Kuarsa dan Artinya

645 98 7
                                    






Hari cukup terik waktu itu, dengan kondisi badan yang mulai lelah dan lapar melanda, seorang cho seungyoun yang berusaha memukul sebongkah batu memecahkan keheningan mereka.

“Hangyul, kamu tau nggak mineral apa yang paling kuat, resisten, dan nggak ngalamin perubahan apa-apa saat proses pembentukan batuan”

lee hangyul, yang masih sibuk mendeskripsi satu persatu batuan yang mereka kumpulkan selama observasi hari ini mengernyit,

“Ngejek kak? Tau lah. Ya kali nggak tau. Aku nggak bakal lulus mata kuliah dasar”

“Apa coba?”

“Kuarsa kan? Ngejek banget sih. Mau ngetes ya?”

“Siapa bilang mau ngetes kamu” seungyoun mengalihkan tatapannya dari batu ke hangyul. “Cuma nanya doang”

Hening, lagi. Seakan tidak mempunyai bahan pembicaraan mereka kembali pada kerjanya masing-masing. Tapi seungyoun terlihat tidak fokus, terlihat masih memikirkan sesuatu. Ditatapnya lekat-lekat hangyul, adik tingkatnya yang secara kebetulan berada dalam satu kelompok observasi lapangan ekskursi besar jurusannya. Hangyul memang sepintar itu sudah mengambil mata kuliah pokok yang harusnya ia tempuh semester depan.

Hangyul indah, ia tahu. Semua orang tahu. Entah untuk ke sekian kalinya ia berusaha untuk mendekati si primadona, tapi nyalinya masih ciut. Tidak ketika han seungwoo, senior mereka di jurusan, asisten dosen, mahasiswa teladan, langganan proyek, mantan ketua himpunan, dan presiden organisasi otonom yang prestisius terang-terangan mendekati hangyulnya. Seungyoun cukup tahu diri.

Seungyoun hanya bisa diam, berperan sebagai kakak tingkat yang annoying, gemar mencari keributan pada hangyul, dalih untuk mendapatkan afeksi darinya, dengan cara yang anti mainstream.

“To the point deh kak, ada apa? Ngeliatin aku nya gitu banget”

“H-hah....?”

Sial, hangyul sadar. Terlihat jelas ya? pikir seungyoun dalam hati.

“Ada yang mau diomongin? Ngomong aja kak”

Hangyul masih fokus mencatat hasil deskripsi, lalu matanya mengunci pada pandangan seungyoun, menuntut penjelasan.

“Ada hubungannya sama kuarsa tadi?”

Seungyoun menghela napas, entah apa yang merasuki benaknya, tiba-tiba keinginan untuk terus terang pada hangyul semakin membuncah. Jujur akan perasaan terdalamnya.

“Nggak sih, cuma mikir aja”. Seungyoun masih sibuk dengan palu digenggamannya, menunduk, sama sekali tidak menatap hangyul. “Kuarsa itu bener-bener amazing”

“Amazing kenapa kak?”

Helaan napas terdengar dari mulut seungyoun, now or never, pikirnya.

“Kamu tau kan dia mineral yang terbentuk paling akhir di deret bowen?”

“Iya tau”

“Kuarsa itu jumlahnya banyak banget, umum, biasa-biasa aja, nggak ada yang spesial. Tapi dia bisa jadi spesial karena kehadiran mineral feldspar... Jadi bahan baku utama industri keramik dan semen”

Hangyul masih bingung, tidak bisa menebak arah pembicaraan mereka. Tapi hangyul tahu pembicaraan mereka berubah menjadi serius ketika seungyoun menegakkan kepalanya, menatapnya, dan mengunci pandangannya dengan tatapan tajam dari seberang sana.

“Sama halnya kaya aku yang bukan siapa-siapa, tapi bisa ngerasa spesial karena kehadiran lee hangyul”

Oh wow, bercanda. Pikir hangyul.

“Apa aku keliatan bercanda sekarang? Nggak, sama sekali nggak. Butuh keberanian yang besar buat aku bilang ini semua ke kamu” sergah seungyoun, seakan ia tahu pemikiran hangyul saat ini.

“Kak......”

“Dan aku berharap perasaanku ke kamu juga bakal kaya kuarsa” seungyoun bangun dari duduknya, berjalan ke arah hangyul yang sedang terduduk di batu besar. “Kuarsa yang tetap ada, kuat, resisten, meskipun udah terkena suhu dan tekanan tinggi. Mineral paling akhir terbentuk dan paling kuat”

Semburat merah muncul di pipi keduanya. Termasuk hangyul. Gila, pikirnya. Seungyoun menyukai dirinya! Tidak dalam mimpi terliarnya seorang cho seungyoun dapat menyukainya.

Kemudian seungyoun duduk di sebelah hangyul, masih menatap kedua bilah mata yang masih muda, tangannya gemetar. “Sama halnya kaya aku yang berharap perasaanku bakal tetap kuat, resisten, selalu ada dan gak akan pernah berubah meskipun cobaan dan godaan dateng. Yang selalu ada dan jadi yang terkuat melindungi kamu sampai akhir. Semoga akan tetap sama sampai kapanpun”

Dengan gemetar, tangan kecil seungyoun meraih tangan kanan hangyul, menggenggamnya sambil berseru,


















“Jadi lee hangyul, bolehkah cho seungyoun yang bukan siapa-siapa ini jadi mineral kuarsa di hidup kamu?”




End





Balik lagi di series seungyul dan gombalan ala anak geologi tapi kali ini seungyoun beneran nyatain perasaannya, bukan gombalan doang hahaha.

Anyway ini aku post juga di twitter jadi jangan kaget kalo ada cerita yang sama di post di platform lain yaa.

For those who wanna be moots or wanna send critics, advices, or even prompts on my twt acc please hit @ seungyulftw (au only) or @ hhangyeol (prompt and fangirling acc).

Keep calm and ship seungyul!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just Seungyul ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang