Ibrah dan Pelajaran Berharga
di Balik Ganasnya Musibah
Oleh : Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc. _hafizhahullah_
Musibah demi musibah telah menghantam tanah air kita ‘Indonesia Raya’, bagaikan terpaan ombak yang silih berganti menghantam tepi pantai.
.
· Mulai dari kasus teroris yang mengancam stabilitas negeri seribu pulau ini,
· musibah Lumpur Lapindo (Sidoarjo),
· banjir bandang di Sinjai (Sulsel),
· Tsunami 2004 M di Aceh,
· tenggelamnya KM Senopati, dan kapal-kapal lainnya
· jatuhnya Adam Air, dan pesawat-pesawat lainnya,
· tenggelamnya Jakarta, dan berbagai kota di negeri ini,
· terjadinya kekeringan puso, dan tersebarnya hama yang menyebabkan gagal panen,
· dan masih banyak lagi musibah lainnya.
.
Terdiam beberapa saat, kini musibah kembali meluluhlantakkan sebagian tempat di kota pelajar ‘Jogjakarta’, tepatnya di sekitar Gunung Merapi.
.
Belum lagi pukulan ganas tsunami kembali menghantam daerah Mentawai, dan banjir bandang menenggelamkan daerah Wasior, Papua.
.
Kini, Banten, Jakarta dan sekitarnya hancur berantakan akibat serangan gempa yang bertubi-tubi, dengan kekuatan termaksimal 6.9. skala richter.
.
Semua peristiwa ganas seperti ini menghentakkan jiwa manusia, menyadarkan mereka tentang kelemahan diri mereka, dan butuhnya mereka kepada perlindungan Allah Sang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
.
Musibah-musibah seperti ini hendaknya menjadi cambuk yang menyadarkan kita tentang sebab di balik semua itu..
Apa sebab dan solusinya?
.
Semua itu harus kita pikirkan, jangan hanya menjadi berita koran yang akan basi, tanpa makna dan ibrah (pelajaran) yang terpetik darinya.
.
Tapi kita harus memikirkannya dan selalu mengenangnya serta tidak merasa aman darinya, sebab suatu saat akan bergulir dan bergilir menimpa kita.
.
Semua berita dan tragedy tersebut jangan lepas dari ingatan kita, tanpa koreksi dan renungan tentang prilaku diri kita dan bangsa kita, karena tak ada musibah tanpa sebab.
.
Musibah gempa atau banjir -misalnya-, semuanya bukanlah hanya sekedar musibah yang timbul dari gejala alam yang tidak normal atau kerusakan struktur bumi.
.Tapi apa sebab dan siapa Pencipta sebab tersebut?!
.
Sebuah kesalahan, jika terjadi suatu musibah, maka banyak diantara kita yang lupa atau pura-pura lupa tentang sebab utama dan Pencipta sebab tersebut, serta apa hikmahnya.
.
Andai jari-jemari anda membuka lembaran-lembaran kita suci Al-Qur’an, niscaya mata anda akan menemukan jawabannya di sela-sela Surah ar-Ruum : 41-42,
.
{ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (41)
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ (42)} [الروم: 41_42]
.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”.
.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah menurunkan kerusakan dan musibah atas suatu kaum, karena disebabkan ulah perbuatan manusia.
.
Diantara ulah manusia yang amat besar di sisi Allah adalah berbuat “syirik” (الشِّرْكُ), yakni menyekutukan Allah dengan sebagian makhluk-Nya dalam beribadah.
.
Kesyirikan (menduakan Allah dengan makkluk dalam ibadah) merupakan sebuah maksiat yang paling besar dosa dan siksaannya di sisi Allah _azza wa jalla_!
.
Ketahuilah bahwa maksiat pada umumnya adalah sebab terjadinya musibah sebagaimana yang dijelaskan dalam berbagai dalil.
.
Seorang ulama Tabi’in, Al-Imam Abul Aliyah -rahimahullah- berkata,
.
مَنْ عَصَى اللهَ فِي اْلأَرْضِ فَقَدْ أَفْسَدَ فِي اْلأَرْضِ؛ لأَنَّ صَلاَحَ اْلأَرْضِ وَالسَّمَاءِ بِالطَّاعَةِ
.
“Barangsiapa yang bermaksiat (durhaka) kepada Allah di bumi, maka sungguh ia telah melakukan kerusakan di bumi, karena baiknya bumi dan langit dengan ketaatan”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (6/320)]
.
Kerusakan dan musibah yang timbul, disebabkan maksiat yang dikerjakan oleh manusia, berupa kekafiran, kemusyrikan, bid’ah, dosa-dosa besar atau kecil.
.
Jika kita mau jujur, maka banyak masyarakat Indonesia Raya memang bergelimang maksiat, mulai maksiat berupa :
· kekafiran,
· syirik,
· bid’ah,
· dosa-dosa dengan kedua jenisnya (besar dan kecil).
.
Diantara kekafiran dan kemusyrikan:
.
· munculnya orang yang mengaku nabi,
· adanya pengingkaran sebagian syariat Allah (seperti, poligami dan lainnya),
· benci kepada Syari’at Islam atau memperolok-olok agama dan pembelanya,
· Meninggalkan syariat Allah yang penuh hikmah dan kebaikan.
· menghalalkan prilaku kaum sodomi (liwath),
· melakukan persembahan kemusyrikan (seperti, ritual labuhan, dan ritual syirik di Pantai Selatan),
· meminta perlindungan kepada makhluk halus dan lainnya,
· memohon hajat atau perlindungan dari marabahaya kepada makhluk,
· mengeramatkan benda-benda pusaka yang “bertuah”, menghalalkan gaya hidup pornografi-pornoaksi,
· ngalap berkah di kuburan orang-orang yang dianggap sholih atau wali,
· propaganda sinkritisme agama yang dibalut dengan paham PLURALISME, LIBERALISME, atau ISLAM NUSANTARA,
· mempercayai adanya makhluk yang mampu mengatur alam semesta beserta isinya (semisal, Mbah Marijan),
· “istighotsah” (meminta pertolongan saat susah) kepada syaikh Abdul Qodir Jailaniy,
· Menghalalkan zina, komer, narkoba, musik, riba dengan berbagai macam cara!
· mengadopsi paham-paham kekafiran dari timur dan barat, dan masih banyak lagi.
· Bid’ah (ajaran yang tak ada tuntunannya dalam agama, tapi dianggap bagian dari agama) juga tak kalah maraknya, seperti: peringatan maulid, isra’ mi’raj, malam nishfu Sya’ban, dzikir jama’ah, tahlilan, haulan, peringatan hari kematian dan hari-hari lainnya, sholat rogho’ib,