1

36 4 13
                                    

Namaku Keana Akselia Putri. Papa memberikan aku nama yang sangat sempurna, katanya agar aku bisa menjadi anak perempuan yang hebat, bijaksana dan mampu melindungi keluargaku kelak.

Yaa aku memang anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua adik
laki-lakiku masih duduk di bangku SMP kelas 3 dan juga SD kelas 6. Sedangkan aku baru saja lulus dari salah satu sekolah kejuruan di kota ini.

Kesibukanku sekarang menjadi pejuang amplop coklat. Bermodalkan ijazah SMK yang tintanya pun masih basah, mungkin aku akan kalah dengan para lulusan S1,S2,S3 atau Steh diluar sana. Tapi aku percaya rejeki tidak akan tertukar, mungkin akan tertunda saja jika kita tidak berusaha mencarinya.

Dan disinilah aku, duduk rapi dengan pakaian hitam putih dan tidak lupa amplop coklat yang selalu ada di tangan. Hari ini aku akan
Menghadir interview di salah satu perusahaan swasta. Aku mendaftarkan diri menjadi Admin Akuntan sesuai dengan jurusan sekolahku dulu.

"Permisi, Keana Akselia Putri?". Seorang perempuan dengan Blazer Soft Pink dan Rok pendek menutupi lutut, menyapa Keana dengan santun. Membuat sang pemilik nama menoleh dan tersenyum canggung yang berusaha ia tutupi.

"Mari saya antar ke ruangan Pak Hendra". Perempuan itu mengantarkan Keana masuk ke salah satu ruangan dan meninggalkan Keana berdiri di depan pintu.

"Silahkan duduk". Lelaki berusia kepala 4 itu mempersilahkan Keana duduk di hadapannya. Dan mulai membuka document yang ada di hadapannya.

"Jadi nama kamu Keana Akselia Putri?".

"Iya pak, bisa di panggil Kei saja pak". Keana berusaha menjawab dengan nada sesopan Mungkin agar lelaki di hadapannya ini memberikan ia kesempatan untuk bergabung di perusahaan ini.

"Oke Kei, kamu baru lulus sekolah 3 bulan yang lalu? Apa sebelumnya sudah pernah bekerja di tempat lain atau ini pertama kalinya akan bekerja?". Mata lelaki itu masih terus membaca document yang ada di depannya dengan teliti.

"Iya pak, sebelumnya saya pernah bekerja di salah satu perusahaan tapi karena tidak sesuai dengan kesepakatan awal jadi saya mengundurkan diri".

Yaa memang benar, Keana sebelumnya sempat bekerja di salah satu perusahaan distributor alat kesehatan. Awalnya Kei mendaftar diri sebagai Admin namun kenyataannya ia di jadikan sales door to door yang mengharuskan ia berangkat subuh pulang larut malam karena lokasi kerja yang jauh. Bukan hanya itu saja. Selama Kei bekerja tidak ada uang yang ia dapatkan, yang ada pengeluaran yang terus membengkak membuat ia memutuskan untuk berhenti.

"Dari cara bicaramu menurut saya public speakingmu cukup bagus, padahal usiamu baru 17 tahun, bahkan KTP pun belum jadi". Lelaki itu mengangkat surat keterangan pembuatan KTP Keana yang ada di dalam amplop, membuat sang pemilik tersenyum malu.

"Apakah kamu yakin mampu berkerja di perusahaan ini? Kamu akan bekerja dengan banyak individu yang memiliki karakter beranekaragam. Apa mentalmu sudah cukup kuat atas segala tekanan yang ada?". Ada kesan ketidakyakinan yang tersirat dari ucapan lelaki itu terhadap kemampuan Kei, cukup wajar jika mengingat kembali umur dan pengalaman Kei.

"Saya yakin bisa beradaptasi dan berkontribusi terhadap perusahaan pak". Dengan penuh keyakinan Keana mengucapkannya sambil menatap mata Pak Hendra.

"Baik. Kalau begitu saya akan memberikan kesempatan 3 bulan masa percobaan, jika kinerjamu baik kamu bisa menjadi karyawan di perusahaan ini. Sekarang silahkan kamu ke ruangan HRD dan menemui perempuan yang tadi mengantarkanmu kemari". Keana cukup tersentak mendengar jawaban lelaki itu, namun ia berusaha agar tetap terlihat santun sebelum akhirnya ia bersalaman dan meninggalkan ruangan pak Hendra.

Setelah mengisi segala data yang ada di ruangan HRD, kini Keana sudah bisa kembali ke rumah. Selama perjalanan pulang Keana selalu tersenyum menampilkan barisan giginya, membuat siapapun yang melihat pasti akan berfikir bahwa ia gila. Namun Keana tak peduli, yang ia pikirkan hanya ingin segera sampai di rumah dan memberitahukan kabar bahagia ini ke keluarganya.

Keana baru saja sampai di depan pintu rumah bercat tosca, dan mulai menyusuri rumah yang tampak sepi. Mungkin semua orang sedang berpergian. Namun suara Isak tangis samar terdengar di telinga Kei, membuat ia mulai penasaran dan mulai mencari asal suara. Kakinya terhenti di depan kamar mamanya.

"Lagi?".

Hanya satu kata lirih itu yang terucap sebelum akhirnya Kei melangkah mundur meninggalkan kamar mamanya. Perasaan semangat yang menggebu untuk menyampaikan keberhasilan yang ia raih hari ini seketika memadam saat mengetahui mamanya kembali menangis seorang diri di dalam kamar. Seperti ada cambuk yang menghantam dadanya setiap kali Kei melihat mamanya menangis seperti ini.

-----------------------------------------------------------

Hei ketemu aku lagi, ini tulisan absurd kedua yang akhirnya ku publikasikan.

Lebih sederhana dari tulisan pertamaku. Bahkan tulisan pertamaku Masi mentok dan belum berlanjut hehe.

Semoga kalian bisa menikmatinya dan jangan lupa komen dan kritik yaa biar aku bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam tulisanku.

🤗🤗🤗Loveeeeuuuuuu🤗🤗🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KeanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang