Menanamkan Aqidah dan Ajarkan Muraqabah Kepada Anak Agar Selamat Dunia Akhirat
Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada.Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba’du:Berikut pembahasan tentang, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat,
“Mi, kalau Umi tidak punya uang, kakak nanti akan minta uang kepada Allah untuk membeli es krim. Dia Maha Pemberi dan Penyayang, kan?” Si Ibu gelagapan menjawab pertanyaan sulungnya itu. Apalagi saat si kecil ikut bertanya, “ Allah itu tinggal dimana sih, Mi?”
Seringkali sebagai orangtua, kita merasa kesulitan untuk menjelaskan masalah-masalah aqidiyah (keyakinan) kepada anak-anak. Karena Aqidah Islamiyah dengan ke-enam rukunnya yaitu; beriman kepada Allah, para Malaikat, Kitab-kitab, para Rasul, Hari Akhir serta Qadha’ dan Qadar, adalah persoalan ghaib yang berada di luar kemampuan akal dan panca indera untuk menjangkaunya.
Meski hal inilah yang menjadikan aqidah islamiyah menjadi unik dan khas, menjelaskannya kepada anak-anak membutuhkan keseriusan dan ketelatenan tersendiri. Bagaimanapun, kemampuan berfikir anak-anak yang masih sangat sederhana dan terbatas untuk mengenali hal-hal yang abstrak, menjadi penghalang yang tidak bisa diremehkan. Sementara kesalahan kita dalam memberi jawaban akan berakibat fatal, sebab jawaban itulah (mungkin) yang akan terekam di benak anak untuk seterusnya.
Menanamkan aqidah islamiyah kepada anak-anak sangatlah penting. Aqidah atau keyakinan yang tertanam akan menjadi acuan dan pegangan dalam mengarungi kehidupan mereka selanjutnya. Aqidah itu juga akan menjadi standar perbuatan yang mereka lakukan, serta menjadi pembanding setiap kali mereka menjumpai bentuk-bentuk perilaku baru.
Aqidah yang menghunjam kuat di dalam jiwa anak-anak, membantu mereka mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri, serta memudahkan mereka menjalani proses menuju manusia yang lebih bermoral dan berkepribadian lebih baik.
Mereka tumbuh bukan hanya berbasis pengetahuan umum dan memperturutkan hawa nafsu semata, namun jauh dari kehidupan yang religius, hal yang terbukti memiliki andil besar munculnya kanakalan dan kerusakan moral manusia.
Rahmat Allah
Merupakan rahmat Allah kepada manusia adalah Allah menciptakan mereka di atas fithrah.
Allah berfirman,“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwamereka, “Bukankah Aku ini Rabb kalian?” Mereka menjawab, “Betul, kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap (keesaan Tuhan) ini”. (QS. Al A’raaf: 172)