Seseorang yang bertauhid (muwahhid), wajib untuk takut terhadap perbuatan syirik. Tidak selayaknya dia mengatakan, “Saya seorang muwahhid, dan saya telah memahami tauhid, sehingga tidak mungkin saya berbuat syirik.” Perkataan seperti ini adalah hasil dari tipu daya setan, dan seseorang hendaknya tidak memuji dan menyombongkan dirinya sendiri. Seseorang tidak boleh untuk tidak takut terhadap perbuatan syirik selama dia masih hidup. Karena selama itu pula dia akan menemui berbagai macam fitnah.
Fitnah kesyirikan adalah fitnah yang sangat berbahaya. Sehingga seseorang selayaknya untuk tidak merasa aman dari tergelincir dalam kesesatan dan dari terjerumus ke dalam perbuatan syirik. Oleh karena itulah, dia harus mempelajari permasalahan syirik ini agar dapat menjauhkan diri darinya. Dan hendaknya seseorang meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala dan memohon penjagaan dan petunjuk dari-Nya. [1]
Ketidaktahuan Masyarakat terhadap Hakikat Syirik
Salah satu akibat jauhnya masyarakat dari ilmu tauhid adalah ketidaktahuan mereka terhadap hakikat syirik yang sebenarnya. Yang mereka fahami, yang disebut sebagai syirik itu adalah jika ada seseorang yang tidak percaya adanya Tuhan, atau jika dia bersujud menyembah patung, batu, pohon, dan sebagainya sebagaimana kaum musyrikin dahulu. Atau seseorang baru disebut sebagai orang musyrik jika yang disembah adalah batu, pohon, patung, dan sejenisnya. Adapun jika yang disembah adalah orang shalih dan para wali yang memiliki kedudukan di sisi Allah Ta’ala, maka hal itu bukanlah kesyirikan. Sehingga dengan “entengnya” seseorang mengatakan, ”Nggak usah belajar tauhid pun, tidak mungkin orang berakal akan menyembah batu atau kayu yang tidak bisa berbuat apa-apa.”
Karena kebodohan itulah, mereka tidak bisa memahami, mengapa orang musyrik dahulu disebut sebagai seorang musyrik? Mereka juga tidak memahami, siapakah sesembahan orang musyrik zaman dahulu? Yang mereka fahami, orang musyrik Quraisy dahulu disebut sebagai orang musyrik karena tidak percaya adanya Allah Ta’ala serta menyembah patung dan berhala. Padahal kenyataannya, mereka adalah masyarakat yang beriman kepada rububiyyah Allah Ta’ala. Mereka meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat Yang menciptakan, memberikan rizki, dan mengatur urusan alam semesta. [2] Bahkan keimanan mereka tidak hanya berhenti di situ saja, bahkan mereka pun beribadah kepada Allah Ta’ala.Berikut ini penulis sampaikan sedikit pembahasan tentang dalil-dalil yang menunjukkan bahwa orang musyrik Quraisy adalah masyarakat yang beribadah kepada Allah Ta’ala.