Rayhan, manusia aneh yang selalu mengintai ku setiap hari di sekolah. Wajahnya memang tampan, tubuhnya tinggi seperti model, hidungnya mancung, dan kulitnya sebening salju. Tapi, dia terlalu cuek jika harus menjalin hubungan dengan ku. Dia juga seorang ketua osis, kebanggaan guru-guru pasti nya dan bukan hal aneh jika dia disukai para perempuan se antero sekolah.
Hari ini aku sangat malas sekali ke sekolah, karena sekarang adalah hari yang paling aku benci, hari senin. Harus upacara, panas-panasan, tapi ini untuk menghargai pahlawan apalah daya ku.
"Dinda, bangun ini sudah pagi jam setengah lima lagi, nanti gak keburu sholat subuh". Umi membangunkan ku hari ini. Mungkin dia tahu aku semalam hampir jam 12 baru bisa tidur. Karena aku harus menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikumpulkan besok.
"Iya umi, Dinda denger kok". Dengan muka masih mengantuk aku pun bangun.
Langsung ku pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu'. Ku ambil mukena dari dalam lemari. Doaku hari ini adalah semoga hari ini aku tidak bertemu dengan dia. Lucu memang diriku, semua siswi di sekolah sangat ingin berkenalan dengannya, ingin punya nomor ponselnya, dan di follow instagramnya oleh dia. Tetapi, diriku tidak sama sekali. Karena aku masih mengharapkan dia datang lagi di hadapanku.
Setelah sholat, aku langsung merapikan tempat tidur lalu pergi untuk mandi. Selesai mandi aku berpakaian rapi dan menggunakan riasan tipis tak lupa juga memakai mahkota kebanggaanku hijab.
"Dinda sayang, ayo sarapan. Abi sudah menunggu ini, ayo cepat". Umi memanggilku dari bawah.
"iya mi, dinda masih pakai sepatu ini, 5 menit lagi ya tunggu". Selesai memasang sepatu aku mengambil tas lalu turun kebawah.
Makanan sudah siap, dan mereka masih menungguku. Aku dua bersaudara, punya kakak. Namanya kak Diana. Dia sudah kuliah semester 3 fakultas kedokteran. Dia mengikuti jejak abi ingin menjadi seorang dokter. Umi, waktu muda dia pernah menjajaki dunia tarik suara. Tetapi setelah menikah dengan abi, umi berhenti karena ingin fokus menjadi ibu rumah tangga.
Kami semua sarapan dengan perlahan-lahan, tiba-tiba kak Diana malah membahas seorang pria yang baru ia temui belakangan ini. Tentu saja, abi tidak akan pernah mengijinkan aku maupun kak Diana berhubungan dengan pria sebelum kami sarjana. Menurut abi berpacaran hanya menganggu konsentrasi belajar.
"Abi, Umi, aku boleh nggak nanti habis kuliah pergi jalan-jalan dulu, bentar kok nggak akan malam pulangnya, paling telat jam lima sore aku sampek rumah" pintanya kepada abi dan umi dengan memasang muka penuh harap.
"Memang kamu mau kemana?" tanya Abi dengan serius.
"Gini Bi, aku di ajak teman baruku buat jalan-jalan menikmati kota Bandung. Soalnya dia itu orang Surabaya, selama kuliah di Bandung dia belum pernah jalan-jalan di sini. Dia sibuk bantuin paman nya kerja". Bohong kali nih kakak, mana ada udah kuliah hampir satu setengah tahun di Bandung nggak pernah jalan-jalan, gumamku.
"Iya Abi ijinin, hati-hati di jalan. Sapa aja yang nemenin, cowok apa cewek temanmu itu?" tanya Abi dengan tegas.
"Makasih Abi ku tercinta", sambil memeluk Abi.
"Temanku ini cowok, tapi aku nggak sendiri kok ada temen ku lagi cewek tiga denganku, kita berlima mau jalan-jalan, soalnya mau ada yang di bahas juga nanti".
"Tapi jangan sore-sore kak, jangan ngebut-ngebut bawa motornya" Ucap Umi, sambil membereskan piring kotor di meja makan.
🍂🌸🍂