Lunch

607 104 28
                                    

[8 oktober 2019]

"WINWINNNN!!"

Winwin merentangkan kedua tangannya guna menerima pelukan yang diberikan oleh Meiyun padanya. Anak berusia 7 tahun itu tampak tertawa senang dipelukkannya.

"Aku senang kau datang, Winwin!" Tawa anak itu yang dibalas oleh senyuman lembut dari Winwin. "Aku datang untuk menggantikan paman dan bibimu. Tak apa kan?"

"Tentu saja tidak apa! Aku jauh lebih menyukaimu dibandingkan dengan mereka!" Jawabnya cepat.

Winwin tertawa lepas. "Bagaimana kabarmu hari ini? Apakah festival-nya menyenangkan?"

"Sangat!!" Seru gadis mungil itu. Anak itu melepaskan dirinya dari pelukan Winwin lalu membalikkan tubuhnya kearah sekumpulan anak-anak lainnya yang menggunakan pita sama sepertinya yang tengah memandangi keduanya dengan tatapan takjub.

"Meiyun, dia kakakmu?" Tanya seorang anak lelaki yang berada paling depan.

Meiyun menggelengkan kepalanya. "Dia bukan kakakku, Chengcheng. Dia calon suamiku." Ucapnya lantang yang langsung disambut dengan wajah pucat anak lelaki tadi.

Winwin mendengus geli, anak-anak memang mudah sekali ditebak.

"Ca- ca- calon suami?"

"Umm!" Meiyun kembali mengangguk cepat.

Winwin hampir tidak bisa menahan gelak tawanya saat pandangannya bertemu dengan anak itu. Mata berkeca-kaca yang ditampilkan oleh anak itu saat menatapnya benar-benar membuatnya terhibur.

Namun karena rasa kasihan, lelaki itu memutuskan untuk menunduk dan menyamakan tinggi badannya dengan anak-anak itu lalu memberikan senyuman terbaiknya kepada mereka. "Aku Winwin, teman baik dari pamannya Meiyun."

Seorang anak perempuan dengan rambut yang diikat dua menatapnya dengan wajah bingung. "Tapi kau terlalu muda untuk kami panggil paman!"

Winwin kembali tertawa. "Kalian bisa memanggilku kakak." Lelaki itu kemudian merogoh isi dari tas yang dibawanya dan menyerahkan dua kotak besar berisi makanan pada anak kecil yang sudah ia anggap seperti keponakannya sendiri itu. "Aku sudah menyiapkan makanan untukmu. Kau bisa memakannya bersama teman-temanmu yang lain karena aku sudah menyiapkan banyak makanan."

Meiyun tersenyum lebar. "Winwin, kau adalah yang terbaik!!"

Winwin mengacak pelan surai lembut anak itu. Ia kemudian bangkit dari posisi sebelumnya dan berniat untuk kembali ke kursi penonton saat sebuah tangan memegang jemari telunjuknya.

Winwin melihat sosok anak lelaki yang kini tengah memegang tangannya dengan raut wajah ragu.

"Umm, aku..."

Lelaki itu terkekeh pelan sebelum ia membisikkan sesuatu ditelinga anak itu. "Aku bukanlah calon suaminya. Kalau kau menyukainya, kenapa kau tidak mendekatinya dan makan bersama dengannya?"

Dan sesuai dengan reaksi apa yang Winwin harapkan, wajah anak itu langsung berubah menjadi cerah saat mendengar kalimat yang ia ucapkan.

"Benarkah? Jadi apakah kau sudah memiliki kekasih?"

"Belum."

Anak lelaki itu tampak bingung. "Oh? Lalu kenapa kau tidak menyukai Meiyun jika kau belum memiliki kekasih? Bukankah mereka bilang laki-laki menyukai perempuan cantik? Apakah Meiyun tidak cantik?"

Winwin menggelengkan kepalanya tidak mengerti. Dari mana pula anak ini mendengar istilah seperti itu?

"Meiyun cantik. Tapi dia sudah seperti keponakanku sendiri." Lelaki itu tersenyum menggoda sebelum ia melanjutkan kalimatnya. "Dan kurasa ia lebih cocok bersama-mu dibanding denganku."

That Autumn - Winwin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang