"Cafe Lovely", ya.. di cafe inilah aku bisa bertemu dengan seseorang yang selama tiga tahun selalu kuperhatikan dari kejauhan. Aku bisa membedakan kopi racikannya dengan kopi racikan barista lain. Aku tahu makanan apa yang dia suka, tempat tinggal bahkan ukuran sepatu yang dia kenakan. Semua tidak luput dari pengawasanku.
Aku tidak gila, tidak juga seorang psychopath yang mengincar mangsanya. Aku hanya seorang wanita yang menyukai seorang laki-laki bernama Bramasta Dwijayanto.
Pertemuanku dengannya diawali di siang hari yang panas. Saat itu aku masih duduk di kelas dua SMA. Aku yang baru pulang dari pelajaran tambahan merasa panas di jalan dan ingin minum sesuatu yang menyegarkan, akhirnya berakhir di Cafe Lovely.
Cafe yang nyaman dengan pendingin ruangan, ditambah dengan ice cappuccino yang makin membuatku ngiler. Tanpa sabar aku langsung menghampiri barista yang ada di belakang meja.
"Mas, pesan ice cappuccino satu sama lava cake satu ya.." Kataku dengan bersemangat.
Saat mas barista itu menghadap ke arahku, jantungku langsung berdetak kencang. Bukan hanya wajahnya yang tampan, tapi mata hitam yang tajam dipadukan dengan alis tebal bak Zayn Malik memandangku dengan bibir penuhnya yang tersenyum ramah. Ah.. nikmat ini sungguh rahmat dari Tuhan.
"Dek, total pesanannya jadi 85.000 rupiah." Kata si Zayn Malik KW zuper.
Entah aku yang agak korslet atau memang aku sudah mulai gila, sampai-sampai si Zayn Malik KW zuper mulai melambaikan tanggannya di depan wajahku dan aku tidak menyadarinya. Dengan buru-buru aku memberikan uang lembaran seratus ribuan.
"Atas nama siapa, dek?"
Kulihat name tag dikemejanya "Bramasta Dwijayanto". Pantes orangnya ganteng gini, namanya aja keren abis.
"Clarise, mas. C-L-A-R-I-S-E." Ucapku sambil mengeja abjad dari namaku, siapa tahu dengan begitu si mas Bram ini jadi selalu ingat namaku. Hehehe.. Ide yang sempurna.
"Oke..silahkan ditunggu pesanannya ya.." katanya lagi sambil tersenyum manis. Lama-lama aku bisa kena diabetes kalau disenyumin begini terus Tuhan.
Semenjak itu hampir setiap hari aku datang ke Cafe Lovely dan memesan pesanan yang sama. Sampai-sampai mas Bram sudah tahu apa saja yang akan kupesan.
***
Sekarang aku sudah memasuki kehidupan perkuliahan. Karena itu juga aku jadi jarang punya waktu datang ke Cafe Lovely. Aku merindukannya.
Hari ini jadwal kuliahku sedang tidak padat, jadi aku bisa mampir ke Cafe Lovely. Seperti biasa mas Bram melayani pelanggannya dengan ramah. Banyak wanita yang datang kemari hanya untuk beramah tamah dengan mas Bram, tidak jarang juga dari mereka yang terang-terangan menggoda mas Bram agar mau pergi berkencan dengannya. Kadang aku geram tapi terkadang aku juga iri. Mereka dengan pede bisa mendekati mas Bram, bisa menggodanya dengan bebas tanpa malu.
"Hai, non!? Udah lama ga kesini. Kirain udah lupa sama mas..hahaha.." mas Bram yang melihatku datang langsung menyambutku dengan keramahannya.
"Nggak mungkin kan aku lupa sama mas barista yang ganteng ini.." godaku. Entah karena kebanyakan bergaul dengan orang-orang tak tahu malu di kampus atau memang semakin dewasa aku jadi otomatis mengurangi rasa malu??
"Aduh yang sudah kuliah..makin berani ya ngegombal!"
"Nih pesanan kamu yang biasa, mas tambahin donat coklat biar kamu makin sering mampir." tambahnya lagi diiringi senyum ramah mas Bram.
Tuhan, ini cobaan atau berkah? Baru ketemu sudah langsung dibuat klepek-klepek kayak gini.
Setelah menerima pesananku. Seperti biasa aku duduk di bangku dekat jendela yang menghadap kebun bunga milik owner cafe ini. Dari pantulan kaca ini juga aku bisa dengan leluasa melihat mas Bram. Aku ingat saat SMA aku sampai membuntuti mas Bram yang baru pulang pukul sepuluh malam karena penasaran dimana mas Bram tinggal.
"Itu ice cappuccino nanti keburu mencair loh". Tiba-tiba mas Bram sudah berada di bangku sebelahku.
"Loh, mas kok disini? Yang jaga siapa?" tanyaku sambil melihat meja tempat memesan kopi. Disana kulihat sudah ada mas Kiki yang menggantikan mas Bram.
"Shift ku udah selesai, dek."
Keningku berkerut. Nggak biasanya mas Bram setelah shift duduk ngobrol denganku. Biasanya setelah shift mas Bram berakhir, dia langsung pergi pulang dengan hanya melambaikan tangan padaku.
"Mas..lagi ga ada masalah kan?", tanyaku dengan hati-hati.
"Yah..kok kamu tahu dek?"
"Soalnya tumben mas ngajak aku ngobrol gini".
"Pengen punya teman ngobrol aja, dek. Tapi, kalau kamu keberatan mas nggak akan ganggu kamu".
Kulihat wajahnya berubah sedih, dengan buru-buru aku menjawab.
"Nggak!! Aku ga keberatan kok mas. Ceritain aja kalau emang mas lagi ada masalah". Kataku yang hampir memegang tangan mas Bram yang terlihat kokoh.
***
Ya sejak saat itu aku jadi sering ngobrol dengan mas Bram tentang segala hal. Dari politik hingga gossip infotainment. Aku merasa sangat beruntung saat itu aku datang kembali ke cafe ini.
Hari ini pun aku datang dengan ceria dan bersemangat. Siap memesan apapun yang manis karena mas Bram pernah bilang dia suka semua yang manis. Berarti aku termasuk jenis yang disukainya..hihihi..
Bukan mas Bram yang kutemui, tapi malah mas Kiki. Alisku bertaut berfikir, apa aku salah jadwal?
"Mas Kiki. Emang jadwal mas Kiki hari ini?", bukannya memesan aku malah bertanya tentang mas Bram.
"Ya kan si Bram ambil cuti, kalian kan sering ngobrol masa nggak tahu?"
Aku menggeleng bingung, selama ini mas Bram hanya membicarakan kesibukannya dan hobinya dengan moge (motor gede).
"Emang mas Bram cuti mau kemana, mas?"
"Dia cuti untuk mengurus pernikahan dengan pacarnya yang dia pacari selama enam tahun. Mas nggak nyangka juga sih dia akhirnya ambil keputusan menikah. Hahaha..bakal sedih pelanggan yang naksir dia". Mas Kiki masih berceloteh tentang mas Bram yang tidak kugubris lagi.
Yang kutahu mas Bram akan menikah. Dan kedekatan kami kemarin apa maksudnya? Kenapa dia tega memberikanku harapan? Ya Tuhan..apakah ini akhir dari rasa sukaku sejak SMA? Banyak pertanyaan yang aku sendiri tidak tahu jawabannya dan akupun tidak tahu kemana pertanyaan itu kutuju. Ingin menangis pun rasanya sia-sia karena sejak awal kami tidak punya cerita romansa yang patut ditangisi. Hanya rasa suka sepihak yang akhirnya tumbuh jadi cinta bertepuk sebelah tangan.
***
Sejak kabar pernikahan itu aku tidak pernah datang ke Cafe Lovely lagi. Kurasa sudah cukup semua sakit hati yang ditimbulkan oleh seorang Bramasta Dwijayanto.
"Semoga kamu selalu bahagia, mas.." doaku tulus untuk cinta yang tak pernah tergapai.
Dan semoga aku menemukan cinta dan kebahagiaanku sendiri..