Noona

7 1 0
                                    

Perawan tua. Dua kata yang mampu mengguncangkan jiwa seorang wanita. Siapa yang sanggup jika mendengar dua kata seperti itu tiap hari. Ikan hiu sekalipun jika diberi makan hal yang sama akan mengamuk. JIHAN GANDHI,  27 tahun seorang karyawati disebuah perusahaan ternama. Tidak terlalu buruk untuk ukuran seorang wanita,  tubuhnya juga Indah. Apalagi bibir peach nya yang menggoda itu. Oh Tuhan lelaki mana yang tidak tergoda melihatnya. Hanya saja satu hal yang tidak berpihak padanya. Soal Asmara misalnya,  iya Jihan kurang beruntung soal itu kali ini. Dia wania yang mandiri,  penuh teka teki dan dingin seperti es. Hanya satu pria yang selalu mengekorinya sejak duduk di bangku SD sampai sekarang mereka berada diperusahaan yang sama.
Adhitama Azri seorang lelaki dengan prestasi gemilangnya dijurusan Arsitektur. Ia baru saja lulus dari kampusnya setahun lalu,  banyak tawaran pekerjaan yang menghampirinya tapi entah kenapa ia memilih untuk tetap menjadi ekor bagi Jihan. Ia menolak semua pekerjaan yang datang,  memilih masuk perusahaan yang sama dengan Jihan.  Mungkin karena Tama sudah terlalu terperosok didunia perbucinan. Jika dikategorikan gila,  mungkin Tama memang sudah gila. Gila karena Jihan . Kalau ditanya soal kenapa ia begitu menggilai Jihan jawabannya adalah " Cinta itu buta. Kecuali aku lihat kak Jihan aku gak buta tapi Cinta " Dasar bucin. Lucu ya anak kelinci jatuh Cinta pada singa betina yang garang.
...
Jihan duduk dimeja kerjanya mengerjakan semua hal yang berkaitan dengan dirinya,  menggerakkan mouse kesana kemari,  memainkan jari kecilnya diatas papa keyboard dan memasang mata pada layar monitor. Mengaktifkan kefokusan yang mencapai seratus persen,  hingga sebuah denting dari ponselnya menghentikan aktivitasnya.
Sebuah pesan yang berasal dari orang yang sangat penting bagi dirinya. Ibunya Jihan.
Sayang,  kamu pulangkan minggu ini. Membaca pacarmu kan?  Mama akan memasakkan makanan yang enak nanti. Semangat sayang.  -- Mama
Hanya pesan kecil tapi mampu membuat Jihan tidak bisa kembali fokus pada pekerjaannya,  memang ia sempat berbohong pada ibunya perihal pasangan. Dia bilang bahwa ia sudah mempunyai pacar,  padahal kenyatannya tidak. Jihan hanya tidak ingin mendengar berbagai pertanyaan dari ibunya. Ia juga merasa bosan dan tidak ingin menyakiti hati ibunya itu. Sekarang kebohongannya malah membuatnya semakin pusing. Laginya siapa yang tau kalau pada akhirnya lontaran pertanyaan mengenai jodoh diucapkan langsung dari ibunya sendiri.
Jiwa Jihan meronta,  seketika ia mengingat pesan singkat yang pernah dikirim kelinci sialan itu beberapa hari lalu. Mengajaknya menikah!  Iya dengan gamblangnya kelinci itu mengajaknya menikah. Apakah ia harus menerima ajakan kelinci itu demi membahagiakan ibunya?  Ah entahlah,  kenapa ia mengingat kelinci bodoh itu.
Sedikit cerita soal masa kecil Jihan,  kenapa Jihan tidak tinggal dengan ibunya. Itu semua karena ketika usia Jihan memasuki empat tahun kedua orang tuanya memilih menjalani hidupnya masing-masing. Jihan ikut ayahnya sementara ibunya menikah lagi dengan prajurit angkatan udara. Namun sayang pernikahan ibunya tidak berlangsung lama. Ibunya menjanda setelah mendapat kabar bahwa ayah tirinya kecelakaan ketika mengoperasikan pesawat terbang. Dulu ia juga mempunyai adik tiri yang lucu,  tapi setelah isinya 13 tahun ia juga meninggal menyusul ayahnya karena gagal ginjal yang dideritanya. Hal itu membuat Jihan semakin menaruh simpati pada ibunya. Tapi selang beberapa tahun kemudian,  ayah kandung Jihan juga meninggal dunia. Membuatnya merasa sangat kehilangan sosok yang selalu menemaninya itu. Maka dari itu Jihan begitu menyayangi ibunya. Karena hanya ibunya yang dimilikinya sebagai keluarga.
..
Jihan berjalan kearah kantin lalu tak sengaja menabrak seorang lelaki pucat yang pucatnya melebihi mayat. Tapi sangat tampan dan manis.
" Aih.. Jihan pelankan sedikit jalanmu"
" Maaf Pak saya tidak sengaja. " jawab Jihan pelan
" Seperti apa saja kau ini,  aku ini temanmu kenapa harus seformal itu " Ia menjawab dengan tersenyum kearah Jihan
" Ini kantor ,  nanti orang salah paham. Disangkanya kamu istimewain aku lagi karena kita sahabat. "
" Halah,  peduli apa sama ucapan orang"
Pusaka Wira,  sahabat jaman kuliah Jihan. Dia adalah senior yang amat disayangi Jihan. Pusaka banyak sekali membantu dalam berbagai hal. Ia sangat nyaman ada disamping Pusaka. Dan yang pasti Pusaka adalah kakak kandung dari Tama. Dengan Pusaka ia merasa dilindungi dan diperhatikan tapi tidak dengan Tama yang amat menyebalkan. Mungkin karena Pusaka orang yang lebih dewasa dan laginya usianya diatas Jihan. Beda dengan Tama yang masih anak kemarin sore baginya.
.....
Ini sudah akhir minggu tapi Jihan belum juga mendapatkan tambatan hatinya. Sepertinya pihak keberuntungan sedang pergi dari Jihan. Benar kata orang semakin tua usia makan peluang mendapatkan jodoh semakin berat.  Itulah yang sedang melanda Jihan sekarang. Ia sebenarnya ingin membahagiakan ibunya, ingin sekali memperkenalkan calon suaminya dengan bangga didepan ibunya. Tapi ia belum mempunyai sosok seperti itu. Apakah benar kata cibiran kalau ia akan jadi perawan tua? Lalu ide gila muncul di otak pintarnya Jihan,  ia mengirim pesan singkat kepada kelinci sialan itu.
To : Kelinci Bodoh
Temui aku jam 9 malam di Kedai depan kantor.
Pesan singkat itu berhasil dikirimkan Jihan kepada Tama,  semoga saja hak buruk tidak terjadi padanya saat ini. Sungguh otak Jihan sudah berhenti bekerja sepertinya.
From : Kelinci Bodoh
As u wish ka
Sebenarnya Jihan sedikit jijik mendapatkan balasan pesan seperti itu dari Tama. Tapi sepertinya ia harus membuang urat malunya kali ini.
....
Tama datang sejam setelah perjanjian pertemuan mereka. Sementara Jihan sedang menyiapkan hatinya untuk bertemu sosok yang menghantuinya selama bertahun ini. Memang sudah gila ide Jihan kali ini. Ia langsung to the point mengutarakan niatnya membawa Tama pulang menemui ibunya. Terlihat gurat kekhawatiran dari wajah Jihan. Juga lelah yang pasti,  tapi lelaki didepannya tidak pernah lelah menatap wajah cantik itu. Ia terus memandanginya. Sambil menyodorkan segelas bandrek susu yang dipesannya tadi.
" Lelah aja kakak cantik,  apalagi senyum pasti tambah cantik" ucapnya tanpa dosa
Membuat pipi Jihan mengeluarkan semburat merah merona. Padahal ia tidak mengenakan blush on. Jihan sudah sering mendengar rayuan gombal Tama. Bahkan lebih nakal dari ini ia sudah sering,  tapi entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Ada yang lain. Apakah Tama sudah memasukkan pelet didalam bandrek yang diberikannya?  Entahlah.. Sungguh aneh. Tapi mungkin Dewi Cinta berpihak pada Tama malam ini.
Setelah perbincangan tersebut,  Jihan pulang kerumahnya dan mempersiapkan segalanya untuk bertemu ibunya. Termasuk hatinya.
...
Perjalanan dari rumah Jihan ke rumah Ibunya tidak terlalu memakan waktu yang cukup lama sebenarnya, tapi kemacetan yang melanda daerah rawan dibeberapa titik membuat perjalanan terasa lama. Jihan sudah gelisah ingin cepat sampai dirumah ibunya,  ia sudah muak melihat pria kelinci disampingnya yang sedang menyetir itu tidak hentinya terus merayu Jihan.
" Ka.. Aku suka kalau kita berdua gini. Lebih romantis,  ya meskipun cuma didalam mobil tapi aku suka. " ucap Tama gamblang.
Baru saja ia menggombal beberapa menit yang lalu,  ini dengan gamblangnya sudah mengeluarkan kata - kata lagi. Astaga seberapa tahan telinga Jihan menanggapinya sepertinya hanya Jihan yang tau.
Tama melajukan kembali mobilnya memasuki jalan tol,  Jihan sedikit lega akhirnya ia bisa melanjutkan perjalanan mulus tanpa hambatan lagi.
Sekitar lima jam mereka diperjalanan,  Tama memarkirkan mobilnya didepan halaman rumah bergaya klasik berwarna cokelat itu. Disana sudah ada perempuan cantik sekitar 50 an isinya sudah duduk dan tersenyum melihat kedatangan Jihan
" Pasti lelah kan Ji.. Ayo masuk. " ucapnya begitu ramah.
Jika dilihat dari dekat kita akan tau darimana Jihan mewarisi wajah cantiknya itu. Pasti dari perempuan yang bergelar ibunya,  hanya saja Jihan tidak mempunyai lesung pipi seperti ibunya. Jika punya pasti sangat manis dan itu membuat Tama makin membucin Jihan.
" Kamu pasti Tama kan? " tanya Ibu Jihan pada Tama
" I - ya tante. " jawab Tama yang sedikit gugup
" Ya ampun,  kamu sangat tampan. Imut mirip kelinci " ucap Ibu Jihan sambil tertawa.
Tama dan Ibu Jihan menghabiskan waktu dengan cerita berbagai hal,  termasuk masa kecil Jihan. Dan apa saja yang menjadi makanan kesukaan Jihan . Sementara Jihan tidak mau ambil andil dalam perbincangan mereka,  ia memilih naik ke balkon untuk melihat pemandangan malam daerah perbukitan yang cantik. Sudah sebulan ia tidak pulang kerumah ibunya,  banyak villa yang dibangun didekatnya. Sepertinya kemajuan ekonomi didaerahnya semakin pesat.
Mata Jihan terus memandangi lampu - lampu rumah yang bersinar,  tampak cantik jika dilihat dari atas. Sebuah keberuntungan lokasi rumah Ibunya berada di bukit yang paling atas. Ia bisa ouas memandangi kecantikan lampu itu dari sana.
Tiba-tiba tangan kekar melingkar diperut Jihan dari arah belakang,  menyelusupkan wajahnya diperpotongan leher jenjangnya dan sesekali ada kecupan ringan disana. Membuat Jihan sedikit tersentak dan merinding.
" Ta- tam.. Apa yang kamu lakuin? " ucap Jihan yang sadar kalau Tamalah yang memeluknya.
" Memeluk kakak,  apalagi.! " Jawabnya yang semakin mengeratkan pelukkaannya.
Jihan membalikkan badannya menghadap Tama,  binar manik mereka saling bertemu. Sementara lengan kekar Tama masih saja betah dipinggang Jihan. Perlahan Jihan memajukan tubuhnya kearah Tama menghempaskan jarak diantara mereka. Kini Tama lah yang menjadi terbelalak. Bukankah gadis didepannya ini tidak menyukainya,  sangat membencinya? Tapi malam ini ia berbeda tidak seperti yang Tama kenal.
" Terimakasih Tam sudah mengembalikan senyum ibuku lagi,  ini pertama kalinya aku melihatnya tertawa lepas bersama seseorang. "
Jihan mengeluarkan kalimat yang membuat Tama semakin mempererat pelukkannya.
" No problem kak,  aku Cinta kakak sekarang,  besok atau selamanya. "
" Terimakasih. " Jihan gantian membalas pelukkan itu tak kalah eratnya.
" Kak..?!"
" Hm..? "
" Ayo kita pacaran sungguhan,  aku janji bakalan bahagiain kakak. Aku bakaln buat kakak bahagia selamanya. " Tama mengurangi jarak mereka dan menatap Jihan
" Entahlah Tam,  aku gak tau sama perasaan aku. Aku bingung. "
" Kalo gitu ayo belajar mencintaiku kak. "
" Memangnya bisa.? "
" Bisa,  nanti aku ajarin. "
" Yaudah " Setelah menjawab singkat Jihan kembali memeluk Tama
" Jadi sekarang kaka pacar aku ya? " ucao Tama membalas pelukkan Jihan
" Iya"
" Kalo gitu besok traktir aku banana milk ya kak, perayaan jadiannya kita. "
" Kog aku,  kan kamu yang cowoknya. Laginya beli kog banana milk mulu. Gak bosen apa? Kapan gedenya si kamu" Jawab Jihan sambil memukul lengan Tama sayang
" Aku udah gede kak,  aku suka banana milk itu kayak suka ke kakak. Suka kali banyak sekali tak terganti.. " jawabnya dengan nada polos yang mengundang kegemasan dari Jihan.
Memang Tama sudah besar apalagi jika dilihat fisiknya yang tegap dan sempurna itu. Sangat mempesona,  tapi ia juga masih mempunyai sifat bayi nya. Misalnya saja perihal banana milk,  entah kenapa ia begitu mencintai minuman susu rasa pisang itu. Katanya susu rasa pisang itu sama manisnya dengan Jihan.
...
Setiap hari dijalani dengan kegembiraan bagi Tama. Bagaimana tidak,  Jihan mampu membuat dunia serasa ada di genggamannya. Bagi Tama, Jihan adalah segalanya di dunianya dan masa depannya. Mencintai Jihan adalah anugerah terindah yang pernah ia dapatkan selama ini. Dulunya hanya bisa membayangkan Jihan dipeluknya,  sekarang Jihan sudah nyata ada dipelukkannya.
Kebahagian yang Tama ciptakan untuk Jihan bukan tanpa hambatan. Lihatlah mata kecil di ujung sana yang terus memandang ke arah Jihan yang sedang melihat suasana pagi dari atas gedung .
" Kopi..? " Pusaka menyodorkan kopi yang dipesannya tadi kepada Jihan.
" Terimakasih "
" Kau sibuk?" ucapnya lalu memandang  ke depan.
" Tidak. "
" Kalau begitu keruanganku ketika jam makan siang. " Setelah berkata seperti itu Pusaka bergi begitu saja meninggalkan Jihan.
...
Siang ini Jihan telah menyelesaikan pekerjaannya lebih awal. Ia ingat jika Pusaka memintanya untuk datang ke ruangannya.
Tok.. Tok..
" masuklah"
" Anda memanggil saya pak? " ucap Jihan yang langsung menutup pintu ruangan.
Jihan memandang ke sekitar,  tumben sekali Pusaka menutup semua horden jendelanya disiang bolong seperti ini. Bukan hanya lapisan pertama saja yang menutupi jendelanya. Tapi lapisan keduanya juga. Sangat rapat tanpa celah sedikitpun. Jika begini lalatpun akan sulit masuk keruangan kucing kutub ini..
" Duduklah" Pusaka meminta Jihan untuk duduk dikursi depan meja kerjanya. Sementara ia terus mengerjakan file didepan laptopnya.
" ... Kau berpacaran dengan Tama? " lanjutnya yang masih tetap mengecek beberapa berkas didepannya.
" I-iya. "
" Sejak kapan? "
" Sebulan yang lalu"
" Kau mencintainya? "
" Entahlah aku bingung dengan rasaku,  tapi aku sangat nyaman berada didekatnya. "
" Ck. Bagaimana kau bisa berpacaran tanpa mencintai.? "
Jihan hanya menunduk , ia tidak tau harus menjawab apa. Tapi ia mencoba jujur dengan perasaannya. Ya memang itu yang ia rasakan. Lalu apa salahnya jujur dengan sahabat sendiri.
" Apakah aku boleh berengsek Ji.. " ucap Pusaka lalu menghentikan kegiatannya. Menatap manik Jihan didepannya.
" Huh?  maksudnya? "
" Kemarilah. " Pusaka memainkan jari telunjuk kanannya,  mengisyaratkan agar Jihan mendekat padanya. Lebih tepatnya berada disampingnya
Jihan mulai berjalan kearah dimana ia diminta, Pusaka sedikit memundurkan kursi kebesarannya.
Grep..
Tangan Pusaka menarik lengan Jihan,  yang membuatnya jatuh dipangkuan Pusaka dengan jarak wajah hanya 5 senti saja.
" Pu- pus.. Apa yang kau lakukan? "
" Aku mencintaimu Ji,  bahkan sebelum anak nakal itu mencintaimu. " bisiknya seduktif ditelinga Jihan. Membuat Jihan diam terpaku,  bahkan tangan Pusaka mengelus pipi Jihan sayang.
" Ta- tapi. "
" Usssstt.. Diamlah,  kau juga menyukaiku bukan? " Pusaka mengelus dagu hingga ke leher Jihan sensual. Membuatnya meremang menahan gejolak didalam dirinya. Sementara Jihan hanya menjawab dengan anggukkan.
" Aku sudah duga kau menyukaiku juga. "
" Tapi ba.. "
Ucapan Jihan terpotong karena bibir Pusaka langsung mengecup singkat bibir kenyal Jihan.
" Bagaimana jika Tama tau soal kita?  Tenanglah,  lakukan ini secara baik. Maka kau tidak akan ketahuan" ucap Tama yang terus memandang Jihan.
" Pu- pus ini kantor "
" Yang bilang ini kuburan siapa Ji. " kekeh Pusaka pelan. " ... Aih,  kau makan apa sih Ji,  pahaku kebas memangkumu. Kau berat sekali ternyata"
Ya ampun mulut Pusaka,  setelah melakukan hal itu pada Jihan dia sendiri yang mengeluh atas perbuatannya sendiri. Dasar kucing gila.
" Suruh siapa kau menarikku,  kau yang berbuat kau juga yang mengeluh. Kucing sialan " ucap Jihan lalu pergi meninggalkan Pusaka disana,  Jantungnya sudah tidak normal siang ini. Sepertinya Jihan benar-benar gila. Ia memang gila mengencani dua pria sekaligus dan lebih parahnya mereka kakak beradik.
.....
Malam dingin,  Jihan baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Tepat pukul 23.05 Jihan keluar dari kantor. Jalanan sangat sepi. Ia memesan taxi,  padahal tadi Tama sempat menawarkan untuk menjemputnya tapi ditolak Jihan. Ia tau Tama pasti lelah karena kerja lapangannya hari ini. Ia juga ditawari Pusaka untuk dijemput,  namun Jihan menolak. Pusaka sudah terlalu sering ia repotkan. Biarlah sesekali ia ingin pulang dan pergi kerja sendiri.
Ia melirik jam tangannya,  sangat malam. Lalu tiba - tiba taxi itu berhenti.
" Kenapa pak? " tanya Jihan yang sedkit ketir.
" Anu mba,  mesinnya lose deh kayaknya " jawab pak supir
Jihan yang sama sekali tidak menaruh curiga langsung saja ikut keluar melihat keadaan mesin. Sekitar 15 menit ia mematung dijalanan sepi,  sementara sang bapak masih sibuk memperbaiki mesinnya. Lalu dari arah kejauhan nampak sebuah mobil sedan melaju kearah mereka. Mobil itu berhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAGNUM OPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang