"Kau kenapa sih, Won?" Seungcheol heran.
"Mengapa kau akhir-akhir ini mengejar laki-laki?" Joshua memicingkan matanya.
"Kalian juga kenapa sih? Suka-suka ku lah." Wonwoo dengan santainya mengunyah makanannya.
"Lagipula.. apa-apaan dia. Baru masuk sudah angkuh." Kata Wonwoo.
"Won? Kau sehat?" Hoshi mengecek dahi Wonwoo.
"Dia lebih dulu masuk perkuliahan ini sebelum dirimu." Joshua menjelaskan.
"Dia memang satu tahun lebih muda darimu, tapi dalam masalah kuliah, dia satu tahun diatasmu." Seungcheol menambahkan.
"Oh. Begitu, ya."
Wonwoo masih terdiam memandangi laki-laki emo berkulit tan itu dari jauh.
"Kudengar, tinggal di asrama sejak awal kuliah. Dan tidak memiliki teman sekamar." Ucap Jun membuka perbincangan.
"Dulu sempat beberapa kali ada, tapi mereka tidak mampu sampai tiga hari." Jeonghan meluruskan.
"Mereka bilang kalau kamarnya horror." Seungcheol menambahkan.
"Ya. Dan lagi mereka bilang kalau mereka bahkan tidak pernah diajak bicara. Tapi anehnya, mereka tidak bisa tidur." Hoshi menyahut.
"Kau masih belum tahu kalau dia Kim Mingyu?" Jun menepuk bahu Wonwoo.
"Eh? Kim Mingyu? Siapa dia?"
"Ah. Dasar bodoh." Jun menepuk jidatnya sendiri.
"Laki-laki yang selama ini kau kejar itu Kim Mingyu, Jeon Wonwoo." Jun memberitahu Wonwoo sedangkan yang lain meneguk minumnya masing-masing.
"Mengapa kalian tidak bilang?" Wonwoo ketus.
"KAU SENDIRI BILANG MAU TANYA SENDIRI!" Woozi ngegas.
"Ah. Iya. Betul juga." Wonwoo memangku dagunya. "Eh. Tapi, terima kasih. Sekarang aku tahu apa yang akan aku lakukan." Wonwoo beranjak dari bangku dan pergi meninggalkan mereka semua.
Mingyu membuka pintu kamarnya. Dari depan pintu, ia disuguhi pemandangan rak sepatu yang tidak familiar.
Ia tidak peduli, jadi hanya kembali mengunci pintu kamarnya.
Kekesalannya memuncak ketika ia melihat seorang laki-laki tiduran di kasur yang ada di seberang kasur Mingyu.
Meskipun begitu, Mingyu hanya melepas tasnya dan ia rapikan di meja belajarnya.
"Halo?" Wonwoo mencoba mendapatkan jawaban.
Laki-laki berkulit tan itu langsung pergi mandi tanpa menatapnya.
Hingga ia kembali dari kamar mandi, Wonwoo tidak mendapat sapaan.
"Kim Mingyu-ssi? Yang benar saja. Kau tidak ada niatan untuk menyambut teman sekamarmu yang baru?" Wonwoo menghadap pada Mingyu dan menarik selimutnya.
Mingyu mengambil headphonenya dan duduk di area jendela. Ia memasang headphone dan menatap ke luar jendela.
"Baiklah. Selamat Malam, Kim Mingyu-ssi."
'Tidak. Tidak.'
'Tolong jangan ganggu dia.'
'Dia juga tidak punya salah padamu.'
'Jangan..'
Mingyu meremat sisi kepalanya sambil menutup mata. Ia berkeringat.
Wonwoo sedikit terbangun, ia tidak beranjak tapi hanya sedikit membuka mata. Ia melihat Mingyu yang duduk di atas kasur dengan kaki ditekuk.
Tubuhnya terlihat sedikit bergetar.
Tapi, Wonwoo kembali tidur karena nyawanya belum terkumpul 100% untuk memikirkan apa yang terjadi.
"Jadi kau sekarang sekamar dengan Kim Mingyu itu?" Tanya Hoshi sambil mengunyah makanannya.
"Telan dulu makananmu, Hosh." Wonwoo menepuk jidat Hoshi.
"Tapi, benar. Sekarang aku sekamar dengannya." Wonwoo mengiyakan pertanyaan Hoshi.
"Kenapa kau mau sekamar dengannya?" Woozi juga jadi penasaran.
"Entahlah. Aku hanya ingin tahu seperti apa orangnya. Dia benar-benar orang yang tidak peduli segala hal. Tapi entahlah. Aku baru seminggu sekamar dengannya."
"SEMINGGU?!" Woozi dan Hoshi kompakan.
"Apa yang salah?"
"Tidak ada, sih." Hoshi menggelengkan kepala.
"Tapi, itu lebih lama daripada mantan teman sekamarnya terdahulu." Woozi menambahkan.
"Apa kamarnya horror seperti yang dibilang orang-orang?" Tanya Hoshi.
"Tidak." Wonwoo meneguk minumannya.
"Apa dia pendiam?" Gantian Woozi.
"Sangat."
"Apa dia gila?" Pertanyaan Hoshi berhasil Wonwoo memicingkan matanya.
"Gila? Gila darimananya coba. Gila belajar? Iya. Gila membaca? Iya. Gila kebersihan? Iya. Yang mana?"
"Entahlah. Mungkin secara mental atau kepribadian? Aku tidak yakin juga sih. Soalnya dia pernah menggantikan Bu Jaekyung mengajar, dan tidak ada masalah. Iya sih dia tampangnya sangat dingin dan tidak pernah senyum. Tapi cara mengajarnya menarik. Aku hanya tidak tahu seperti apa dirinya di dalam asrama."
Mendengar penjelasan Woozi, Wonwoo terdiam.
Seketika ia mengingat kejadian malam pertama ia berada sekamar dengan Mingyu.
Ia merasa aneh dengan Mingyu yang tubuhnya bergetar. Mingyu tidak tampak baik-baik saja.
"JANGAN!"
Mingyu terbangun tiba-tiba dengan nafas yang tidak teratur.
Wonwoo yang masih terjaga karena mengerjakan tugas pun menghadapkan kursi belajarnya pada Mingyu.
Mata Mingyu memerah.
Ia seperti menahan air mata.
"Mingyu. Kau memimpikan sesuatu?" Tanya Wonwoo menghentikan pekerjaannya sementara.
"Ku- kumohon. Tinggalkan aku."
"Apa maksudmu?"
"Kumohon, Jeon. Bisakah kau keluar kamar untuk beberapa saat?"
"Mengapa tidak kau saja yang keluar?"
"KARENA KAU MENGAMBIL TEMPATKU!"
Wonwoo terpaku karena bentakan itu.
Mingyu menggigit bibir bagian bawah dan tatapannya menyendu.
"A-aku.. Aku.."
"Baiklah. Ini nomorku. Hubungi aku jika sudah selesai." Wonwoo beranjak lalu meletakkan kertas berisi nomor telponnya di kasur Mingyu lalu duduk di depan kamar setelah mengunci pintu.
Wonwoo mendengar suara isakan tangis dari dalam.Ia menghembuskan nafas dengan berat.
Wonwoo masih tidak paham mengenai Mingyu.
"Menggigit bibirnya? Ah.. Itu menggoda." Celetuk Wonwoo.
Beberapa detik kemudian, Wonwoo memijat pelipisnya.
"Aish.. Apa sih yang aku pikirkan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
⏸️The Boy || MEANIE (WONGYU) | IDN ver.
ParanormalWonwoo bersinggungan bahu dengan seorang laki-laki. Tanpa ada maaf, laki-laki itu meninggalkannya. "Tatapannya mengintimidasi."-Jeon Wonwoo Wonwoo hanya tidak tahu jika laki-laki itu mampu melihat "segala" hal. Cerita ini dapat mengandung: - Wonwoox...