Hai semuanya. Jadi, setelah di pikir-pikir, aku akan merombak cerita ini jadi sebuah cerita pendek saja. Karena ide untuk cerita ini kurang panjang, kayaknya aku gak akan sanggup jika dibikin cerita dengan puluhan bab.
Segitu saja. Selamat membaca.
***
Tahu arti Sugar Daddy dan Sugar Baby? Tak sedikit yang tahu arti dari dua kalimat pendek itu. Dan cukup banyak juga yang belum tahu arti dari dua kalimat pendek itu.
Dalam kehidupan nyata, banyak orang yang berperan menjadi sugar daddy ataupun sugar baby. Tetapi, jarang orang yang tahu. Kasarnya, sugar baby sama dengan simpanan. Jika dia menjadi simpanan pria beristri, berarti tak beda dengan pelakor.
Linzi Pramitha, salah satu wanita muda berusia 19 tahun yang merupakan seorang sugar baby. Dia adalah simpanan dari seorang pria dewasa bernama Rama Trisna Wijaya yang sudah berusia 32 tahun.
Pertemuan pertama mereka berawal dari Linzi yang di jual ayahnya dan di lelang di sebuah kelab malam ternama. Awalnya, Rama juga hanya berniat menjadikan Linzi sebagai wanita satu malamnya saja. Namun, tiba-tiba dia berubah pikiran dan menjadikan Linzi sebagai simpanan.
Rama bukan pria beristri. Tapi, dia juga sudah punya pasangan. Dan hubungannya baru sebatas tunangan. Sebenarnya, Rama tak mau bertunangan dengan wanita bernama Salsa Marina yang memiliki ego tinggi dan gaya hidup mewah. Belum lagi sifat-sifatnya yang menjengkelkan bagi Rama.
Dua tahun sudah dia bertunangan dengan Salsa. Dan satu tahun dia lewati dengan menyembunyikan Linzi di apartemen mewahnya. Dan selama itu, hubungan gelapnya dengan Linzi tak pernah terbongkar oleh Salsa. Pernah tercium sesaat, namun kembali diam.
Menjalin hubungan yang lama dengan dua perempuan sekaligus, membuat Rama bisa memberikan penilaian. Salsa wanita yang manja, dan selalu ingin di perhatikan. Segala keinginannya harus terpenuhi. Tak peduli kalau Rama tak suka. Sedangkan Linzi, apa adanya. Walaupun di beri kartu kredit unlimited, Linzi tak pernah berfoya-foya. Tak juga membeli barang-barang mewah dengan brand yang mahal. Hanya membeli sesuatu secukupnya dan sesuai kebutuhan.
Dengan itu, Rama jadi lebih nyaman bersama dengan Linzi ketimbang Salsa. Tetapi, dia juga tidak bisa memperlihatkan hubungannya dengan Linzi kepada orang luar. Karena jika itu dilakukan, maka Linzi yang akan berada dalam bahaya.
Masalah kebutuhan biologis, Rama akan selalu mendatangi Linzi. Tak pernah sedikit pun dia berniat menyentuh atau meniduri Salsa. Karena jika dia melakukan itu, Salsa akan menjadikannya sebuah senjata agar dia bisa menikahi Salsa. Dan jelas, Rama tak mau itu terjadi.
Jika waktu senggang, setiap malam, bahkan terkadang siang hari dia akan berkunjung ke apartemen yang di tempati oleh Linzi. Memadu kasih dengan Linzi, menyalurkan hasratnya.
Namun saat sedang sibuk, kadang hanya sekali dalam dua hari. Tetapi, Rama pun selalu berusaha menyempatkan waktu untuk bertemu dengan Linzi.
Seperti hari ini, pekerjaannya di kantor sudah selesai. Sebagian karyawan sudah pulang. Dan Rama pun bersiap untuk pulang. Dia sudah tidak sabar untuk menemui Linzi.
Sebelum berangkat, dia mengirim pesan dulu pada Linzi. Pesan berisi pemberitahuan pada Linzi kalau dia akan datang. Agar Linzi bisa bersiap untuk menyambut kedatangannya. Selesai menghubungi Linzi, Rama segera mematikan ponselnya sebelum Salsa menghubungi.
Dari kantor menuju apartemen, Rama mengendarai mobil pribadi miliknya. Rama menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak mau terburu-buru dan tetap berusaha santai.
Setelah beberapa menit di lewati, akhirnya Rama sampai. Dia menyimpan mobilnya di basement dan segera memasuki lift. Menekan tombol menuju lantai unit apartemennya berada.
Pintu lift terbuka dan Rama segera keluar. Berjalan mendekati pintu apartemennya. Menggesek kartu dan pintu pun terbuka. Kakinya melangkah memasuki apartemen. Lalu tangannya bergerak menutup pintu yang akan terkunci secara otomatis.
Tak ada Linzi yang menghampirinya. Dan Rama tahu, Linzi masih bersiap. Mempercantik diri untuk menyambut kedatangannya.
Rama memilih duduk di sofa ruang tamu. Menyimpan tas laptopnya di atas meja dan mengendurkan ikatan dasi yang serasa mencekik leher. Punggungnya bersandar pada sofa. Dengan mata terpejam menikmati suasana yang tenang.
Beberapa saat kemudian, Rama mendengar suara pintu terbuka. Dia melihat Linzi berjalan mendekat ke arahnya. Dengan tubuh yang hanya di balut sebuah lingerie seksi berwarna merah muda.
"Aku senang malam ini kamu datang lagi," ucap Linzi dengan senyum manis yang terukir di bibirnya. Dia mendekati Rama lalu melepaskan jas dan dasi Rama. Sebelum duduk, Linzi pergi dulu ke dapur. Mengambil dua kaleng bir dingin untuknya juga untuk Rama.
"Rama, akhir-akhir ini aku perhatikan kamu sepertinya banyak pikiran," ucap Linzi. Dia mendekat. Duduk di atas pangkuan Rama dan menyerahkan satu kaleng bir yang dia bawa pada Rama.
"Aku memang sedang memikirkan sebuah keputusan," jawab Rama. Tangannya yang bebas bergerak memeluk pinggang ramping Linzi.
"Boleh aku tahu?" tanya Linzi penasaran. Rama menggeleng pelan.
"Tidak," jawab Rama tegas. Linzi mengangguk pelan. Tahu kalau itu bukanlah sesuatu yang harus di bagi. Dan dia menghormati privasi Rama. Walaupun penasaran, dia tak memaksa Rama untuk bercerita.
Sesaat, mereka sama-sama terdiam. Sesekali meneguk bir yang mereka pegang dengan perlahan. Menikmati sensasi dingin yang membasahi tenggorokan.
"Bagaimana kuliahmu?" Rama bertanya. Wajah Linzi langsung berubah ceria. Senang karena Rama bertanya.
"Semuanya berjalan dengan lancar dan baik. Aku senang bisa kuliah dan bertemu dengan banyak orang. Aku juga punya teman," jawab Linzi dengan riang. Mendengar kata teman, alis Rama berkerut. Matanya memicing tajam pada Linzi.
"Teman laki-laki atau perempuan?" tanya Rama dengan serius. Linzi menatap Rama kemudian tersenyum. Wajahnya mendekat dan dengan berani, Linzi mengecup pipi Rama.
"Perempuan kok. Tenang saja," jawab Linzi.
Linzi tahu maksud pertanyaan Rama barusan. Bukan karena ada perasaan cinta dan cemburu. Tetapi, Rama tak suka jika dia berhubungan dengan laki-laki lain saat dia masih terikat pada Rama. Dan Linzi pun memahaminya. Dia juga berterima kasih pada Rama yang dengan suka rela membiayai hidup dan kuliahnya.
Saat bir tersisa setengah, Linzi menyimpan kalengnya di atas meja. Dia juga menyimpan milik Rama. Lalu tangannya meraih tangan Rama dan menggenggamnya dengan erat.
"Mau mandi dulu?" Linzi bertanya. Rama mengangguk pelan.
"Ya. Kamu bersiaplah," jawab Rama. Linzi pun turun dari atas pangkuan Rama. Membiarkan Rama masuk ke kamar untuk segera mandi.
_______________________________________
Jangan lupa vote dan komennya ya...

KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Baby
RomanceHidup dalam keluarga broken home membuat Linzi terbiasa dengan segala kekerasan juga kesalahan yang hadir di depan mata. Bukan sekali dua kali dia memergoki ayahnya berhubungan badan dengan wanita lain. Tak jarang juga dia melihat ibunya bermesraan...