BAB 27

3.2K 79 0
                                    

Permintaan Vivian terkabulkan. Setiap waktu makan pagi, siang, dan malam, makanan ada di kamar Vivian. Gadis itu menghabiskan makanan dibawakan Ketua pelayan rumah keluarga York.

"Apakah besok Nona akan masuk sekolah?"

Kepala Vivian terengadah dan menatap sayu. "Aku akan berhenti sekolah, Trisha."

Trisha terkejut mendengar penuturan Vivian. "Mengapa demikian, Nona? Berikan alasan Nona, agar saya bisa memahaminya."

Vivan tidak menanggapi ucapan Trisha.

"Aku sudah kenyang. Trims, Trisha." Vivan menyerahkan wadah tempat makan pada Trisha.

"Makanan Nona belum habis sepenuhnya."

Vivian menggeleng. "Aku sudah kenyang, Trisha."

"Saya tidak akan memaksa Nona menghabiskan makanan ini. Namun, tolong, ceritakan pada saya, mengapa Nona akhir-akhir ini menjadi pendiam?" Trisha mengerutkan kening.

"Aku tidak punya jawaban untukmu, Trisha."

"Lalu apakah Nona besok tidak akan masuk sekolah? Dua hari lalu saya mendapatkan telepon dari pihak sekolah yang menanyakan tentang Nona."

"Aku sudah mengatakannya padamu, Trisha. Namun, jika pihak sekolah menelepon kembali, katakan pada mereka aku akan berhenti bersekolah dan tambahkan selain dari aku katakan ini dengan dalihmu, buat itu terdengar yakin untuk mereka. Dan semua administrasi aku keluar dari sekolah tolong kau urus, Trisha."

"Baiklah, jika demikian seperti Nona katakan, saya akan memenuhinya." Trisha memelan meneruskan perkataan Vivian. Lalu ia memanggil kembali Nona Mudanya. "Nona?"

"Ya, ada apa Trisha?"

"Lalu apa yang harus saya katakan kepada Tuan dan Nyonya bahwa Nona berhenti sekolah?"

"Aku yang akan memberi tahukan kejelasannya kepada mereka."

Melihat raut wajah Trisha tak yakin akan keputusan berhenti sekolah, Vivian tidak akan menjelaskan lebih banyak, sebab Trisha adalah orang yang tak ingin Vivian buat khawatir.

"Apa Nona tahu di mana Tuan Besar sekarang? Sudah beberapa hari Tuan belum kembali."

"Aku tidak tahu," kata Vivian dengan sorot tatapan dingin. "Kumohon, biarkan aku sendiri, Trisha."

Lantas Trisha lalu beranjak ke luar dari kamar tidur Vivian dan menutup pintu kamar tidur gadis itu.

Ponsel Vivian berdering saat Trisha ke luar dari kamar tidur itu.

Vivian membuang air muka, tak menatap kembali pada ponsel berdering itu.

Kembali lagi, ponsel itu berdering beberapa detik setelah itu berakhir. Vivian menulikkan apa yang terdengar di sekitarnya.

Lagi dan lagi, ponsel itu berdering, berkedip-kedipkan cahaya layar ponsel. Dan kegelapan tak kunjung pergi atas kenistaan pada tragedi sangat mengguncang jiwa dan pikiran Vivian. Namun Vivian tidak memberi tahukan hal itu pada siapapun termasuk Trisha yang sering menanyakan akan keadaanya.

Layar ponsel itu tidak menyala lagi seolah menyerah menelepon tapi tak lama kembali lagi layar ponsel itu menyala. Vivian menatap ponsel tanpa bereaksi selama sedetik.

"Lonza ...." Vivian tergugu. Nama Lonza muncul di layar ponsel itu. Pesan dari Lonza membuat Vivian bergerak dan meraih ponsel itu.

Vivian membuka pesan Lonza.

Dari: Lonza
Kepada: Vivian
Vivian bagaimana kabarmu? Semoga kau baik-baik, ya.

Aku berada di Paris. Kembali nanti ke Indonesia, ada sesuatu akan kuberikan padamu. Kau akan menyukainya. Sampai jumpa my sweetheart.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang