29

107 9 0
                                    

Bandara,2K20.
Orang orang terlihat berlalu lalang membawa tas yang bermacam ukuran. Bergandengan bersama saudara atau bergandengan dengan doi masing masing. Bandara adalah tempat yang setiap harinya penuh, tempat menunggu dan ditunggu, tempat bermula rindu dan melepas rindu.

Ada segerombolan orang disudut sana,membawa tas dan terlihat sibuk berbicara.

"Eh Jhon,Lo mau bawa bayi."tanya Ihsan bergurau.

"Gak ngerti gue."

" Hadeh,bawaan Lo itu banyak amat,emang mau bawa bayi?."jelas Ginting.

"Bukan gitu Gin, gua bawa barang segini banyaknya buat kita juga. Lo kagak tau kan kalau tiba tiba kita kehabisan makanan atau gua kehabisan baju buat jalan "

"Iya sih,tapi kira kira juga dong,kek kagak biasa aja ke negeri orang."tutur Ihsan.

Terdengar suara tepukan tangan beberapa kali dan semakin dekat.

"Siap siap,kita sebentar lagi berangkat."perintah pelatih.
"Barang kamu banyak amat Jhon, turnamen atau mau bikin rumah disana Jho?."

"Dua dua nya om."jawabnya sambil cengengesan.

"Aku tidak akan melihatmu meskipun aku sangat ingin bertemu. Jika pun kau bukan bersamaku,aku berharap akan bertemu orang yang sepertimu."ucap Ihsan dalam hati.

Hatinya sangat kacau,Ihsan belum siap jika sekiranya bertemu dan tidak ingin berpisah jika sekiranya mereka bukan satu. Dunia butuh keihklasan hati manusia. Dunia juga butuh orang yang baik untuk mengisi nya.

Kau tau apa yang lebih indah dari senyummu?yaitu bertemu. Seindah apapun senyummu akan percuma jika aku tidak bisa menemuimu.

Mereka memasuki pesawat dan mulai menduduki kursi yang telah ditentukan.Setelah mendengar arahan arahan dari petugas pesawat, Jhonathan dan Kevin menutup wajahnya dengan kain, tidur. Ginting membaca namun beberapa saat kemudian meletakkan buku ke wajahnya.

Ihsan melirik teman temannya. Semudah itu mereka terlelap.

"Hadeh, santuy Mulu."ujarnya.

                                 *****

"Ini libur,katanya ada turnamen bulu tangkis."ucap Rio.

"Ha a."jawab Nisa yang sedari tadi membaca buku.

"Cuma ha a?."

"Menurut kak Rio bagaimana lagi?."tanya Nisa kembali sembari menutup bukunya.

"Keluar,menonton turnamen."

"Tidak mau."tolak Nisa.

"Seorang yang spesial tidak boleh menolak,Kalau begitu aku cari pacar lain."ucap Rio,mendengar itu Nisa mengerutkan dahinya.

"Yakin tidak ingin,ada dua tiket disini."ucap Rio sembari mengeluarkan dua lembar tiket ditangannya.

Sontak Nisa bangkit dari duduk nya,"kuy."ucapnya singkat yang membuat Rio tertawa lepas. Jarang sekali Nisa memakai bahasa seperti itu.Terdengar lucu bagi Rio.

Mereka berdua meminta izin kepada Om nya karena mereka tinggal satu rumah dengan Om nya.

Jalanan raya terlihat ramai,sebagian masyarakat ada yang berjalan kaki hanya untuk mengelilingi kota atau juga sekedar berbelanja.

"Tumben sekali libur libur begini keluar. Biasanya,sehabis sholat subuh kak Rio melanjutkan tidur kembali."

"Itukan biasanya,yang ini luar biasanya."ujar Rio cengengesan namun Nisa hanya mengerutkan bibirnya.

Rio memarkirkan mobil merahnya di sebuah mini market disana. Dia pikir terlalu cepat untuk sampai kesana. Ia berinisiatif membeli makanan ringan di mini market. Menurutnya terlalu sibuk jika membeli makanan setelah sampai di gedung tempat nya turnamen.

                               *****

Kita tidak pernah paham tentang rasa yang kadang bisa kapan saja merajalela.
Kita butuh waktu disela sela banyaknya waktu. Dan aku sangat prihatin kepadamu. Bukan karena dirimu tapi kebodohan mu.
Mencintai seseorang adalah hal yang wajar, tapi tidak untuk dibodohi seseorang yang kau inginkan.
Berbuat lah sesuai dengan garisnya, jangan menyalah kan apalagi menilai orang dari telinga.
Kau bisa saja berusaha setia, tapi jika itu bukan ketetapan yang kuasa,kau bisa apa?.

Karena Allah(IMM)[SELESAI]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang