3. Setelah itu

665 111 11
                                    



Di musim yang mulai berganti ke musim semi, Seulgi memiliki janji dengan sahabatnya. Dia duduk di kedai kopi kesukaannya yang berada di dekat kantor tempatnya bekerja. Matahari senja kala itu memancarkan cahayanya yang membuat awan terlihat begitu indah. "Hey Seul! Sudah menunggu lama?"



"Tidak juga. Jam kerjaku belum lama selesai dan aku baru duduk sekitar lima menit." Jawab Seulgi sembari melihat arloji di tangannya. "Jongin tidak menemanimu?"



"Dia sibuk dengan kerjanya dan memilih lembur. Karena dia tahu aku akan menemuimu jadi dia menyuruhku untuk tidak menunggunya." Temannya itu pun melihatnya dengan iba. Membuat Seulgi kebingungan. "Ada apa dengan wajahmu, Wendy?" Temannya yang bernama Wendy itu membuang nafas panjang. "Menikahlah dengannya, Seulgi."




"Yang benar saja kamu, Wen. Dia tertarik dengan Soojung." Elak Seulgi.


"Dan kamu percaya itu? Bahkan mereka hampir tidak ada interaksi sama sekali?" Tanya Wendy.



Seulgi memangguk sekilas. Dia percaya hal itu karena Jongin sendiri yang bercerita langsung kepadanya bagaimana pria Kim itu bisa tertarik dengan Soojung. Seulgi pikir juga keduanya memiliki chemistry yang cocok sehingga ia mendukungnya.



"Hah!" Seulgi heran mendengar seruan keluar dari mulut Wendy. Tidak biasanya gadis itu melakukan hal itu. Tiba-tiba Seulgi kembali termenung, entah apa yang ada di benaknya saat ini. Entah kenapa terbesit dalam pikirnya tentang Jongin dan Soojung. Apakah Seulgi benar-benar mendukung mereka?




Seulgi berpikir hal itu sah-sah saja, tetapi entah kenapa ia merasa ada yang mengganjal dalam dirinya.




"Sebenarnya apa maksudmu ingin bertemu denganku? Membicarakan Jongin?" Akhirnya Seulgi bertanya dengan rasa kesal. Pikirannya dipenuhi dengan pria itu. Dimana-mana semua kenalannya menanyakan Jongin padanya. "Jika kamu ingin menanyakan dia, aku tidak tertarik."





Mulailah Wendy dengan seluruh energinya dikeluarkan hanya untuk memberikan berbagai macam ceritanya di hadapan Seulgi. Wendy ini adalah seorang wanita belasteran Amerika. Dia sahabat Seulgi semenjak mereka masih sekolah dasar. Keduanya jadi dekat karena orangtua mereka saling mengenal satu sama lain.




Keduanya juga kuliah di universitas yang sama dan di fakultas berbeda. Wendy mengambil jurusan Ekonomi manajemen sedangkan Seulgi jurusan Teknik perencanaan kota. Wendy cenderung memiliki sifat melankolis sedangkan Seulgi ambivert. Mereka tidak memiliki banyak kesamaan sebenarnya. Tapi karena sering bersama hingga kuliah membuat keduanya menjadi sangat dekat.




Kalau boleh jujur Wendy mungkin satu-satunya sahabat perempuan yang paling dekat dengan Seulgi. "Dan kau tahu Seulgi? Proyek barumu ini adalah salah satu mega proyek dengan dana besar di tahun ini! Aku bahkan sedih tidak menjadi bagian ahli ekonom dalam proyek ini." Seulgi membuka mata ke bukaan maksimal. Dia tidak tahu jika proyek barunya ini bagian dari mega proyek. Karena selama ini dia hanya memegang proyek kecil.



Bukannya dia tidak mau mengambil proyek besar. Tapi dia tidak ingin tingkat risiko yang tinggi. "Son Wendy aku-"



"Kamu tidak perlu khawatir, Seulgi." Potong wendy. "Kau sudah cukup lama dalam menangani proyek. Boss kita sudah mempercayaimu ikut dalam mega proyek itu berarti standarmu juga semakin tinggi."



"Ini tandanya kamu semakin berkembang, Seulgi." Sorot mata Wendy seperti sedang meyakinkan Seulgi. "Son Wendy sungguh kau teman terbaikku! Seandainya ku mempunyai pacar yang sepertimu~" Seulgi sudah siap untuk memeluk sahabatnya tetapi ia mengurungkan niat karena komentar yang didengarnya. "Kkamjong-mu sudah sepertiku, Seulgi."






Antropologi Rasa | vseulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang