"Ngapain ikut sih?"
"Panas."
"Cowok takut panas." kataku sambil berjalan menuju lapak Gelato.
Setiap aku berjalan lebih dulu, tidak lama kemudian Bili sudah menjajari langkahku. Jalan sama-sama, otakku nakal sekali karena berpikiran bahwa lelaki ini pasti selalu serius dengan ucapannya. Enggak, mana ada cowok yang serius.
Aku berdiri didepan etalase berisi berbagai varian rasa ice cream.
"Kamu mau rasa apa, Dila?"
"Ehm ...." aku mau semuanya kalau bisa.
"Biar aku tebak." ucapan itu membuatku mengangkat alis.
"Pasti kamu suka rasa rasberry, iya kan?"
"Aku mau coklat sama vanila aja, Kak." ucapku tak menghiraukan Bili.
"Strawberry sama chocochips."
Aku menatapnya, strawberry? Bili menatapku balik.
"Aneh lagi ya? Cowok suka ice cream rasa strawberry."
"Ternyata kamu pandai membaca pikiran orang lain." aku terkekeh sendiri.
"Ini, Kak." pelayan itu menyodorkan ice cream kami. Aku menerimanya terlebih dahulu.
"Berapa?" tanya Bili setelah menerima ice creamnya.
"25 ribu."
"Dua?"
"Satu."
"Ini dua-duanya sekalian." mendengar ucapan itu aku menghentikan aktivitas mencari uang dari dalam slingbag. Ku lihat Bili menyodorkan uang 50 ribuan.
"Nanti ingetin buat ganti, sekalian sama yang tadi pagi." aku berlalu begitu saja mencari tempat duduk untuk menikmati ice cream.
"Gausah diganti."
"Aku gak mau punya hutang."
"Siapa bilang hutang, aku beliin buat kamu."
"Tapi aku gak mau dibeliin. Aku punya uang sendiri."
Dalam ruangan yang tak begitu luas ini hanya tersisa empat bangku dengan meja persegi, tepat ditengah-tengah.
Aku duduk, Bili menarik kursi tepat didepanku.
"Emang berapa banyak uang yang kamu punya?"
"Kalau aku kasih tahu, emang kamu bisa nggandain?"
"Aku bisanya nambahin, kalau nggandain ... nanti coba aku pelajari dulu tekniknya."
"Ngaco banget." jawabku malas
Aku teringat akan pesan yang aku kirimkan pada Reza. Dugaanku benar, Reza telah mengirimkan balasannya.
Thanks ya, Dil, gue lega karena lo ga kebawa hati sama omongannya Adel. Btw waktu itu Adel ceritanya ke lo, gue sama dia harus putus karena apa?
Ehm ... gimana ya, Za, aku udah janji buat gak cerita sama siapapun, termasuk kamu. Sorry banget.
Oh gitu, yauda gak papa, Dil.
Iya, Za, yang jelas aku bisa jamin kalau Adel sayang sama kamu. Cuma untuk saat ini dia mau rehat dulu dari istilah pacaran. Gak usah khawatir, Tuhan pasti ngembaliin apa yang semestinya jadi milik kita kok.
Iya, Dil, thanks banget karena lo selalu mau dengerin cerita gue plus kasih solusi, motivasi, dan pencerahannya.
Apaan sih, biasa aja kali :)
Hehe, lo dimana sekarang?
Dalam detik yang sama ada notifikasi lain yang mengirimkan pesan yang sama pula. Dari Arion.
Kamu lagi dimana, La?
Beli Gelato nih
Aku kirim jawaban yang sama untuk mereka, juga dengan foto ice cream yang sempat aku ambil tadi.
"Dila!"
"Apa?"
"Udah putusin buat lihat senja sama aku kan?"
"Emang dimana?"
"Enggak jauh."
"Dimana dulu?"
"Ya disana."
"Nggak jelas banget sih."
"Percaya deh, pasti kamu belum pernah lihat yang satu ini, Dila."
"Sok tahu banget."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bias Senja
Teen FictionAku yang suka menatap langit barat kala malam akan tiba, dikejutkan oleh seorang lelaki dewasa yang mengajakku bicara perihal senja. Bili, begitulah dia menyebutkan namanya. Orang asing yang kemudian setiap harinya tak lupa mengirimkan tangkapan kam...