Paint The Sky

930 132 16
                                    

[7 oktober 2019]

Winwin tengah merogoh kantung hoodie yang ia kenakan guna mencari kartu akses apartemennya saat lelaki itu menyadari ada benda asing yang juga tengah berada di kantung-nya bersamaan dengan kartu yang ia cari.

Ia menatap kearah benda itu sekilas sebelum menghela nafas. Ia tidak mungkin salah, benda berbentuk persegi panjang berwarna merah itu adalah USB milik Minghao. Ia pasti lupa mengembalikan benda itu pada Minghao saat meminjamnya tadi pagi.

Dan sembari memasukkan kembali kartu akses apartemennya, lelaki itu melangkahkan kakinya kearah pintu yang terletak tepat disamping kanan pintu apartemennya. Setelah mengetuk pintu selama beberapa kali, pintu tersebut akhirnya terbuka dan menampilkan sosok Minghao dengan wajah lelahnya.

"Sudah kuduga, pasti kau."

Winwin menaikkan sebelah alisnya.

Minghao menghela nafas. "Hanya kau satu-satunya yang masih mengetuk pintu dan bukannya menekan bel."

"Ah, kau benar."

Lelaki itu membuka lebar-lebar pintunya—memberikan gestur untuk menyuruh Winwin masuk yang langsung disela dengan cepat olehnya.

"Aku tidak akan lama. Hanya ingin mengembalikan USB mu yang aku pinjam tadi."

"Oh?" Lelaki itu mengulurkan tangannya namun seketika terhenti saat terdengar suara yang cukup gaduh dari dalam. Wajahnya memucat dan dengan cepat memasang senyuman canggung kearah temannya. "Uh, maaf tentang suara yang mengganggu itu."

"Ada apa? Kau membawa perempuan ke apartemenmu?"

Wajah pucat Minghao sontak memerah dengan sempurna. "Ja- jangan asal bicara!" Yang membuat Winwin terkekeh puas atas respon yang diberikan oleh lelaki itu.

"Jadi ada apa?"

"Meiyun datang."

Winwin mengangkat kedua alisnya. Ia ingat Meiyun. Anak manis berusia 7 tahun yang selalu menatapnya penuh kagum dan selalu mengumandangkan bahwa ia akan menjadi istri Winwin di masa depan. Ia terkekeh saat mengingat ekspresi terkejut yang muncul di wajah Minghao saat ia mendengar keponakannya itu melamar temannya dengan suara lantang dulu.

"Kakakmu pergi kemana lagi kali ini?"

"Paris." Ucap Minghao sembari mendesah kecewa. Sejak dulu ia tidak terlalu baik dalam berurusan dengan anak kecil. "Ugh, aku bahkan melupakan makan siangku karena fokus pada anak itu." Yang langsung disambut dengan senyum miring oleh Winwin.

"Kau memang tidak berguna jika sudah menyangkut tentang anak kecil. Memangnya apa yang kau takutkan dari anak kecil? Mereka tidak akan memakanmu hidup-hidup."

"Mudah bagimu berkata seperti itu tuan-yang-dicintai-oleh-semua-anak-kecil-bahkan-dari-pertemuan-pertama! Aku tidak tahu kenapa tapi sepertinya anak-anak membenci wajahku. Hell, aku bahkan masih ingat dengan jelas saat teman-teman Meiyun lari saat aku menghampiri mereka."

"Kau harus banyak tersenyum."

Minghao mendelik. "Kau bercanda? Wajahmu bahkan jauh lebih datar! Apakah kau tidak pernah berkaca seberapa datar wajahmu itu?" Lelaki itu kemudian memandang horror kearah dalam saat ia kembali mendengar suara nyaring. "Ya Tuhan, apalagi yang dilakukan anak itu kali ini?!"

Saat Minghao sibuk merutuki sesuatu, Winwin merasakan ponselnya kembali berdering. Dadanya mulai berdenyut secara aneh. Dan benar saja, setelah melihat siapa pengirim dari pesan tersebut, Winwin dapat mengerti alasan mengapa dadanya berdenyut aneh saat mendapatkan pesan.

———
+82 10-0710-9***
Mon, 7 oct 13.15

Selamat siang, Sicheng. Di Korea saat ini jalanan mulai dipenuhi dengan daun-daun yang berguguran. Apakah di tempatmu berada juga sama?

That Autumn - Winwin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang