Seorang gadis berjalan menyusuri setiap koridor sekolah menuju kelasnya. Di sepanjang jalan, dia sama sekali tidak memperhatikan sekitarnya. Dia hanya terfokus pada ponselnya sambil mendengarkan musik melalui earphone.
Gadis yang bernama Anastasya Rezky itu sibuk membaca setiap komentar para netizen di salah satu foto kocak yang didapatnya. Dia terus saja tertawa membacanya. Tak diherankan lagi, setiap orang yang dilewatinya menatapnya aneh. Tapi, dia sungguh tidak memperdulikannya.
Sesampainya di kelas, gadis itu langsung menggantungkan tasnya di samping meja dan duduk di bangkunya. Masih tak lepas dari ponselnya dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya. Tiba-tiba seseorang murid cewek datang menarik earphonenya. Ana melihat cewek itu dengan satu alis yang dinaikkan.
"Lo tuh ya, kebiasaan gitu mulu! Kalo orang manggil tuh nyahut! Keseringan pake earphone jadi budek lo!" geram murid perempuan yang bernama Agatha Berlin itu.
Masih dengan wajah bingungnya, Ana berkata. "Apa?"
Agatha semakin geram melihat Ana. "Lo tuh beneran budek atau gimana sih?"
Rasanya Agatha ingin mencekik Ana saat itu juga, jika saja dia tidak mengingat bahwa gadis itu adalah sahabatnya. Sementara Ana hanya menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal sambil terkekeh.
"Kesel gue sama lo!" Agatha langsung pergi meninggalkan kelas.
Ana menatap murid yang sedang membaca buku novel di sebelahnya. "Dia kenapa?"
Tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku novel, dia menjawab. "Lagi pms kali."
Ana hanya membulatkan mulutnya dan kembali memperhatikan ponselnya. Dia kembali membaca komentar para netizen tersebut. Para netizen tak ada bosannya untuk mengomentari apapun.
"Anastasya Rezky! Lo tuh beneran ngeselin, ya!" teriak Agatha di ambang pintu. Suasana kelas yang awalnya ramai, seketika itu juga langsung hening. Semua mata memandang Agatha dan Ana secara bergantian.
Ana hanya menatap Agatha dengan bingung. Dia sama sekali tidak tahu penyebab Agatha kesal padanya. "Kenapa sih, Agatha?"
Agatha berjalan ke tempat Ana dan langsung memukul-mukul lengan Ana. "Lo ngeselin, ngeselin, ngeselin!"
Ana mencoba menghindari pukulan Agatha, tetapi tidak bisa. Jadilah lengannya jadi sasaran amukan Agatha. Setelah puas memukul Ana, Agatha menghentikan aksi memukulnya.
Ana mengelus lengannya yang memerah akibat pukulan Agatha. "Apa sih?"
"Lo tuh ngeselin banget, masa dari tadi gue manggil lo sampai gue teriak-teriak kayak orang gila dan lo tetep nggak denger!" kesal Agatha.
Ana menghela napas pelan. "Ya, maaf. Makanya kalau orang lagi pakai earphone itu jangan dipanggil. Udah tau kalau gue lagi pakai headset volumenya pasti full. Eh, nggak deh dikurangi dikit paling. Emang ada apa?"
Agatha duduk di bangkunya yang berada di samping Ana. "Nggak jadi."
"Apa sih?"
"Ngantuk, gue mau tidur." Agatha menelungkupkan wajahnya di meja.
"Eh, udah bunyi bel belum?" tanya Ana.
Masih dengan posisi yang sama, Agatha menjawab. "Udah."
Ana hanya membulatkan mulutnya dan ikut menelungkupkan wajahnya di meja. Dia juga merasa mengantuk. Semalaman dia tidak bisa tidur, entah karena apa. Belum sampai di alam bawah sadar, seorang guru masuk. "Selamat pagi, anak-anak"
Ana dan Agatha mengangkat kepalanya. "Pagi, Bu."
Pelajaran akhirnya dimulai, walau Ana dan Agatha mengantuk. Mereka harus menahan kantuknya hingga jam pelajaran selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Would It Be
RomanceGadis belia yang masih duduk di bangku SMA sedang masa proses mencari jati diri, harus dihadapkan dengan perjodohan yang dilakukan oleh orangtuanya dan sialnya laki-laki yang dijodohkan dengannya adalah guru biologi yang super duper menyebalkan. Gad...