Timeline mundur ke masa <2 tahun pacaran, ya. Enjoy!
°
Daniel berjalan cepat mengejar Jihoon yang hampir masuk ke dalam mobilnya.
Tangan Jihoon yang baru menggapai handle pintu tertahan karena Daniel melakukan hal yang sama. Kedua mata bulatnya melebar ketika ia melihat yang lebih tua sudah berdiri di belakangnya, "Hyung, kenapa kau ke sini?"
"Aku akan pergi denganmu." sahut Daniel cepat. Terengah-engah dan penuh tekad.
Jihoon menggulirkan pandangannya dengan panik ke arah dimana Daniel datang, seakan memastikan tidak ada yang mengejar mereka, "Jangan, ibumu bisa lebih marah lagi."
"Aku tidak peduli dengannya. Aku harus pergi denganmu."
"Hyung."
"Cepat masuk, aku yang menyetir."
Jihoon tidak bisa membantah karena sedetik setelah menyelesaikan kalimatnya, Daniel mengambil kunci mobil di tangan Jihoon dan masuk ke kursi di belakang kemudi begitu saja.
+++
Entah kemana Daniel membawa mobilnya. Pada jarak tertentu, Jihoon tidak bisa mengenali jalan yang mereka lalui, sampai akhirnya mereka sampai di suatu daerah dan berhenti di depan toko yang menjual peralatan memancing.
"Dimana ini?" tanya Jihoon, terdengar lebih tenang dari seharusnya.
Demi ikan pari yang menjadi lambang keajaiban, Jihoon baru saja dihardik dan diusir dari kediaman keluarga Kang, oleh seseorang yang tidak lain adalah Nyonya Kang—ibu Daniel. Tapi ia sama sekali tidak terdengar khawatir.
Di antara semua orang di sekitar, sudah pasti ada orang yang tidak senang dengan hubungan mereka. Sayangnya, Nyonya Kang adalah orang itu. Dan sayangnya juga, ia adalah satu-satunya.
"Maafkan ibuku." kata Daniel setelah mengacak rambutnya dengan frustrasi.
Jihoon menunduk menatap jarinya yang bertaut di atas pangkuan. Ada plester yang membalut telunjuk dan ibu jarinya, hadiah dari dapur restoran kemarin siang.
"Tidak apa-apa." katanya halus setelah berpikir sesaat, "Aku paham."
Ia bahkan tersenyum, dan Daniel semakin sakit hati sekaligus marah dibuatnya. Ia marah pada dirinya sendiri karena tidak berhasil menyelamatkan Jihoon dari ucapan-ucapan buruk yang dilontarkan ibunya tadi.
Jihoon terkesiap kaget karena tiba-tiba Daniel membenturkan dahinya sendiri ke roda setir dengan cukup keras. Tidak sekali, ia melakukannya beberapa kali sampai Jihoon akhirnya panik dan berusaha menghentikannya.
Jihoon bahkan nekat duduk di pangkuan Daniel agar pria itu tidak mengulangi hal yang sama ketika ia lengah, "Hentikan, kepalamu bisa berdarah."
Daniel tidak menanggapi dan hanya menatapnya dengan alis bertaut frustrasi.
"Hyung, lihat. Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Apa kau lihat aku menangis?"
"Tapi kau pasti memikirkan semua perkataannya."
Jihoon menghembuskan napas keras dan memeluk kepala Daniel, membiarkan atmosfer tegang di antara mereka mereda lebih dulu. Ia memundurkan kepalanya sedikit untuk mengusapkan hidung mancungnya di dahi Daniel yang memerah.
"Aku bisa melakukan apa saja untuk mempertahankanmu. Walaupun harus mengikat ibuku." Daniel bergumam di dadanya, akhirnya mulai terdengar tenang.
Kepala Jihoon menggeleng tidak setuju beberapa kali, "Apa maksudmu? Jangan begitu. Aku tidak sepantas itu untuk dikejar sampai kau meninggalkan ibumu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Gestures [NielWink]
FanfictionDitulis kalau ada ide saja, jadi tidak ada tamatnya. [Alternate Universe] Drabbles and oneshots about sweet gestures in Kang Daniel and Park Jihoon relationship. So, well... it's mostly fluff. WARNING: 📍 Shounen-ai/Yaoi/Boys love 📍 Pairing: NielWi...