[6] Perpisahan dengan Kakak

7.4K 1.3K 111
                                    

Hari-hari di kapal berlangsung membosankan. Lin SuYin yang mulanya bersemangat kini semangatnya turun sampai titik hingga membuatnya ingin menjatuhkan diri ke laut dan berenang kembali ke Hutan Terlarang.

Mereka di tengah-tengah lautan, sejauh mata memandang hanya ada biru membentang. Tidak ada gunung, tidak ada daratan. Dan yang lebih parahnya lagi, energi spiritual disini terlalu tipis. Lin SuYin yang akhir-akhir ini sedang gelisah setelah mendengar kabar "ksatria langit" ingin segera berkultivasi dan menerobos agar tidak mempermalukan dirinya sendiri.

Tapi faktanya sekarang dia bahkan tidak bisa melakukan apapun.

Qilin memperhatikan adik bungsunya yang berbaring telentang di ranjang kayu seperti ikan mati, tidak bisa tidak bertanya, "Apa yang membuatmu kesal hari ini, huh? Apa itu pria jelek yang berteman dengan mu beberapa hari terakhir? Biarkan kakakmu ini memukulnya sekarang juga!"

Lin SuYin menghela napas, dia menggeleng. Matanya kosong, "Kakak, bisakah kita terbang saja ke Ibukota. Aku bosan disini."

Qilin meledak, "Mana mungkin! Aku tidak punya sayap."

Lin SuYin mengerucutkan bibir, "Tidak berguna, seharusnya aku pergi dengan kakak Qinglong saja." Dia berkata acuh tak acuh tanpa sadar bahwa ucapannya seperti bom yang dijatuhkan tepat di atas kepala Qilin.

Qilin yang sensitif segera memasang ekspresi sedih, "Xiao Yin lebih memilih mereka dibanding kakak pertama hm?" Wajahnya berlinangan air mata, tak berapa lama dia menangis pilu membuat Lin SuYin bukannya simpati melainkan ingin menggigit orang itu sampai mati.

Keesokan harinya, seperti biasa. Lin SuYin akan duduk di atas peruan kapal, mengawasi layar sembari memperlajari ilmu dasar sihir yang sudah dia simpan dalam otaknya dari buku-buku kuno milik leluhur phoenix. Dia belum mengetahui apa pastinya warna jiwanya akan tetapi seharusnya itu bukan jiwa merah. Setelah menjalani latihan-latihan sederhana, dia mulai bisa sedikit-demi-sedikit mengontrol kekuatan jiwanya menjadi lebih halus.

Misalnya ketika dulu dia mencoba mantra peledak dan malah berujung menghancurkan rumah bambu mereka. Kini Lin SuYin bisa memfokuskan targetnya sebelum melepas mantra, meski kekuatan destruktif-nya tidak luar biasa karena dia takut akan berakhir meledakan seluruh kapal. Tapi masih sangat berguna.

Dalam perjalanan ini misalnya, ketika beberapa hiu spiritual mencoba menyerang badan kapal. Lin SuYin akan menjadikan mereka alat latihannya dan melemparkan mantera peledak. Dengan sedikit pengendalian kekuatan jiwa, hiu akan meledak secara perlahan, menyisakan potongan-potongan tulang dan daging yang rapi. Para chef kapal akan berterima kasih dan mengangkut semua badan hiu yang terpotong untuk dijadikan menu makan malam.

Fai Huanran yang dalam seminggu ini sudah menjalin persahabatan kecil dengan Lin SuYin juga merasa tertarik. Bakat Lin SuYin mungkin memang bukan yang terbaik di Kerjaaan tapi bagi dia yang juga memiliki seorang kakak penyihir. Dia yakin Lin SuYin termasuk sebagai seorang jenius.

Tidak terasa sudah lima belas hari berlalu. Dalam lima hari mereka akan tiba di dermaga Kota Hong, yang merupakan daerah perbatasan antara wilayah Selatan dan Barat. Dari kota Hong, mereka masih perlu melakukan perjalanan laut selama lima hari lagi dengan kapal berbeda untuk mencapai Kota Fang yang merupakan kota terbesar kedua setelah Ibukota.

Mendengar bahwa mereka akan kembali melakukan perjalanan laut lainnya, semangat Lin SuYin hampir mencapai titik nol. Dia ingin menangis dan merengek untuk kembali ke hutan kemudian bermain bersama tetua monyet dan para anak harimau spiritual.

"Keluargaku memiliki bisnis kecil namun maju di Kota Hong, mereka mengelola jasa impor dan mau menyewakan salah satu kapal dagang mereka untuk mengantarku ke Kota Fang. Bagaimana jika kamu bergabung?" Kata Fai Huanran sambil menyuap sup ikan hiu.

[BL] Guardian of Forest [Original Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang