Aku apdetnya kemaleman ya? haha! Mianhee~
.
.
-Haana
Saat ini aku melihat tiga pucuk bunga di taman belakang gugur lagi. Bunga itu akan segera menyusul teman-temannya yang lebih dulu mengering di atas rerumputan. Terpapar panas siang hari, terkena hujan sore harinya. Begitu selalu tak ada perbedaan. Sama seperti yang terjadi pada kita, Jimin. Aku selalu di sini setia seperti mentari dan hujan, sementara kau seperti bunga yang gugur dan menuai musim. Selama ini aku pikir menghabiskan waktu di Tranquil akan terasa begitu lama. Tapi, di saat seperti ini kenapa hari berlalu secepat kedipan mata. Aku belum siap. Tepatnya, aku tidak pernah siap untuk perpisahan kita.
Buku di atas pangkuanku menemui lembar terakhir. Aku banyak menulis selama penantian ini. Bukan tentang satu hari yang berlalu, tapi tentang setiap saat, setiap putaran waktu yang aku lalui dengan rindu. Jimin begitu dekat denganku. Dia selalu ada di depan mataku. Aku juga selalu bisa merasakan hangat tangannya. Tapi aku tetap selalu merindukannya.
Aku meninggalkan buku di atas kursi di balkon. Beranjak masuk ke dalam kamar Jimin lalu menutup pintu kacanya dengan menyisakan celah kecil untuk angin sore yang ingin masuk. Suara guntur bersahutan sejak tadi, tapi hujan masih belum sudi turun. Sementara angin mulai dingin dan menerbangkans etiap helai daun dan bunga yang tertanam di ranting.
Selimut yang membalut tubuhnya kurapikan. Melihat wajah tidurnya sudah membuatku banyak bersyukur. Tapi tentu itu tidaklah cukup.
"Mungkin aku akan keluar besok pagi membeli buku baru," kataku bercerita di sampingnya. "Sepertinya aku berbakat jadi penulis," kekehku riang. "Menurutmu bagaimana? Apa aku harus mempertimbangkan profesi satu itu? Maksudku aku bisa membagikan kisah kita di Bumi. Novel ini pasti akan laku keras," aku malah tersenyum geli. "Apa boleh kusebarkan cerita manis kita?"
Mungkin jika Jimin bisa meresponku saat ini dia sudah menjitak keningku atau malah mencium gemas karena celotehan bodohku.
"Ataukah aku harus mulai meneliti lagi?" tanyaku ringan. "Aku harus menemukan cure untukmu..." ucapku menggantung. "Jimin, aku rindu tawamu. Tidak bisakah tersenyum sedikit saja untukku?" aku menangkupkan telapan tangannya ke pipiku. Mataku terpejam merasakan hangat yang mengenai pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BST #UNIVERSEOFTRANQUIL
Fanfic"Bersama Haana, aku selalu ingin lebih dari sekadar menjadi pacarnya." -Jimin Parks Slezy (Prince Tears) "Jimin adalah ketidakmungkinan yang aku inginkan." -Haana Myn Sviendri --- "Kau tidak akan sendirian, Nara." -Suga Myn Sviendri (Prince Sweat) "...