Hinata pulang ke mansion pada sore hari, tepat ketika matahari sudah tertutup oleh pepohonan dan sebentar lagi tampaknya akan jatuh ke laut. Yah, dia berada di rumah Ibu Mikoto sepanjang hari membahas 'beberapa hal'. Kenyataannya, Mikoto yang memaksa Hinata untuk tetap tinggal menemaninya dan mulai merecoki menantunya dengan banyak skin care dan make up.
Ketika kakinya menginjak halaman mansion, taman di sekeliling mansion sudah cerah seperti pohon natal, menyala oleh lampu-lampu kecil berbentuk bulat seperti kepala yang botak. Jendela lantai atas sayap timur—bagian rumah Sakura dan ... Itachi—juga menyala. Sementara, rumah sayap barat gelap dan sepi seperti kuburan. Sama sepertinya, Sasuke mungkin terlalu sibuk di perusahaan dan belum pulang.
Setelah menutup pintu ganda di belakangnya dengan punggung, Hinata mendengar tawa ringan seorang pria yang terdengar akrab. Sudut mulut Hinata tertarik ke atas membentuk senyuman saat mengingat bahwa itu adalah suara tawa Itachi, lalu memutuskan untuk menuju ke arahnya. Akan tetapi, langkahnya menjadi kaku saat suara tawa seorang gadis yang jernih dan cerah menyusulnya.
Itu jelas. Itachi sedang bersama Sakura .... Mereka di dapur, terdengar seperti sedang menggoreng sesuatu di atas kompor yang panas.
Wajah Hinata menjadi gelap dan senyumnya memudar begitu cepat seperti ketika datang. Dengan wajah dingin, dia menarik langkahnya menjauhi pintu dapur dan menekan telinganya agar tidak mendengar suara tawa itu lebuh banyak, lalu pergi ke tangga dan naik ke kamarnya.
Move on itu memang susah, ya ....
Setelah menyalakan lampu, Hinata pergi ke balkon dan menatap jalanan yang berkedip-kedip di sepanjang tembok mansion yang dibuat tinggi. Lampu lalu lintas terus berganti warna, tapi hanya ada beberapa kendaraan yang lewat, itu juga dengan kecepatan tinggi sampai nyaris seperti tidak pernah lewat atau terlalu pelan sampai suara mesinnya tidak terdengar.
Malahan, suara tawa dan perbincangan dari dapur menggema dan entah bagaimana menusuk telinga Hinata. Mereka berdua berbicara dengan suara yang begitu keras. Ada apa sih dengan mereka? Apa yang mereka lakukan? Memamerkan kemesraan untuk menyakiti Hinata karena mereka tahu Hinata belum bisa melupakan Itachi?
Pasangan Sialan! Bajingan! Pelacur!
Hinata terus menggumamkan berbagai jenis umpatan, tapi suara di bawah menjadi semakin kencang seolah mereka menggunakan pengeras suara.
"Tentu saja, Itachi-kun," sahut Sakura. Hinata menggemeretakkan giginya. Bagaimana bisa Sakura sudah memanggil Itachi dengan nama depan hanya dua hari setelah mereka menikah?!
"Bagaimana kalau pergi ke Bahamas? Di sana sangat dan panas pada musim-musim seperti saat ini."
Hinata menegakkan telinganya. Bahamas? Apa yang akan mereka lakukan di Bahamas? Apa ada pertemuan bisnis?
"Sejujurnya aku tidak tahu banyak daerah-daerah di luar negeri. Aku bahkan sedikit berharap kita lergi ke Osaka saja."
"Jangan, Osaka terlalu dekat. Ada cabang perusahaan di sana. Kalau kau ingin tinggal di Osaka, aku bisa minta tolong Sasuke untuk mengatur ulang penugasanku. Bagaimana pun juga, Sasuke adalah pemimpin umum perusahaan. Dia harusnya bisa melakukan ini dengan mudah seperti menjentikkan jarinya."
Suara Itachi masih mendominasi. "Kau tahu, Sakura, begitu pulang, aku berharap kau akan langsung terkena morning sickness¹. Kalau seperti itu, Ibu pasti bahagia."
Dan pembicaraan itu kembali berlanjut. Akan tetapi, Hinata sudah menutup telinga karena syok.
Pergi ke Bahamas yang cuacanya cerah dan panas. Begitu pulang, Sakura terkena morning sickness. Ibu akan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something And I'll Give You Up {END}
Fanfiction|FANFICTION STORY| Judul : Say Something And I'll Give You Up Genre : Romance, Drama, Slice of Life, Comfort, Minor Angst Length : 28 chapters + Epilog Aired : June, 2019 Status : Completed •Spoiler• "Katakan sesuatu .... Katakan sesuatu dan aku ak...