Kebijaksanaan tidak tercipta sendirinya, tidak dapat dibeli, dan juga tidak dihasilkan dari segala sesuatu yang mudah. Maka jika segalanya mudah, periksa kembali, mungkin ada kesalahan yang selama ini ditutupi kemudahan dalam jalan hidupmu.
Jangan mudah berkeluh kesah kepada kesulitan, dibalik kesulitan ada hal yang akan sangat berharga untukmu, segala usaha dan perjuangan tidak akan sia-sia, semua akan berakhir dengan hasil. Jika berhasil, maka banyak yang harus disyukuri. Namun bila gagal, banyak pelajaran yang didapat untuk memperkecil risiko kegagalan dikesempatan selanjutnya.
Usaha, perjuangan, keberhasilan atau bahkan kegagalan akan mengajarkan tentang bagaimana cara memahami, bagaimana cara menghargai, dan bagaimana cara mengambil keputusan yang mungkin imbas dari keputusanmu bukan hanya kamu yang merasakan, tapi orang lainpun ikut merasakan.
Aku coba tekankan pada diriku, jangan pernah mencoba berhenti berproses untuk menjadi pribadi yang lebih baik, walau dicerca, tidak dihargai, atau malah dijadikan bahan tertawaan. Mengapa? Karena aku yakin, aku sama sekali tidak merugi atas apa yang aku jalani untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Tuhan maha baik, tidak mungkin seorang hamba sama sekali tidak diberi kelebihan dalam dirinya. Terkadan terlintas dalam benak, yang harus kita lakukan itu menemukan atau membentuk jati diri, pasti disini pembaca akan mengatakan "temukanlah jati diri", baiklah, sekarang waktunya muhasabah diri atau mudahnya intropeksi diri, ada apa dalam diri? Temukanlah.
Berhentilah berprasangka buruk pada Tuhan. Setelah itu cobalah tanyakan pada diri, untuk apa nafas yang dihirup setiap detik, apa hanya sekedar untuk bernafas?
Untuk apa telinga ini dapat mendengar, apa hanya untuk mendengar?
Untuk apa mata ini dapat melihat, apa hanya untuk melihat?
Juga anggota tubuh lainnya, hidung, mata, kaki dan yang lainnya.
Mungkin seperti yang dikatakan Rumi "Tanpa pikiran, bentuk-bentuk tak dapat bergerak dan mati. Sehingga, barang siapa yang hanya melihat pada bentuk, berarti dia juga mati; dia tak mampu menangkap makna. Dia adalah anak kecil dan tidak matang, meski dalam bentuk dia adalah seorang syeikh yang berumur ratusan tahun". Kita terjebak pada bungkus luarnya, tidak mengerti atau bahkan tidak berusaha mengetahui apa yang sebenarnya ada dalam bungkus tersebut, isi dari bungkus.
Yang ada sekarang, kita hanya terjebak pada seremonial belaka, kebiasaan huru-hara haha-hihi kita.
Bukannya begitu melelahkan dengan segala keikut-ikutan kita, hanya untuk sebuah kebutuhan sosial yang begitu permukaan tanpa mengetahui hakikat serta manfaat sesungguhnya.
Ikutilah arus, tapi jangan sampai tenggelam.
Tarik diri dari keramaian untuk beberapa waktu, cari keotentikan dan keindahan serta kekurangan dalam dirimu. Karena ini jauh lebih penting daripada nengurusi kehidupan orang lain.
YOU ARE READING
Seharusnya Aku Ada Dalam Diriku
RandomTemukanlah rasa manis dihatimu, maka akan kamu temukan rasa manis disetiap hati. Kalimat Rumi yang perlu kita resapi dan pikirkan bersama.