PriSyn ‖3‖

9 2 0
                                    

[Chapter 3: ]

WhatsApp

Unknown number

Unknown number: p

Tata yang baru sampai di kamarnya pun mengernyit melihat nomer asing tertera di layar ponselnya. Ia mengangkat alis, menimang-nimang apakah harus dibuka atau tidak.

Tapi hatinya berkata untuk membuka. Penting tidak penting.

“Siapa dah? Pape pape, dikira semprotan nyamuk. One push pape. ” Gumam Tata.

Tak lama kemudian ada notifikasi masuk. Dari nomor yang sama.

Unknown number: ini gue. Vava

“Ah, ternyata dia toh.” Ujarnya, kemudian ia menaruh pop ice yang ia beli tadi.

Anda: oh, mau apa?

Unknown number: save nmr gue, biar gampang kalo ngehubungin lo.

Anda: ok

Setelah mendapat perintah itu, entah kenapa Tata langsung saja menyimpannya. Dikontaknya, ia hanya punya nomer keluarganya dan teman sekelasnya saja. Ia tidak mau orang yang tidak dikenalnya berada di kontaknya yang suci itu.

Anda: udh gue save.

Vava: good.

Vava: btw, gue sekalian mau nanya soal yg diperpus tadi.

Anda: hm? Oh itu. Bentar.

Vava: ok.

Anda: gue punya ide gini, jadi gue itu pengen kita nunjukin kemampuan kita masing-masing. Gue kan bisa main biola, piano, dan lo bisa nya apa? Nah yang lain jadi tokoh jahat sama baik.

Vava: oalah. Gue bisa main gitar, dance, piano.

Vava: tokoh jahat baik, gimana?

Anda: nah sip.

Anda: jadi, misalnya si Katya itu jadi orang yang dendam sama gue, karena gue mampu segalanya. Terus si Joice itu tokoh baik yang jadi temen gue.

Vava: ohh. Bagus juga ide lo.

Vava: gue juga mikir gitu. Tapi gue bingung yang lain jadi apa?

Anda: yang lain kita serahin sama kak Ari.

Vava: hmm oke deh.

Read

Tata hanya me read saja. Karena ia tak tahu harus bagaimana lagi. Vava juga sepertinya tidak ada tanda-tanda hendak memberinya pesan baru.

“Cowok model begitu bikin banyak orang suka ya? Tapi kok gue b aja? Masa iya gue mati rasa sama cowo?” tanya Tata kepada dirinya sendiri.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya, “Non.” Panggil Bi Ina.

Tata menoleh dan menaikkan sebelah alis. “Itu, Nyonya minta nona buat segera turun ke bawah.” Ujar Bi Ina.

“Hm? Bibi tau nggak ada apa?” tanya Tata. Bi Ina menggeleng pelan, “tidak tau, Non.” Jawabnya.

“Yaudah deh. Kasih tau mama, aku turun 10 menit lagi.” Ucap Tata menyudahi. Bi Ina mengangguk, dan keluar dari kamar Tata.

Seusai Bi Ina meninggalkan kamarnya, Tata menghela nafas dan segera bangkit dari ranjangnya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Princess SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang