yang berjalan dengan mudah."



Undercover RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang