Hope (44)

55.5K 2.8K 83
                                    

Maaf telat update, semalem malam minggu hihi

Jangan lupa vote dan komen.

***

Sang Don menyewa yatch untuk berlayar jarak dekat demi memenuhi janjinya kepadaku.

Kami akan berpisah dalam kurang dari dua hari.

Sementara ikatan di antara kami makin kuat, jarak yang membentang semakin terasa mengancam. Aku tahu, aku tak boleh banyak berharap. Sejak awal aku tahu kami harus berpisah, dan kembali ke kehidupan masing-masing. Dia akan mencariku jika kembali ke New York. Kalau saat itu aku tidak bersama seseorang, aku berjanji akan menemuinya. Semuanya terasa enteng diucapkan, tapi begitu berat kurasakan. Setiap malam sebelum tidur, tenggorokanku tercekat memikirkan hadirnya perpisahan. Mungkin hanya perasaanku saja, tapi permainan cinta kami menjadi semakin penuh perasaan, khidmat, dan romantis. Kadang aku merasa kami seperti sepasang kekasih, sekujur tubuhku seolah terus mendambanya, merindukannya, selalu ingin disentuh dan disayangnya. Sang Don pun tak malu mengakuinya. Semalam sebelum bercinta ia menelanjangi dan menciumiku, dan setelah setiap jengkalnya terendus dan tercium, ia menatapku dengan matanya yang redup, penuh kasih. Dengan lembut ia mengatakan bahwa ia melakukannya karena ingin menyimpanku dalam ingatannya.

Kurasa kami saling mencintai.

Namun, entahlah. Sang Don memiliki segalanya, dia bisa mendapatkan gadis manapun untuk menggantikanku. Hatiku tercabik setiap kali memikirkan kenyataan itu. Setelah semua ini berlalu, mungkin hanya aku yang akan terus 'tinggal' di sini, terjebak dan terbawa perasaan cinta yang tak bisa kumiliki.

"Jangan terlalu ke tepi, Mi amor," seru Sang Don mengagetkanku.

Aku berbalik, mengulas senyum lebar supaya ia tak bisa merasa gundah hatiku. Pria tampan itu berdiri di atas kokpit dengan botol bir di tangannya, sementara aku berada di flat foredeck untuk berjemur.

"Kemarilah," pintaku.

"Sebentar lagi, aku akan memastikan arahnya benar, supaya kita bisa kembali tepat waktu."

Kami hanya berlayar berlima, sebelum sore sudah kembali ke dermaga. Sang Don membawa Carlos, seorang koki, dan juru mudi. Mereka akan menjauhi kabin dan flat foredeck karena di situlah kami akan menghabiskan waktu berdua. Jelang siang ini kami mengenakan kemeja putih senada. Aku mengenakan bikini putih yang kubeli sore sebelumnya, sedangkan sang Don tampak santai mengenakan celana pendek selutut, dan kacamata hitam.

Sang Don turun dari kokpit dan menghampiriku.

"Hai, Seksi," bisiknya.

Lengannya yang besar, panjang, dan kokoh melingkari tubuhku, membuatku mendesah nyaman merasakan kehangatan dan harum tubuhnya.

"Kau yakin mereka tidak akan mengintip?" tanyaku was-was.

"Tak ada orang yang ingin mati konyol, Mi amor," katanya.

Dari balik tubuhku, Sang Don mencium lembut bahuku, mengendus leherku, dan mengangkat daguku ke arahnya untuk mengajakku berciuman. Selama bibir kami bercumbu, ujung jemari sang Don menelusuri setiap jengkal tubuhku, membangunkan bulu-bulu halus di sekujur tubuhku dengan sentuhan lembutnya yang sensual. Aku memainkan rambutnya, sesekali mengerang jika sentuhan sang Don menjadi semakin nakal.

"Bagaimana kalau aku tak bisa melupakanmu?" desahnya saat kami berhenti berciuman, sambil meremas kedua belah dadaku dengan gemas.

Dia selalu mengatakannya, tapi pembicaraan itu tak pernah serius, jadi aku hanya tersenyum menanggapinya. Awalnya kupikir dia hendak mengatakan sesuatu, tapi belakangan kuketahui itu dikatakannya jika ia sudah mulai tak tahan ingin menjatuhkanku ke tempat tidur.

Desired by The DonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang