Pagi harinya, Ayus dan Ongo pergi ke hutan untuk mencari daun serdang untuk mengganti atap rumah mereka yang rusak. Saat itu, Siluq tampak masih bebelian dan bedewa. Sebenarnya, Ayus merasa kesal melihat kelakukan kakaknya yang seperti tidak menghiraukan keadaan rumah mereka.
“Kak Siluq, hari udah sudah siang ni masih aja bersemedi!” seru Ayus, “Aku dan Ongo mau ke hutan mencari daun serdang. Setelah selesai bebelian, kakak yang nanti memasak untuk makan siang ya!”.
Mendengar suara adiknya, Siluq pun terkejut dan tersadar dari semedinya. Ia merasa kecewa karena semedinya belum selesai tapi sudah diganggu oleh adiknya.
“Baiklah, aku nanti yang memasak,” jawab Siluq yang kemudian berpesan kepada kedua adiknya, “Saat pualng dari hutan, jangan kalian buka tutup periuk. Kalian tambahkan kayu bakar saja jika memang apinya mulai kecil ya.”
Baik, Kak,” jawab Ayus dan Ongo serempak.
Ketika Ayus dan Ongo berangkat ke hutan, Siluq segera mengambil beberapa lembar daun padi untuk dimasak. Setelah dibersihkan, daun padi itu ia masukkan ke dalam periuk yang sudah diisi air. Setelah itu, ia kembali melanjutkan semedinya dan berdoa kepada dewa agar daun padi yang dimasak itu berubah menjadi
nasi.Menjelang siang, Ayus dan Ongo sudah kembali dari hutan dengan membawa daun serdang. Mereka sangat lelah dan lapar. Ayus pun langsung masuk ke dapur. Dan kecewanya ia saat melihat periuk nasi masih dipanaskan di atas tungku
“Kenapa pancinya masih di atas tungku ni?.”Padahalkan aku sudah sangat lapar”. Jangan-jangan nasinya belum matang,” gumam Ayus.
Ayus penasaran ingin mengetahui isi panci itu. Maka, ia pun segera membuka penutup panci tersebut. Betapa terkejutnya ia melihat panci itu yang di dalamnya hanya terdapat beberapa lembar daun padi dan sebagian lainnya berupa nasi. Takut ketahuan kakaknya, ia cepat-cepat menutup kembali panci itu.
Sementara itu, Siluq baru saja selesai bebelian. Ia kemudian menuju ke dapur untuk memastikan apakah nasinya sudah masak atau belum. Begitu ia membuka penutup panci itu, dilihatnya masih ada beberapa lembar daun padi yang tersisa.
“Bukankah seharusnya nasi ini sudah matang semua ya? Tapi, kenapa masih ada beberapa lembar daun padi yang tersisa?” gumam Siluq, “Ini pasti perbuatan Ayus. Dia telah melanggar pesanku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Asal Mula Anak Sungai Mahakam
Historical FictionIsi cerita ini menggunakan data yang sebenarnya, tetapi ada unsur fiksi di dalamnya