Manis.

31 1 0
                                    

-Ara-

My other regular day dengan ponsel yang sudah mulai menghangat digenggamanku, tanda harus berakhirnya panggilan ini.

"Aku tutup ya, see you" Senyumku sambil menekan end call pada layar.

Barusan itu adalah komunikasi antara aku dan orang spesial ku. Iya sangat amat spesial. Seungwoo.

Seungwoo bilang, dia tidak lama lagi sampai disini, dirumahku. Memang sejatinya aku sedang menunggu Seungwoo, dan panggilan tersebut itu untuk memastikan posisinya berada dimana.
Sambil mengisi waktu menunggunya, aku memutuskan untuk beranjak dari sofa yang sedaritadi aku duduki, untuk menyiapkan beberapa cemilan dan beberapa soft drinks, mungkin juga asbak. Seingatku Seungwoo akan datang bersamanya (lagi).

---

Setelah kurang lebih lima belas menit berlalu, aku mendengar suara mesin mobil yang baru dimatikan, bergegas aku menghampiri keluar. Yes it's him. Kalo bisa dijelaskan dengan tulisan betapa excited nya aku saat ini, mungkin diibaratkan seperti anak kecil yang mempunyai mainan baru yang sudah diimpikan sejak lama. Kurang lebih tingkat bahagianya seperti itu, namun bahagia nya aku saat ini ya dia. Seungwoo.

Senyumku menyambut langkah-langkah kaki yang menghampiri, ada setidaknya dua pasang kaki yang melangkah. Tidak heran, keduanya telah kunantikan kehadirannya.

"Hai" sapa super hangat Seungwoo dengan peluk singkat.
"Hai" hampir berbisik kubalas sapaannya.

Aku sedikit menoleh kearah lawan, melihat satu sosok lain yang belum aku sapa kehadirannya.
Senyumku yg lainnya serta anggukan kepala kecil aku lontarkan sebagai sebuah bentuk sapa.
Sapa senyum balik aku terima.

"Youn, ayo masuk" Saut Seungwoo.

"Gue dapet kabar, mesti cabut nih"

"Serius?"

"Iya" Seungyoun sudah memutar badannya kearah sebaliknya, dan melambai menjauh meninggalkan kami yang masih derdiri di depan pintu rumahku.

------

--Seungyoun--

"F**k" Gue mengumpat pelan sambil membalikkan badan.
Ngapain gue ikut kesini? ngapain gue ngeiyain Seungwoo ikut dia kerumah cewenya? Emang lo tolol youn.
Sambil menyelusuri jalan kearah dimana gue parkir si mobil tadi.

Itu tadi bukan bentu kemarahan. Itu cuma gue yang mempertanyakan diri sendiri, gue tuh ngapain, punya otak dipake juga ngga.
Baja banget emang gue, setelah kurang lebih beberapa bulan perang sama diri sendiri, justru gue makin nunjukkin sisi kekalahan. Lebih tepatnya, kesalahan dan kekalahan.
Menyukai milik sobat lo tuh dosa besar, that shit hurts as well. Gue ngaku iya, semenjak gue kenal dan sempet ngobrol sama dia, gue merasa ada sesuatu yang salah sama gue. Ada bagian dari diri yang memberi tanda bahwa gue akhirnya nemu apa yang selama ini gue cari. Sesuatu yang bisa menggerakkan sebagian kecil di hati yang udah lama membeku. Karna gue udah bertahun-tahun ngebekuin itu tanpa mau ada yang melelehkannya, gue segel betul-betul, make sure no one touches it or even see it. Dan tebakan lo bener, mine has melted step by step for months right after I met her. Tapi sayang, yang ini pengecualian. Sesuatu yang gue cari itu ada didepan mata, namun sebelum gue usaha untuk dapetin itu, gue harus mundur duluan.

same question, 'why her?'

---

Sebenarnya yang gue lakuin, dengan kabur kaya gitu salah. Gue harusnya stay fine, and fight it. Tapi.... kaya yang gue bilang barusan, it has melted, so I have heart now like everybody else. Ngga ada alasan apapun tadi, gue akhirnya cuma kabur ke bar dan menyempatkan menghilangkan kepeningan dengan memesan segelas bir. Another ketololan Cho Seungyoun adalah, ya gue kabur kesini pake mobil Seungwoo, kebetulan gue yang nyetir sebelumnya, jadi kunci gue yang pegang. Jadi gue harus balik kerumah dia (lagi).

Manis.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang