"Jadilah orangku... jadilah milikku..."
Tanya menelan ludah sambil mencengkeram kerah bajunya dengan erat, mengingat rumor bahwa Tagon suka meniduri gadis-gadis budak. Melihat hal itu, Tagon terbahak.
"Apa yang kau pikirkan?"
"Tidak, saya tidak sedang memikirkan apapun," Tanya mengelak.
Tagon beranjak menuju jendela kamarnya, "maksudku adalah, aku ingin kau menjadi pengikut setiaku, orang kepercayaan yang selalu mendukungku dan tidak akan mengkhianatiku."
Tagon berbalik, "menjadi orangku tidak harus menjadi istriku. Tetapi... kalau kau ingin jadi selirku, akan kupikirkan nanti."
"Tidak, terima kasih," tolak Tanya cepat.
Tagon tertawa, "wah... apa-apaan ini? Belum apa-apa aku sudah tertolak. Padahal kalau kau menjadi selir, hidupmu akan jauh lebih enak. Kau bisa tinggal di istana yang megah ini, mengenakan pakaian sutra, makan makanan enak tiap hari."
"Saya tidak membutuhkan semua kemewahan itu."
"Suku Wahan. Keluargamu, orang-orang dari sukumu, semuanya juga bisa menikmati kemewahan itu. Untuk orang-orang dari sukumu yang telah tewas, kau bisa membangun tugu peringatan untuk mereka, karena kalau untuk menguburkan mereka, aku tidak yakin mayat-mayat itu masih utuh tidak dimakan hewan buas. Apapun yang kau inginkan pasti akan terpenuhi."
Tanya terdiam.
"Bagaimana, kau tertarik?"
"Pertama-tama, kabulkan saja permintaan pertama saya, untuk membebaskan suku Wahan. Maka saya akan menjadi pengikut setia Niruha."
"Baiklah, tapi untuk yang berada di luar Arth mungkin akan sedikit lama, karena jaraknya yang jauh untuk menyampaikan pesanku."
Tagon keluar dari kamar diikuti Tanya. Ia memerintahkan Saya untuk membebaskan budak dari Wahan, termasuk yang berada di luar Arth. Kemudian Yangcha mengantarkan Tanya pulang ke rumah Harim.
Di perjalanan pulang, Tanya menyaksikan banyak budak yang sedang kerja paksa. Ada yang disuruh membangun benteng dan rumah, ada yang disuruh menarik kereta seperti kuda, dan berbagai pekerjaan kasar lainnya. Bahkan ada yang dipukul dan dicambuk bila tidak becus bekerja. Tanya sangat beruntung ditempatkan di rumah tabib yang pekerjaannya tidak terlalu berat dan majikannya baik. Dan kini dia sudah menjadi orang yang bebas. Ia berharap Tagon segera membebaskan semua orang Suku Wahan lainnya, sehingga mereka bisa pulang kembali ke kampung halaman.
Tiba-tiba seorang anak kecil berpakaian lusuh menubruk Tanya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Tanya sambil membantu anak itu berdiri.
"Hoi, jangan kabur!!!" Teriak seseorang dari jauh yang membuat anak itu tampak ketakutan dan hendak berlari, namun ia terjatuh lagi. Orang itu menangkap anak kecil itu dan menyeretnya pergi.
"Hei, apa yang kau lakukan?!" bentak Tanya. Ia hendak menyusul orang tadi, namun Yangcha menahannya.
Yangcha menggeleng, jangan ikut campur.
Tetapi Tanya menepis tangan Yangcha dan berlari mengejar orang tadi yang sudah masuk ke dalam sebuah gubuk. Betapa terkejutnya Tanya melihat isi gubuk itu. Anak-anak kecil yang lusuh seperti anak tadi berdiri sambil menggosok bebatuan. Lebih mengenaskan lagi, kaki mungil anak-anak itu dipasung.
"Apa-apaan ini?" Desis Tanya.
"Hei, sedang apa kalian di sini? Keluar!" Bentak orang yang menyeret anak kecil tadi.
Yangcha segera menyeret Tanya keluar dari tempat itu.
"Tempat apa itu? Mengapa mereka melakukan hal sekejam itu pada anak kecil?"
Yangcha mengambil sebuah batu dan menggosoknya, kemudian ia menunjuk kalung batu yang dikenakan Tanya. Tanya teringat perkataan Chaeun tentang 'neraka anak-anak, tempat penggosokan batu'.
"Bagaimana cara menolong mereka?" Gumam Tanya dengan hati terenyuh.
Yangcha menggeleng, kau tidak bisa menolong semua orang.
---
Ritual pemanggilan hujan akan dimulai. Setahun terakhir hujan tidak pernah turun di tanah Negeri Arth. Banyak rumor yang berhembus, bahwa ini gara-gara Tagon yang sudah memusnahkan keturunan Asa, satu-satunya keturunan yang dipercaya bisa bicara dengan para dewa. Kini Tagon sendiri sebagai raja yang akan melakukannya. Ia dan seluruh penghuni istana mengenakan pakaian serba putih, berjalan di jalan umum sambil memercikkan air di jalanan. Sementara itu rakyat Arth berdiri di sisi jalan sambil memanjatkan doa kepada Isodunyoung.
Sebelum acara dimulai, rakyat sibuk merapikan dan menghias jalan yang akan dilewati Tagon. Saat Tanya membawakan keranjang bunga, tak sengaja ia bertubrukan dengan seorang pria berjubah hitam. Bunga Tanya berjatuhan ke tanah, namun pria itu pergi begitu saja tanpa mengucap maaf. Tanya sempat melihat sekilas wajahnya. Tampak familiar, seperti pernah melihat di suatu tempat.
Ritual pun dimulai. Semua orang berdoa. Saat itu Tanya melihat pria berjubah itu lagi, terus menatap ke arah Tagon yang sedang berjalan. Tiba-tiba Tanya teringat pada pria yang ditawan bersamanya, yang berkata bahwa ia ingin balas dendam kepada Tagon atas kematian keluarganya. Ia ingat warna matanya yang unik, warna biru, seperti mata Nunbyeol. Dulu Tanya sempat bertanya tentang mata Nunbyeol, Chaeun menjelaskan bahwa waktu kecil Nunbyeol pernah mengalami sakit keras dan mengubah warna matanya.
Benar saja, pria itu tampak merogoh sesuatu dari dalam jubahnya. Posisi tubuhnya seolah siap menyerang.
Tanya menghela napas, lalu menutup mata sambil meletakkan tangan di dada, lebih baik tidak usah ikut campur dan berdoa saja. Tetapi kemudian perlahan ia membuka matanya.
Ketika Tagon semakin mendekat, pria berjubah hitam itu mengeluarkan pisau dari balik jubahnya dan menyerang Tagon, hendak menusuk jantungnya. Semua orang terkejut dan tidak sempat mencegah perbuatan orang itu.
Pisau itu menusuk sesuatu. Bukan jantung Tagon, melainkan punggung Tanya yang kini sedang memeluk tubuh Tagon.
"Ta... Tanya?" Tagon tergeragap.
"Tanya!!!" Jerit keluarga Harim.
Tanya... jerit suara hati Yangcha.
"Sa... sakit..." Tanya terbata, kemudian tubuhnya lunglai di pelukan Tagon.
Pria berjubah itu kabur. Mubaek dan Mugwang mengejarnya, tetapi ia menghilang di telan kerumunan orang.
"Niruha... tolong selamatkan aku..." ucap Tanya sebelum tak sadarkan diri.
.
.
.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
[Idn-AC FF] Unspoken Love ✔
FanfictionRaja Tagon yang lalim memerintah Negeri Arth, menjajah berbagai wilayah termasuk desa suku Wahan. Tanya, anak kepala suku Wahan, berusaha untuk menyelamatkan sukunya dari perbudakan. Ia mengalami berbagai kesulitan hingga ia menyadari misi dan ambis...