Pilihan Yang Sulit (Part- 17)

239 17 6
                                    

"Ran, kenapa kau terburu-buru mengajakku pulang? Padahal hujan bintang masih belum berakhir. Dan .. dan, apa maksud ucapanmu tadi? Tentang bahaya, tentang waktu yang tak banyak? Yang pasti, semua ucapan yang kau katakan di lapangan tadi, satupun tak ada yang aku mengerti."

Rasa penasaran Akako yang tersimpan selama perjalanan pulang dan ketika berada di lapangan, akhirnya keluar juga.

"Kau tak mengerti apapun, Akako? Bahkan sedikitpun tentang penomena yang terjadi di lapangan tadi?"

Ran membundarkan mata, menatap lekat pada Akako dengan tatapan setengah tidak percaya. Akako terlihat menggelengkan kepalanya.

"Yang aku tahu hanya ada satu penomena di lapangan tadi, adanya bintang jatuh," balas Akako sambil ikut duduk di tempat tidur Ran.

"Akako, bukankah kau ini seorang penyihir. Seharusnya meski tanpa aku beritahu ada kejadian apa, kau sudah bisa membaca pesan yang di sampaikan alam semesta malam ini," keluh Ran.

"Ya maaf, Ran. Aku kan hanya penyihir biasa bukan Tuhan yang bisa tahu segalanya," celetuk Akako cemberut.

"Tidak semua kejadian dan gejala yang di perlihatkan oleh alam semesta bisa para penyihir baca dan mengerti. Begitu juga dengan aku, Ran. Terkadang untuk bisa memahami pesan yang di bawa oleh semesta, aku harus berulang-ulang membaca buku panduan sihir dulu agar dapat mengenali maksud terjadinya suatu penomena alam."

Ran manggut-manggut mendengar perkataan Akako. Ia lalu menarik nafas yang dalam sebentar sebelum berkata-kata lagi.

"Baiklah, Akako. Karena kau sepertinya benar-benar tidak memahami tanda-tanda yang di berikan oleh semesta malam ini, akan aku beritahu."

Ran lalu berpindah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Akako, sementara Akako sudah duduk dalam mode serius dam siap untuk mendengarkan tiap penjelasan Ran.

"Tadi ketika bintang berjatuhan dengan sangat banyak dan secara bersamaan dari langit, kau melihatnya, kan, kalau liontin yang aku pakai ini, warnanya jadi bereaksi?'

Akako mengangguk pelan.

"Kau paham arti dari perubahan warna kalung yang seharusnya membiaskan warna kemerahan violet kini berganti menjadi warna hitam ke hijauan?'

Sekali lagi, Akako menggerakkan kepalanya. Tapi kali ini gelengan yang terlihat dari gerakan kepala tersebut.

"Itu pertanda buruk, Akako. Pertanda kematian."

"Ehhh? Ke--- kematian?"

Akako tersentak dan sedikit bergidik mendengar kalimat terakhir dari bibir Ran yang ia ucapkan dengan nada tegas serta penuh penekanan.

"Iya..." Ran mengangguk.

"Di kerajaan langit, ada beberapa warna yang mengimbolkan kematian, kebahagian, penderitaan dan kehidupan," lanjut Ran.

"Dan empat simbol tanda tersebut telah di masukkan ke dalam liontin ini, agar aku bisa mengetahui bagaimana keadaan negeriku d atas sana dan bagaiman kelangsungan kehidupanku di muka bumi ini."

"Ja--- jadi, Ran, lalu apakah arti dari warna hitam dan hijau itu bermakna buruk? Da--- dan, warna apa yang menyimbolkan kehidupan kalian?"

"Iya, Akako. Dalam catatan buku kerajaan kami, warna hitam merupakan pertanda yang di berikan langit akan adanya kematian, sedangkan warna hijau merupakan penderitaan yang tiada akhir. Bila untuk mengetahui bahwa kehidupan di langit masih baik-baik saja? Maka yang akan membias adalah warna merah terang bercampur ungu violet karena merah itu simbol dari kehidupan dan ungu violet merupakan biasan dari cahaya kebahagiaan yang tiada berakhir."

❤Dark Angel's❤ ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang