"Hujan hanyalah air yang turun, tetapi ia dapat membuatku bahagia saat aku bersedih."
Hujan seperti jelangkung. Datang tak dijemput lantas pergi tak diantar. Ia adalah saksi bisu kemirisan yang terjadi pada wanita yang berusia 25 tahun itu.Berjalan di pinggir jalan dengan derai air mata yang mengalir deras tanpa izin darinya, tak membuat kembali semuanya yang telah terjadi.
Kenapa harus dirinya yang menanggungnya? Ia juga berhak bahagia, Tuhan. Kenapa engkau sangat jahat kepadanya? Kenapa kau berikan jalan hidup yang begitu menyiksa dirinya?
Matanya menatap genangan air yang terkena percikan air hujan yang masih turun, membuat wanita itu menjadi kalut.
Takdir sudah berkehendak, ia tak mungkin bisa merubah semuanya. Masa depan yang ia rencanakan dengan matang harus berakhir seperti ini. Masa depannya sudah hancur. Ia sudah tak mungkin bisa menjadi seorang model.
Wanita itu terus berjalan hingga sampai ditempat sahabatnya. Ia harus mengatakan hal ini kepada sahabatnya. Ia tak mungkin mengatakan kepada orang tuanya terlebih dahulu. Perasaannya sangat kacau saat ini. Ia tak bisa berpikir jenih.
Sesampainya dirumah sahabatnya itu, ia mengetuk pintu rumah tersebut dengan air mata yang terus mengalir.
Gemericik air hujan membuat perasaannya menjadi sedikit kalut. Air mata yang sedari tadi menetes sekarang telah mengering sempurna. Meninggalkan mata yang memerah dengan kantung yang menghitam.
Suara pintu terdengar. Menampakkan seorang wanita cantik berambut cokelat tergerai dengan kasual santai yang melekat di tubuhnya membuat wanita itu terlihat anggun nan memesona.
Thalita memekik. Ia kaget melihat sahabatnya yang menangis dan dengan baju yang bagian semuanya hampir koyak.
Segera ia memeluk sahabatnya itu, guna memberi kekuatan kepada sahabat tersayangnya itu. Siapa yang berani membuat sahabatnya begini?!
"Dara, kamu nggak papa?" tanya Thalita gelisah.
Wanita yang dipanggil "Dara" itu kini malah semakin mengeratkan pelukan mereka. Tangisannya kini juga semakin kencang dan menggema di malam hari yang hening itu.
Thalita merenggangkan pelukan mereka sambil berkata, "Kita bicara di dalam aja, kurang nyaman kalo bicara di sini. Dingin." Thalita tersenyum singkat pada Adara.
Adara mengangguk. Thalita mengusap air mata Adara yang berada di bawah kantung mata milik Adara dengan sayang. Siapa pun yang berani melukai sahabatnya tidak akan bisa lari darinya.
******
Kini Adara sudah berada di ruang tamu milik Thalita. Ruangan dengan perabotan khas dari negara tulip, dengan lukisan-lukisan yang indah membuat semua orang yang datang pasti akan tergila-gila dengan nuansa ini.Adara sudah terbiasa melihat semua ini. Rumahnya juga tak kalah mewah dari rumah milik Thalita. Namun, yang membedakan adalah kelengkapan anggota keluarganya saja.
Bahkan, dirumahnya saja ia merasa sesak. Tidak ada canda dan tawa yang mengisi kekosongan yang ada didalam rumahnya sendiri. Berbeda dengan rumah milik Thalita. Baru saja ia menginjak kedalam rumah Thalita ia sudah disambut sapaan hangat oleh Maria, Ibunda Thalita.
"Hai, Adara sayang! Kenapa kamu menangis, hah?"
Begitulah suara yang selalu ia dengar di rumah ini. Suara lembut bak seorang ibu dengan kasih sayangnya. Andai saja ibunya seperti Maria, mungkin ia akan betah tinggal di rumahnya sendiri.
Ia langsung berlari dan memeluk Maria. Wanita yang menyayanginya setelah ibu kandungnya.
"Adara..." isak tangis Adara semakin membuncah.
"Ma, biarkan Dara untuk duduk dulu," ujar Thalita sambil menatap Adara iba.
Maria melepaskan pelukannya, ia membelai rambut Adara sayang. Walau pun ia bukan ibu kandung Adara, ia sangat menyayangi Adara seperti anak-anaknya yang lain.
"Kita duduk dulu, ya?" tanya Maria kepada Adara. Wanita itu sekali lagi membelai rambut Adara.
Adara mengangguk. Maria langsung menuntunnya ke sofa yang ada diruang tamu itu. Ia memegang jemari Adara.
"Jadi, kamu kenapa, Adara?" tanya Maria.
"Adara ... diperkosa."
~~
Aku harap kalian suka dengan cerita ini ya ^^Jika ada yang vote dan komentar, aku ucapin terima kasih banyak karena udah dukung aku.
Big love🫶
B
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNFLOWER || Revisi
General FictionKebahagiaan kecilku terjadi karena mereka. Aku sangat bersyukur memiliki dua orang yang sangat menyayangiku. Kehamilan ini bukanlah suatu perkara yang rumit. Aku selalu mendapatkan dukungan dari orang-orang yang kusayangi. ~Adara Gabriell Kisah ten...