Ada sinar yang terus saja bergerak menembus sela-sela jari jemariku ketika aku menggerakkan telapak tanganku ke kanan dan ke kiri.
Sinar matahari.
Sinar yang banyak di ceritakan orang-orang di tempat tinggalku. Sejatinya sinar terang ini seharusnya terasa hangat ketika mengenai kulitmu dan kau akan merasakan sebuah energi baru mengaliri tubuhmu.Aku memejamkan mata dan membiarkan sinar itu seutuhnya mengenai wajahku yang pucat.
Namun, dingin. Tetap tidak terasa apa-apa. Aku hanya dapat melihat cahaya tapi tidak tahu apakah cahaya itu hangat atau dingin atau apapun itu rasa yang orang-orang katakan dan ceritakan dengan penuh kagum. Mereka hanya bisa bercerita saja, padahal aku yakin tiada satupun di antara kaum kami yang tahu apa rasanya sensasi yang dihasilkan dari cerita-cerita tersebut. Mengenai rasa hangat, rasa manis atau hal lainnya yang selalu kami ceritakan satu sama lain.Kami terjebak di dalam sini. Dunia dingin yang selalu basah dan beku.
Dalam lautan.
Aku melirik ke sekelilingku. Aku sendirian, duduk di atas bebatuan yang ujungnya menjorok ke arah cahaya namun bagian dasarnya tertanam entah kemana karena batu ini sangat besar hampir-hampir seperti gunung yang telah tenggelam ratusan juta tahun.
Aku memalingkan pandanganku ke bawah, melihat di antara kaki-kakiku yang pucat dan kecil seperti tentakel cumi-cumi.
Gelap di bawah sana, dan suasananya sangat hening disini. Aku hanya dapat mendengar samar-samar gemuruh suara paus-paus bungkuk yang tengah bermigrasi, entah dimana mereka saat ini, tak terlihat namun suaranya sampai ke telingaku.Aku kembali melihat kepada cahaya yang masih menyinariku sedaritadi walaupun sekarang sudah mulai temaram. Sepertinya waktu, hari atau apapun itu mulai bergerak hendak berganti rupa dan berlalu.
Aku melihat datar pada pemandangan biru di hadapanku yang tak tertembus tak terjangkau ujungnya.
Entah sudah berapa lama kami menjadi makhluk aneh seperti ini rasanya sudah lama sekali sampai-sampai dalam pikiranku hanya ada dunia ini satu-satunya dan tak ada dunia yang lain.Kami tahu kalau kami hidup dan tinggal di dalam lautan. Biru dan dingin.
Kami melihat banyak hal di dalam sini seperti sahabat-sahabat kami yang berbentuk licin dan bersirip yaitu ikan-ikan dan mamalia lainnya. Namun kami tak seperti mereka.Kami hidup.
Berenang-renang di dalam sini dengan kaki-kaki kecil kami. Dua pasang kaki. Kami memiliki jari jemari yang dapat dipakai untuk meraba wajah kami hingga kami bisa merasakan dua pasang mata, hidung yang kecil dan sempit serta mulut yang lembut dan mungil.
Awalnya aku pikir kami sama seperti sahabat-sahabat kami para ikan dan mamalia. Tapi kami memiliki bentuk kami sendiri dan begitupun mereka.
Kami putih dan pucat, dengan rambut panjang berwarna putih kelabu serta kedua bola mata yang memiliki pandangan tajam dengan jarak pandang tak terbatas keduanya berwarna putih kemerahan. Warna yang sangat membingungkan memang.Cahaya yang menyinariku perlahan-lahan pudar dan menghilang, sepertinya waktu mulai bergerak dan sebentar lagi akan gelap dibawah sini. Aku menghela nafas berat dan memandang ke atas, tepatnya pada permukaan di atas sana.
Aku beranjak dari tempatku duduk dan mulai berenang sekuat tenaga menuju ke permukaan. Berharap kali ini aku bisa menembus apapun itu yang menjadi penghalang di atas sana. Yang menjadi penghalang antara dunia kami dan dunia di atas sana.Aku yakin aku sudah berenang sekuat dan secepat mungkin tapi ketika mulai mendekati garis permukaan tiba-tiba saja aku terpental seperti menabrak sesuatu yang kenyal seperti karet.
Penghalang itu rupanya.Aku pelan-pelan kembali berenang menuju garis permukaan dan menyentuh penghalang seperti karet tersebut, kembali mencerna sebenarnya apa itu, kenapa ia menghalangi kami, kenapa kami tak dapat menembusnya sama sekali?
Aku menyentuh lapisan penghalang itu dan berusaha menjejal wajahku kesana. Ini adalah penghalang dunia bawah dengan dunia di atas sana.
Aku tak bisa melihat apa-apa selain pemandangan yang kabur dan berkabut. Selalu begitu.
Tapi aku percaya ada sesuatu di atas sana. Bagaimana kau menjelaskan cerita llana mengenai cahaya-cahaya hangat itu?
Atau cerita memphis tentang lagu-lagu riang yang ia yakin betul terdengar dari atas sana.Sudah benar-benar gelap sekarang. Sangat gelap dan dingin rasanya sangat mencekik, karena walaupun pandangan kami tajam gelapnya lautan akan melemahkan kami. Karena kami terikat dengannya dan kini laut ingin beristirahat dan terlelap.
Aku harus segera kembali kepada saudara-saudariku karena apabila aku tak kembali, pusaran-pusaran laut akan menelanku dan aku akan berakhir entah di bagian laut yang mana.
Sementara kaum kami harus terus bergerak untuk pindah dan memetakan lautan ini. Itu aturannya. Kalau aku tersesat maka aku akan ditinggalkan dan mungkin saja akan mati terpental kesana kemari karena arus yang kejam.Aku buru-buru berenang menjauh dari gunung tempat aku duduk tadi dan berusaha mencari-cari jalan pulang dengan harapan sangat tinggi tidak ada pusaran malam ini dan laut terlelap dengan tenang.
Ingatan dan pikiranku kabur karena panik yang menyerang tiba-tiba. Sampai-sampai aku melupakan kalau dari atas sana aku sempat mendengar sebuah buaian yang dinyanyikan sangat lirih dengan suara yang samar-samar.
Aku akan kembali lagi esok.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWIM IN YOU
Romancelangit-langit itu penuh bintang, penuh cahaya dan luas tak terbayangkan. Begitu yang aku dengar. Namun luas tak terbayangkan itu, aku melihatnya di dalam matamu. Matamu yang aneh dan tak biasa itu. memenjarakan aku. selamanya.