[ Diterjemahkan dengan sedikit perubahan dari makalah Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan hafizhahullah yang berjudul La Tatadakkhalu fi Ma Laisa min Ikhtishashikum dalam kitab al-Bayaan li Ba’dhi Akhtha’il Kuttab, 2/177-180 ]
Allâh Ta’alla telah menciptakan makhluk agar mereka beribadah kepada Allâh Ta’alla dan menjadikan fithrah mereka di atas tauhid dan ketaatan kepada-Nya, namun kemudian diantara mereka ada yang kufur. Allâh Ta’alla berfirman :
وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُم مَّنْ ءَامَنَ وَمِنْهُمْ مَّن كَفَرَ
Akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. (QS. al-Baqarah/2:253)
Allâh Ta’alla juga berfirman :
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنكُمْ كَافِرٌ وَمِنكُم مُّؤْمِنٌ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dia-lah yang menciptakan kamu, maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang Mukmin. dan Allâh Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. at-Taghâbun/64:2)
Dengan irâdah (kehendak) diniyah-Nya, Allâh Ta’alla menghendaki kebaikan dan keimanan, namun sebaliknya syaitan dan penyeru keburukan menginginkan kekufuran dan kejelekan. Allâh Ta’alla berfirman (yang artinya) :
Allâh hendak menerangkan (hukum syari’at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu ke jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. dan Allâh Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dan Allâh hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). (QS. an-Nisâ’/4:26-27)
Oleh karena itu, Allâh Ta’alla mengirimkan para rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab dan menegakkan hujjah (argumentasi). Diantara manusia, ada yang menerima kebenaran dan masuk dalam keimanan dengan penuh ketaatan dan tanpa paksaan, namun ada pula yang menolak kebenaran dan memilih masuk ke dalam kubangan kekufuran dengan kemauan sendiri.
Allâh Ta’alla telah menetapkan banyak perbedaan antara kaum Mukminin dengan kaum kuffar (orang-orang), baik di dunia maupun di akhirat.Dan Allâh Ta’alla melarang manusia menyamakan antara dua kelompok manusia di atas. Allâh Ta’alla juga telah mempersiapkan balasan dan menetapkan hukum-hukum bagi masing-masing kelompok di dunia maupun akhirat.
Allâh Ta’alla juga telah menetapkan bagi masing-masing kelompok nama yang bisa membedakan diantara keduanya, seperti al-Mukmin dan al-kafir, al-bir (pelaku kebaikan) dan al-fâjir (pelaku keburukan), al-musyrik (orang yang melakukan perbuatan syirik) dan al-muwahhid (orang yang mentauhidkan Allâh Ta’alla ), al-muthî’ (orang yang senantiasa taat) dan al-‘âsh (orang yang melakukan perbuatan maksiat).
Kemudian setelah itu, Allâh Ta’alla melarang segala tindakan yang menganggap sama atau berusaha menyamakan kedua kelompok yang jelas berbeda tersebut, baik dalam nama maupun perilaku. Allâh Ta’alla berfirman (yang artinya) :
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (QS. al-Jâtsiyah/45:21)