DI RUMAH HERMANUS
"Maaa...." Teriak Hermanus dari kamar nya, memanggil mama nya yang sedang masak. "Apaa?" Jawab Mama nya. "Ma, aku coba daftar SMA negri boleh gak? Nunggu sampai hasil UN nya keluar." tanya Hermanus. "Boleh, tapi cuman boleh masuk SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 7." Hermanus setuju dengan keputusan dari mama nya.
Hari-hari pengunguman kelulusan mulai dekat.
Mama, "Her, kamu gak daftar sekolah swasta? buat jaga-jaga aja."
Hermanus langsung menjawab, "Gak usah Ma, sayang uang nya kalau aku keterima di negri, mahal soalnya."
Mama, "Tapi kalau kamu gak masuk sayang loh, bisa ga dapat sekolah, udah gapapa daftar aja."
"Aku bingung mau daftar swasta dimana, di rumah nenek boleh gak?" tanya Hermanus.
"Jangan jauh banget, nanti juga repotin nenek. Kamu mama daftarin di sekolah nya Aksa aja ya?" usul Mama ya.
"Di SMA Oligarki Budi? Bukannya itu sekolah mahal ma?" Tanya Hermanus kepada mama nya.
"Gapapa, masuk aja banyak yang bilang itu sekolah bagus." balas sang Mama.
Hermanus mengiyakan ucapan Mama nya. karena dia juga satu sekolah dengan teman dekat nya yaitu Aksa. Hermanus mengikuti test masuk ke SMA Oligarki Budi sesuai dengan usulan Mama nya.
HERMANUS MENELPON AKSA
"Sa, besok test jam berapa?" Tanya Hermanus lewat telepon genggam nya.
"Jam 8 Her, mau pergi bareng gak? Besok bareng gw jam 7." Tanya Aksa.
"Oke oke." Jawab Hermanus
Mereka akhirnya pergi bersama di antar oleh Mas Zaidan supir pribadi Aksa ke SMA Oligarki Budi. Hermanus memang sudah dekat dengan Aksa dari ia kelas 5 SD. Dulu saat SD mereka sering pergi ke sekolah bersama. Karena jarak rumah nya yang memang tidak jauh. Sudah menjadi kebiasan mereka untuk pergi bersama.
KEESOKAN HARI
"Kok lu jadi daftar swasta? Gak jadi daftar ke SMAN 1?" Tanya Aksa
"Di suruh emak daftar swasta, kata nya takut gak masuk negri. Padahal sayang kalau daftar swasta." Jawab Hermanus
"Ahh bilang aja gak bisa jauh dari gw, takut gak dapet temen kan lu?" Ejek Aksa ke Hermanus sambil menyenggol tangan nya.
"Kebalik kali, lu yang takut gak bisa dapet contekan dari gw. Seneng kan gw daftar satu sekolah lagi sama lu." Jawab Hermanus
"Ehh kok gw yang kena, kagak-kagak lagi gw nyontek. Dosa udah numpuk" Elak Aksa
"Ah bisa ae pentolan pensil" Ejek Hermanus
"Ah bisa aja kutil gajah" Ejek Aksa balik ke Hermanus
Saat mereka sedang asik bercanda. Candaan mereka berhenti karena di panggil masuk ke ruang kelas untuk mengikuti test. Hermanus dan Aksa memilih jurusan yang berbeda. Hermanus memilih jurusan IPS dan Aksa memilih jurusan IPA.
Hermanus terkenal akan kepintarannya dan keahliannya dalam olahraga basketnya. Saat di SMP ia pernah mengikuti Olimpiade Matematika tingkat Provinsi. Dan menjadi bintang basket di sekolah nya. Karena ia selalu membawa pulang piala bersama tim nya.
SAAT TEST
"Ini yang nama nya Hermanus? Sayang banget yah dia masuk IPS. Padahal dia punya sertifikat Olmpiade Matematika tingkat Provinsi. Bisa langsung keterima dan dapat beasiswa di sekolah ini" Ucap seorang guru yang mengawasi ruangan Hermanus.
Hermanus sudah biasa mendengar hal seperti itu. Guru-guru nya saat SMP sudah sering menanyakan hal tersebut ke Hermanus. Mereka terheran dengan pilihan Hermanus untuk memilih jurusan IPS.
Hermanus mengerjakan test hingga selesai. Walaupun ada cibiran-cibiran yang terdengar. Ia berusaha fokus untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
BEL BERBUNYI
Bel berbunyi tanda test sudah selesai. Semua murid keluar kelas dari ruang test.
"Braay, tunggu dulu kali asal kabur aja." Panggil Aksa sambil berlari ke arah Hermanus yang menuju ke arah kantin
Hermanus menengok ke arah Aksa dengan diam seribu bahasa.........
"Ehh, kenapa? Diem banget baru test. Susah? Masa iya seorang Hermanus kesusahan ngerjain test." Tanya Aksa dengan sedikit ejekan
"Ngak papa, test aman kok. Tapi ada 1 hal yang gw bingung dari dulu.." Hermanus diam seketika
"Bingung kenapa? Baru ngomong bentar udah diem lagi." Tanya Aksa bingung
"Ohhhhh bau-bau nya gw tau nih, bingung lagi? Gak mau masuk swasta? Atau ketemu cewek cakep?? Mauuuu dong kasih tunjuk." Ejek Aksa kembali
"Yeh, cius ini bukan cewek lah." Hermanus bingung bagaimana menyampaikan nya
"Nih ya Her, lu mau masuk IPS atau IPA tuh sama aja. Ya.. emang otak lu bisa banget kalau di IPA. Tapi kalau lu mau nya IPS apa salah nya. Udah biarin aja tuh omongan-omingan nyebelin. Tegak dikit dong badannya lesu amet" Jawab Aksa sambil menarik tubuh Hermanus agar berdiri tegak
Hermanus tersenyum dengan jawaban Aksa. Karena Aksa sudah kenal dengan Hermanus selama 6 tahun ia tau gerak-gerik kegelisahan yang di alami Hermnaus. Sering sekali Aksa langsung menjawab tanpa perlu di tanyakan oleh Hermanus.
"Sa, apa yang lu pikirikan tentang IPS? sebagai anak yang mau masuk IPA." Tanya Hermanus
"IPS yaa......, IPS itu Ilmu tentang...." Tiba-tiba suara kentut berbunyi dan bau mulai tercium
"Duhhhh, muless ke toilet dulu ya nanti gw jawab sure daah." Aksa langsung berlari ke arah toilet
Hermanus menunggu sendiri di kantin. Hermanus membuka hp nya dan mencari kata IPS di g**gl*.
Ia langsung mengetik kembali. IPA VS IPS dan memencet sebuah artikel yang menarik perhatian dan ada sebuah gambar yang muncul di artikel tersebut.
"Gak intelektual, berfikiran rendah." Kata tersebut keluar dari ucapan Hermanus yang melihat gambar di atas.
"Her, HEr, HER, HERR, OI dari tadi di panggil gak nyaut-nyaut ayuk pulang Mas Zaidan udah nungguin
KAMU SEDANG MEMBACA
001%
Teen FictionPernahkah kalian merasakan kengkangan dari sekolah? Peraturan yang aneh dan mambuat kalian muak. Sekolah tempat kita menuntut ilmu bukan mengengkang. Sebagian cerita hidup sekolah akan di angkat di buku ini. Melalui kehidupan sekolah yang di jalani...