Allah Ta’ala berfirman:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْۤا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰٓئِكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.“(QS. Al-An’am 6: Ayat 82)
Tauhid merupakan hak Allah atas para hambaNya.
Sebagaimana hadits dari Muadz ia berkata;
“Aku pernah dibonceng Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam diatas seekor keledai, yang bernama Ufair. Lalu beliau bersabda, “Hai Muadz, Tahukah engkau apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para HambaNya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah?”Aku menjawab, “Allah dan RasulNya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hambaNya ialah supaya mereka beribadah kepadaNya saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepadaNya; sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikitpun kepadaNya.” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, tidak perlukah aku sampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?” Beliau menjawab, “Jangan engkau menyampaikan kabar gembira ini kepada mereka, sehingga mereka nanti akan bersikap menyandarkan diri.””
(HR. Bukhari Juz 3 : 2701, Muslim Juz 1 : 30)
Kalimat tauhid Laa Ilaha Illallah adalah kalimat yang agung.
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudry, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam diatas bersabda; “Musa berkata, Wahai Rabbku, ajarkan kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdo‟a kepadaMu.” Allah berfirman, “Katakan wahai Musa Laa Ilaha Illallah” Musa berkata, “Wahai Rabbku semua hambaMu mengucapkan ini.” Allah berfirman, “Wahai Musa, seandainya ketujuh langit dan penghuninya selain Aku serta bumi diletakkan pada daun timbangan, sedangkan Laa Ilaha Illallah diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka Laa Ilaha Illallah niscaya lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban dan Hakim)