Prolog

20.9K 628 19
                                    

Kadang manusia lupa, sempurna itu tidak pernah eksis di dunia. Karena hitam dan putih menjadi minor dan mayor dalam segala hal, tak terkecuali sebuah hubungan antar manusia.

Author

============================

"Permisi, Bu Amara. Ada ta — eh, maaf, Bu,"

Wanita yang dipanggil Amara itu tengah sibuk memulas lipstik di bibirnya yang memang sudah berwarna merah di depan sebuah cermin kecil, saat sang sekretaris tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam ruangannya dengan langkah tergesa-gesa. Tarikan napasnya tidak teratur.

"Ada apa, Sa?" tanyanya bersikap santai sambil menutup lipstiknya.

"Itu ... ada Pak Hasan," jawabnya panik.

Amara mendelik tajam saat nama itu terlisan.

"Ada urusan apa lagi pak tua itu kesini? Kontrak kerjasama kita sudah batal!" Amara menggeram kesal.

"Saya kurang paham, Bu. Beliau mendesak."

"Sasha, kamu bilang sama dia, saya sedang sibuk. Lagipula sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan di antara kami." Amara lagi-lagi mendengkus kesal. Pasalnya sudah seminggu ini pria tua itu mengganggu hidupnya yang tadinya aman terkendali.

"Tidak perlu repot-repot minta sekretaris kamu yang menyampaikan pada saya, Direktur Amara. Kamu bisa menyampaikan kebohongan itu langsung pada saya saat ini juga."

Dan di sinilah pria berjenggot itu sekarang berdiri. Tepat di belakang Sasha, sekretarisnya.

Amara memejam mata sejenak. Menarik napas dalam, lalu menghembus perlahan. Berusaha menahan laju emosi yang kian naik. Ia sudah terlalu muak menghadapi sikap tidak sopan Hasan.

Pria tua ini harus diberi pelajaran!

Amara berjalan menghampiri, lalu memberi isyarat pada Sasha untuk segera meninggalkan ruangan. Meninggalkan hanya dirinya dan Hasan yang berdiri berhadapan di tengah-tengah ruangan.

"Seperti yang tadi sudah saya sampaikan pada sekretaris saya, tidak ada lagi yang perlu dibicarakan oleh saya dan Om. Dan saat ini saya sedang sibuk," ucapnya dingin.

"DR. Dania Amara Rielta, ST, MS." Ia membaca papan nama yang tertulis di atas meja.

"Gelar kamu setinggi langit. Tapi attitude kamu, serendah bumi. Begini cara kamu menyambut calon suami?" Hasan membalas dengan senyum dingin. Dari kilatan di matanya, terlihat jika pria ini tergila-gila pada Amara.

"Dasar kakek-kakek! Jangan harap! Saya sudah menolak kontrak kerjasama dari Om yang jelas-jelas sangat merendahkan harkat martabat saya sebagai seorang wanita! Jika Om pikir saya bisa dibeli dengan sebuah merger, maka Om sungguh gila!"

"Merger seharga ratusan milyar lebih tepatnya," balasnya tersenyum sinis.

Ia maju selangkah bersamaan dengan desah napas putus-asa.  "Ya, saya gila! Saya tergila-gila sama kamu, Amara. Saya sudah berkali-kali mengatakan hal ini, dan saya tidak akan pernah bosan. Saya sangat mencintai kamu, Amara."

"Dan saya sangat membenci anda, Pak Hasan yang terhormat. Sangat ... sangat ... benci!"

Hasan Graham, pria berusia 55 tahun itu telah menodai hubungan baik yang telah terjalin sejak lama antara perusahaan tempatnya bekerja, PT. Selona Rudita, dengan perusahaan real estate milik pria itu, PT. Hasanudin Corp. Bukan tanpa alasan pria itu berani mempertaruhkan reputasi perusahaannya hanya demi mendapatkan dirinya. Hasan adalah teman dekat mamanya, Retha Rudita. Dan PT. Selona Rudita ini adalah perusahaan milik Retha.

LOVABILITY (Judul Lama: ADAMANTINE) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang