"Pak Dika, ini barang yang dipesan dari Jerman sudah sampai. Semuanya oke," ujar salah satu pegawai. Di pagi ini, tampak para pekerja sudah memenuhi pabrik ini. Lahan dengan lebar 60 hektar sudah menjadi ladang bagi Dika untuk berinovatif. Ilham Akbar Habibie, putra sulung dari Almarhum BJ Habibie, menfasilitasi pemuda Indonesia yang memiliki prestasi gemilang di bidang teknisi pesawat. Mengetahui Andika meraih Summa Cum Laude di jurusan Teknis Pesawat Universitas RWTH Aachen, Pak Ilham tanpa ragu mengirimkan surat undangan untuk menjadi Direktur Utama di perusahan yang melahirkan Pesawat R80, ciptaan Almarhum Pak Habibie.
"Oh iya Alhamdulillah, langsung aja di antar ke bagian belakang pesawat ya."
"Siap Pak." Tak lama handphone Dika berdering, nomer tak dikenal.
"Iya, halo. Dengan siapa?."
"Dengan mata keranjang yang kesusahan nyari sasaran di Bandara Nang Hadim," jawab yang menelpon cekikikan.
"Masya Allah Mad Mad, ente sekarang posisi dimana nih?," terkejut dengan Ahmad yang sedang berkunjung ke Batam.
"Nih masih di tempat parkir, lagi nyiapin peralatan untuk menyari mangsa." Tanpa menggubris ucapan teman lamanya, Dika langsung bergegas pergi kea rah tempat parkir.
"Assalamu'alaikum akhi.., kaifa haluk?," mereka berpelukkan menggugurkan kerinduan akan sahabat.
"Selalu optimis pastinya, seperti yang pernah ente bilang. Eh, tunggu ini siapa ya?," Dika mengernyitkan dahi, menebak-nebak siapa yang tengah berdiri disamping Ahmad. Perempuan yang dibaluti niqob hitam, menutupi seluruh aurat sucimya. Senyum Ahmad berkembang,
"Ini Kharisma, orang yang menjadi cintanya Ahmad pertama dan terakhir." Ahmad menggoda istrinya,
"Ihh Aa, jangan gitu dong," Kharisma tersipu malu.
Dulu Ahmad pernah jatuh hati dengan Kharisma walau nantinya mereka akan mengalami fase sulit, LDR (Long Distance Relation). Ahmad berangkat ke Mesir, melanjutkan pendidikannya. Sedangkan Kharisma baru saja menjejaki pendidikannya di kelas Akhir MA. Kharisma adalah teman dekat Ahmad semasa ia mengaji di TPA. Kini Ahmad telah menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Mesir, kedatangannya ke Batam ingin bertatap muka dengan sahabat lamanya. Dika kagum dengan komitmen mereka untuk saling menjaga perasaannya, kemudian memberi acungan jempol sebagai apresiasi.
"Eh gimana proyeknya? Lancar ga?," tanya Ahmad melirik betapa luas Bandara ini.
"All fines, sedang sibuk menyiapkan pesanan pesawat sebanyak 155 unit."
"Waw gila, 155 unit?," tanya Ahmad memastikan. Yang ditanya mengangguk, mulai berjalan menyisiri luasnya Bandara lalu disusul oleh dua orang di belakangnya.
"Mad, ane dulu pernah ga percaya lagi sama yang namanya takdir Tuhan. Melalui rentetan kejadian masa lalu, lengkap dengan kepedihannya," ujar Dika melanglang buana ke masa kelamnya.
"Dari mulai menjadi yatim sejak kecil, pacaran dengan Angel dan kepergian Mamah niggalin ane. Tapi ternyata Tuhan dengan setiap kejutan manisnya, udah nagnterin ane buat kembali percaya dengan yang namanya takdir. Bangga menjadi santri, bisa kuliah di Jerman dan yang paling mengesankan, meneruskan proyek Almarhum Pak Habibie."
"Ya begitulah kehidupan. Terkadang kita sibuk dengan kepedihan kita masing-masing, sampai lupa bahwa bahagia itu selalu datang tanpa diminta. Asalkan kita sadar, insya Allah kita akan selalu hidup bahagia di dunia dan di akhirat kelak," Ahmad menyambung pembicaraan seriusnya Dika.
"Eh tunggu, terus gimana noh si dia. Masih sendiri aja nih? Ntar kalo si Hubbah pergi kelamaan nugguin yang ga pasti gimana tuh?," Ahmad melanjutkannya dengan sindiran kejombloan yang masih Dika pegang. Yang disindir hanya tersenyum kecil.
"Ane masih ngejar cita-cita ini demi cinta ko, santai aja. Nggak mau dibutain lagi dengan cinta-cintaan yang selalu meruntuhkan cita-cita," ucap Dika dengan lega merespon sindiran Ahmad. Kharisma membentang senyum kecil di balik niqobnya.
Lalu aku ukir cita-citaku di atas langit
Dan juga di masa depan nanti bersamamu
Pada kesekian kali impianku selalu tumbuh bersamaan dengan cinta
Mereka beriringan saling melengkapi
Untuk kamu yang setia menanti
Aku janji kita pasti akan menjadi arti
Di hari peresmian yang tinggal beberapa hari selaras hitungan jari
Semoga kita selalu begini
Tak pernah bosan untuk memberi kasih
"Bentar lagi ko acara nikahannya, dateng ya," Dika menambahi seraya menunjukkan jari manisnya yang sudah dihiasi dengan cincin perak.
* * *
Sekian. Karena sebuah cita-cita, cinta akan selalu mendampingi. Salam candukata