Bunyi sirene dari mobil ambulans yang perlahan masuk ke dalam gerbang rumah sakit membuat kebisingan di seluruh penjuru dan termasuk di sekitar lorong-lorong rumah sakit.
Samuel dan Ikhsan yang sedang berjalan bersama-sama disekitar lorong, mendadak pandangan mereka bertemu, terlihat keduanya sama-sama menunjukkan raut wajah penasaran.
"Apa yang terjadi di sana?" tanya Samuel penasaran.
"Mungkin ada beberapa pasien baru yang akan masuk," jawab Ikhsan singkat. "Kira-kira berapa jumlah pasiennya, ya?"
Samuel mengangkat pundaknya pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Ikhsan. Tetapi, tiba-tiba saja seorang perawat sedang berlari menuju ke arah mereka.
"Annyeong, maaf telah menggangu waktu istirahat kalian. Tapi, kami sepertinya sedang membutuhkan bantuan kalian. Karena sekiranya ada 6 pasien yang sedang dibawa menuju ke rumah sakit ini untuk segera dirawat."
"6 orang pasien? memangnya sedang terjadi masalah apa?" Samuel bertanya antusias.
"Ada badai topan besar yang terjadi di beberapa kota di Seoul, dua orang pasiennya adalah seorang wanita yang sedang hamil dan diprediksi akan segera melahirkan. Sedangkan satu pasiennya adalah seorang pemuda yang sedang terluka parah dan membutuhkan operasi secepat mungkin."
"Benarkah? sepertinya ini adalah pekerjaan yang berat," tutur Ikhsan yang sekilas menghela napas berat sambil mengusap belakang lehernya.
Samuel tersenyum singkat, menepuk pelan bahu Ikhsan.
"Bersyukurlah, karena masih ada orang yang membutuhkan bantuan kita."
"Iya-iya, aku merasa sangat bersyukur." Ikhsan tersenyum sumringah. "Ohiya, kapan pasiennya datang?"
"Kurang lebih 5 menit lagi, karena dua mobil ambulans sudah ada yang telah sampai di sini. Jadi kalian harus segera datang ke ruang rawat."
Perawat yang tadinya datang menghampiri Samuel dan Ikhsan langsung menunduk hormat dan segera berhambur meninggalkan keduanya setelah memberitahukan masalah yang tengah terjadi.
Samuel dan Ikhsan memang masih terhitung baru sehari bekerja rumah sakit ini, dengan tujuan mereka datang ke Seoul untuk melaksanakan tugas penting dan mengumpulkan beberapa survey data-data beserta informasi kesehatan lainnya, yang akan dijadikan bahan acuan dari perkembangan ilmu dan juga alat kesehatan yang ada di Indonesia.
Keduanya mengganguk bersamaan dan bergegas menyusul perawat yang telah pergi lebih dahulu. Dua orang pasien yang baru saja diantar oleh dua ambulans itu, telah berhasil dibantu untuk diturunkan oleh beberapa perawat dan juga keluarga dari pasien yang dibawa itu.
"Di mana pasien yang sedang hamil?"
"Sepertinya belum datang, Dok. Mungkin sebentar lagi."
"Bagaimana dengan pasien yang kamu katakan sedang terluka parah?"
"Di sana, pemuda yang memakai kemeja kotak-kotak berwarna merah itu. Kakinya terluka parah akibat tertimpa bangunan yang jatuh karena badai topan."
Ikhsan menyipitkan matanya sekilas, "Ah, aku sudah melihatnya, sepertinya aku harus segera ke ruang operasi sekarang. Aku pergi duluan, ya, Sam." Ikhsan berjalan sembari merapikan lengan dari jubah putihnya.
"Iya, berhati-hatilah, dan kuharap semoga operasinya berhasil."
"Terima kasih."
Setelah menunggu beberapa saat beberapa mobil dan ambulans kembali masuk ke dalam rumah sakit, tampak beberapa perawat dan dokter lainnya berjalan mendekati ke arah mobil ambulans itu termasuk dengan Samuel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent an Ineffable
Любовные романыAda warna-warni yang tak dapat dilukiskan namun dapat melebihi indah pelangi jika ditemukan. seperti hidupmu.