Anak Kaleng

40 4 2
                                    

Hari ini, kuterbangun lelah, membuka katup mata yang susah. Berjalan menuju dapur dan berkata " Yah, hari ini aku gak masuk sekolah ya? ". Ujarku dengan wajah suram. Namun, seutas kata keluar dari mulut ayah. Kata itu merubah wajah payahku menjadi senyum lebar penuh kebahagiaan.
Detik demi detik berlalu, kuberjalan ke arah luar rumah. Ramai dan bisingnya motor membuatku agak kesal, ditambah lagi suara diesel milik ayah yang seorang bengkel. Kududuk di teras, membuka dunia kedua yang tak lain adalah handphone. Game adalah tujuan utamanya. Hal itu membuatku lupa se-jam yang lalu. Sekarang, ramainya kendaraan, bising dan gaduh lamban laun mulai terhenti. Ku tak sadar. Menengok keadaan, sepi. Sekarang gilirku, memutar on, rem ditarik, starter ditekan, motor pun jalan. Dari trotoar naik ke aspal. Sepi, namun bagiku tak meratapi. Berkeliling kampung kecil penuh arti, memutar balik kembali ke rumah.
Bagi siswa sepertiku, sudah pasti jarang sekali menyentuh kebebasan. Tugas dan acara membuatku sibuk diluar jam rumah. Jam 11.00 sampai 13.00 adalah waktu bosan yang melanda. Panasnya terik membuatku enggan pergi keluar rumah. Kuhanya bisa diam dikamar dan hanya ada handphone yang menemani. Gerah, membuatku harus menyalakan kipas. Cahaya mulai meredup dari pandangan mata. Disaat itu ku tak sadar telah tertidur lelap. Setelah terbangun, jam adalah arah pandangan pertamaku.
Sore berlalu, sang senja mulai nampak dan perlahan hilang. Disitu kulanjut buka buku, namun tak kubaca. Melihat pr yang tak nampak. Main pc hingga gelap hari semakin menutupi. Kehangatan semakin hilang. Menjadi dinginnya angin malam. Suara luar mulai berhenti, nyaris hening. Hari ini berakhir, besok beda lagi. Dan sekarang, "semoga mimpi indah"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anak KalengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang